"Disaat orang lain menolak kamu, cuma aku yang akan tetap stay. Sebab apa? hanya dirimu yang selalu bisa buat aku jatuh cinta tanpa sepatah kata alasan,"
__________
Eleazar House's
Seorang cowok berusia 20 tahun Jevan--sedang sibuk menyiram bunga di taman tengah rumahnya. Sambil diiringi lagu, One Direction - ia bersenandung kecil. Bunga - bunga di rumahnya tumbuh indah nan cantik berkat si pemilik yang rajin merawatnya.
Jevan melirik ke arah kursi santainya. Tergeletak sebuah dompet berwarna pink biru beserta handphone nya. Lalu, ia mematikan kran airnya, kemudian duduk di kursi panjang itu.
Tangannya meraih dompet milik Luna yang jatuh kemarin. "aneh, kenapa dia malah lari pas lihat gue?" gumamnya masih heran. Semalam pun dia kepikiran tiada hentinya.
Dia membuka benda persegi panjang itu. Banyak kartu - kartu penting terselip disana dan juga uang. Jevan harus mengembalikan dompet Luna secepatnya.
Hal kedua yang Jevan temukan di dompet itu ialah foto masa kecil Luna dengan adiknya.
Terukir lengkungan senyum manis di bibir Jevan usai melihat potret berharga itu. "Lo nggak berubah ya, Lun. Masih cantik," pujinya tanpa sadar.
"selamat morning penghuni rumah, manusia setengah syaiton," seru seorang cowok memasuki rumah besar itu. Dia nampak bebas, seperti tidak punya masalah hidup.
Jevan memutar bola matanya jengah. Kembarannya ini tidak waras memang.
"haduh si bocah nyiram bunga mulu," cibirnya. Jean menyambar sisa pempek yang ada dimeja taman. Itu sisa sarapan adiknya.
"sekali nggak nge bacot asem kah mulut lo?" jawab Jevan meliriknya tajam.
Jean tentu melempar tatapan tajam juga, "galak amat! eh btw, Mama kemana?"
"ke luar kota ngurus butik, paling minggu depan baru pulang,"
"bokap lo?"
Dih, padahal bokap dia juga.
"ke bogor sebulan, bangun kantor baru,"
"ohhh, asik nih gue ngungsi tanpa dengar ceramah," Setelah ini pasti Jean mengepak baju - baju nya di dalam koper. Kembali ke kamar kesayangannya. Dia berani pulang kalau orang tuanya tidak ada di rumah.
"jangan lupa tugas kemarin di selesain," ucap Jevan mengingatkan.
"copas dong gue nggak ngerti," Kan, sesuai tebakan Jevan. Kakaknya tidak pernah fokus mengikuti kelas, makanya dia harus siap siaga mengerjakan double.
"iya orang lo pelor, tuh di ipad gue udah ada file satunya. Gue tau lo belum ngerjain, pake aja,"
Jean memeluk kembarannya ala cowok, "akh gumawo, si paling pengertian. kapan - kapan gue traktir,"
"ck, gausah!" tolaknya. Jevan melepas pelukan itu dengan kasar. Takut dikira homo oleh pembantu mereka.
Setelah itu, Jevan naik ke lantai dua untuk berganti baju yang lebih rapi. Tak lupa sedikit touch up agar terlihat tampan seperti biasanya. Aroma parfum gentle-nya yang khas pun semerbak wangi.
"hmm nggak afdol kalau ke sana cuman balikin dompet," gumamnya kemudian mencari di google makanan yang bisa ia beli di sekitar florist Luna.
Jean duduk di kursi santai. Dia menemukan handphone Jevan dan dompet Luna yang tertinggal. "hm? secantik apa sih, sampai Jevan nggak mau ngenalin ke gue. Mari kita lihat,"
Cowok dingin itu membuka dompet Luna. Dia langsung tertuju pada kartu nama owner florist dan kartu mahasiswa milik gadis itu. Saat melihat fotonya, sejenak Jean terdiam dan melamun.
KAMU SEDANG MEMBACA
who's Eleazar?
Teen Fiction[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] Kalau kata google, Perasaan dan Logika itu saling terkait dan mengintervensi satu sama lain. Benar, kata mbah yang sewadah info itu, benar adanya. Tapi terkadang kita sebagai manusia salah meletakkan antara rasa dulua...