8 - Damn You

77 6 2
                                    

Author POV

Ardan tersenyum geli saat mendengar deburan air di kamar mandi. Ia baru saja memeriksa Bella di kamarnya dan yang ia temukan hanyalah kasur dengan selimut yang terlipat rapi.

Ia belajar dengan cepat rupanya.

Ardan rasa, dirinya sudah membuat cukup banyak perubahan. Yah, walaupun sebenarnya ia agak kecewa karena ini tidak sesuai ekspektasinya. Yang ia bayangkan adalah sosok Arabella yang akan merengek sepanjang hari, dan berkata 'Aku tidak bisa melakukan itu! Kumohon, aku mau pulang'. Ardan menggeleng-gelengkan kepalanya. Tampaknya ekspektasinya terlalu alay.

Bella keluar dari kamar mandi dengan kaos berwarna putih dan celana bahan berwarna biru pastel.
"Tugas lo nan-"

"Nyapu kan? Udah tau gue. Jangan diulang-ulang deh" kata Bella- memotong ucapan Ardan- seraya mendengus. Ia berjalan dengan kaki dihentak-hentak menuju kamarnya dan melewati Ardan tanpa meliriknya sekalipun.

"Sebenernya gue mau bilang tugas lo nanti itu beberes baju lo. Karena kita bakalan pulang hari ini" Ardan mengatakannya dengan nada mengayun dan sedikit keras, agar Bella mendengarnya. Ia lalu tersenyum licik.

Arabella tergopoh-gopoh keluar dari kamarnya. Matanya berbinar-binar. "Seriusan? Iya? Beneran? Ciyus miapah?!" Sumpah, Bella benar-benar menantikan kata pulang dari mulut seorang Ardan dan hari ini ia mendengarnya? Oh, betapa bahagianya dia.

"Iya.. Tapi karena lo maunya nyapu sih, gapapa. Kita tunda aja" ucap Ardan sambil melenggang pergi, namun Bella-yang entah harga dirinya kabur kemana- dengan cepat menahan lengan Ardan.

Ardan menoleh sambil menaikkan sebelah alisnya. "Gue gajadi nyapu, ayo pulaang" Bella merajuk dengan nada manjanya.

Masa bodoh harga diri! Gue mau pulang! batinnya.

Ardan tersenyum tipis. "Yakin? Gamau nyapu aja?" Ardan sendiri tertawa dalam hati. Bisa-bisanya ia menanggapi perkataan manja Arabella dengan perkataan bernada manja juga?

"Nggak mauuu, maunya pulaang"

Pletak!.

Ardan menjitak pelan kepala Bella .
"Ngimpi lo pagi-pagi. Udah gak usah banyak berkhayal gue bakalan ngajak lo pulang. Dah sana, nyapu"

Merasa tertipu, Bella segera berteriak, "APAAN SIH LO! DASAR YA, COWO PHP!"

Bella segera masuk ke dalam kamarnya dan hendak membanting pintu sebagai bentuk kemarahannya. Namun malang, ia lupa bahwa di kamarnya tidak ada pintu. Ia hanya akan memukul angin dan karena terlalu kuat, tangannya mengenai pinggir pintu yang terbuat dari kayu.

"AAARGHHH!! ARDAN SIALAN!"

***

Bella meminta kompensasi karena tangannya yang memar sehingga ia tak mau menyapu, memasak, berkebun dan segala perintah-perintah Ardan.

Perdebatan pun terjadi tanpa bisa dielakkan. Ardan akhirnya menyerah akibat kepalanya yang sudah berdenyut karena mendengar teriakkan-teriakkan Bella.

Bella masih cemberut. Ia duduk di sofa reyot di ruang tengah. Pagi-pagi moodnya sudah buruk. Baru hari ketiga lengannya memar. Apa jadinya ia di hari ke dua puluh satu?

Bonyok-bonyok karena keinjek sapi? Patah tulang karena jatuh dari bukit? Luka bakar karena kena api waktu masak? Atau malah serangan jantung karena selalu emosi tinggi kalau udah liat Ardan?

Oh, oke. Imajinasimu terlalu tinggi Bell.

Ardan tiba-tiba pergi menuju kamarnya dan kembali dengan sebuah obat ditangannya.

ArabellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang