Bella POV
Aku terbangun karena samar - samar mencium aroma masakan. Ugh, cacing - cacing di perutku sudah mendemoku untuk segera makan sekarang. Perlahan-lahan aku bangun dengan sedikit tertatih karena luka di kakiku masih meninggalkan nyeri. Aku menyibak kain penutup kamarku dan mulai berjalan ke arah dapur, dimana aroma ini berasal.
Dan di dapur aku disuguhkan pemandangan yang menurutku... Ah sudahlah. Ardan disana sedang memasak dengan menggunakan celemek berwarna kuning. Ia memakai kaos putih dengan lengan pendek yang sedikit ketat sehingga memperlihatkan otot kekar di lengan atasnya.
Astaga Bella! Apa-apaan otakmu itu?!
Aku mendekati Ardan sambil melongok ke arah wajannya. "Masak apaan?" Tanyaku.
"Tumis kangkung. Mau nyoba masak?" Jawabnya. Aku menggeleng. Dih, ogah banget pagi-pagi masak.
"Baunya enak, jadi laper" gumamku. Ardan terkekeh. Aku mengerucutkan bibirku, "Buruan gih, masaknya. Gue mau makan. Trus lo masak apa buat lauknya?"
"Tuh" jawabnya sambil melirik tempat rantang yang belum ditutup. Aku membukanya. Oh, gurame.
Tak lama, Ardan mematikan kompor, melepas celemeknya-yang menurutku ia akan lebih tampan bila memakainya- dan menuangkan tumis kangkungnya ke dalam tempat rantang yang berbeda lalu mulai menyusunnya.
"Mau dibawa kemana?"
"Ke pondok. Kalau mau makan, disana aja"
"Yaaah.. Kan Ara belum mandi, ihh, masih muka bantal juga" rengutku. Ardan menatapku sesaat.
"Gak kok. Cantik" katanya kalem.
Blush!
"Eh mm, beneran nih? Gapapa belum mandi?" Tanyaku ragu.
"Itu sih, terserah kamu" jawabnya lalu melenggang pergi. Aku masih tak percaya. Wajahku pasti sudah semerah tomat. Ah, sudahlah. Lebih baik aku cuci muka dan sikat gigi.
***
Aku datang ke pondok dengan wajah berseri-seri. Kaos Hello Kitty yang kupakai menambah kesan imutku. Aku melambai ke arah Galang yang masih bekerja, menyuruhnya untuk berhenti dan makan. Ia lalu tersenyum dan menjawab dengan isyarat tangan kalau dia masih banyak kerjaan, nanti saja.Aku mengangkat bahuku lalu menghampiri pondok yang ternyata sudah ramai oleh pekerja seperti yang kemarin- kemarin. Dan seperti kemarin- kemarin juga, Ardan dan Bu Mina yang menyiapkan makanannya.
Aku bertanya-tanya. Memangnya makanan yang Ardan bawa tadi cukup?
Dahiku mengernyit ketika melihat makanan yang sudah tersajikan. Tumis kangkung dan guramenya bertambah. Itu jelas lebih banyak dibanding yang dibawa Ardan.
"Eh Ara! Ayo sini, makan bareng" Bu Mina yang menyadari keberadaanku menyuruhku untuk duduk disampingnya.
"Iya bu, nanti aja"
Aku bertambah bingung ketika Ardan keluar dari pondok sambil menenteng rantang yang tadi ia bawa. Rasa penasaranku akhirnya membuatku mengikuti kemana ia pergi.
Kupikir ia kembali ke rumah, tapi nyatanya salah. Ia berbelok dan berjalan lurus. Kurasa ia tak tahu aku mengikutinya dari belakang.
Ia dan aku terus berjalan sampai akhirnya aku bisa melihat danau dari kejauhan. Aku baru menyadari jika di dekat gerbang kampung ini ada danau yang cukup luas. Well, pemandangan yang indah, gak kalah sama yang kulihat tadi pagi(?)."Woy, mulutnya gak usah mangap gitu"
Aku tersentak lalu menoleh ke arah Ardan yang sudah menatapku dingin. "Idih, mulut gue gak mangap yee"

KAMU SEDANG MEMBACA
Arabella
Fiksi RemajaKetika seorang gadis manja harus meninggalkan posisi nyamannya. Copyright © 2015 by Lizz-chan