Kenapa harus ada kata memulai kalau akhirnya sama saja?
_________________
Suara decitan - decitan sepatu yang bersentuhan dengan lantai licin, menggema di seluruh penjuru arena basket. Tak lupa dentuman bola orange, peluit, dan sorakan penonton mengisi arena tersebut.
Sore ini ada pertandingan basket kecil - kecil an. Hanya antar ukm universitas. "broo, oper gue!" suruh Jean berlari kecil mundur ke belakang mendekati ring lawan.
Akhirnya bola itu melambung ke arahnya, ternyata meleset. "ah shit!" umpatnya. Untung saja dibalik punggung besarnya itu ada Harsa, "sat set!" ucapnya kemudian langsung menebas poin dengan memasukkan bola itu ke dalam ring.
sorakan anak kampus yang menontonnya sungguh ramai, sangat excited kata mereka. "Lions lions lions lions," nama grup itu terdengar keras di telinga.
Lions adalah nama team basket dengan captain yang paling disegani yaitu Harsa Arby. Club basket yang digadang - gadang sebagai satu - satunya team terkuat se universitas Indonesia. Bahkan pernah menjuarai pertandingan internasional di new york city tahun lalu. Tentu saja dengan captain Harsa yang baru saja menjabat. Sungguh prestasi yang menakjubkan, bukan?
'Lions panther' itu nama fans team basketnya. Terlihat dari jajaran tribun, terpasang sebuah kepala singa tiga dimensi yang lumayan tinggi di depannya ada lima buah drum bass yang nantinya akan dipukul secara bersamaan saat Lions meraih kemenangannya. Itu pasti.
Lihat saja sekarang, poin Lions dengan lawannya terpaut cukup jauh. Bagaimana bisa 12 vs 2? apakah masih ada harapan untuk pihak lawan? tentu saja tidak. Apalagi di barisan depan terpampang wajah datar Jean, Harsa, dan Jevan yang mengintimidasi seolah tidak diperbolehkan menang terlebih lagi telah menginjak arena gor besar tuan rumah ini.
"menyerah aja sih," ucap Jean pelan menatap sang kapten lawan. Seringai dari orang itu terdengar, "sombong ya lo, dari tadi yang nyetak poin itu Harsa. Lo nggak ada apa - apa nya," ucapnya mengejek lalu tertawa renyah.
Jean menghela nafas kasar, sejujurnya betul juga orang Jean cuma bagian mengoper. Hah, salah nih songong begini malu sendiri jadinya.
Keputusannya ada satu babak lagi, jika pihak lawan berhasil mencetak angka berikutnya maka permainan tetap berlanjut. Jika Lions yang menang maka permainan akan berhenti sampai disini saja.
"woi, langsung drum bass aja," perintah salah satu cowok yang ada di tribun. Arel, barista yang bekerja bersama Jean. Kalau tidak tau, dia juga anak buahnya cowok dingin itu.
"tapi bos, janjinya di pukul pas Lions menang," sanggah anggotanya. Iya, Arel ketua Lions panther.
"gapapa, lo nggak percaya kah Lions tetep menang? lihat aja tuh angkanya," tunjuk dia pada layar besar yang tergantung itu.
"percaya bos,"
Akhirnya, dentuman demi dentuman terdengar mengiringi pertandingan. Dum dum dum!
Tak lupa sorakan lagu khas untuk Lions di nyanyikan secara lantang.Harsa Arby tersenyum lebih lebar. Jiwa semangatnya membara ketika nama club basket yang sangat ia cintai disebut berulang kali.
"let's end this game,"
Suara peluit di tiup kencang oleh wasit, lalu bola besar itu melambung cukup tinggi. Namun, Jevan berhasil menepisnya terlebih dahulu sehingga Harsa siap menerimanya. Bolanya terpantul dari tangan besarnya. Dengan cekatan ia membawa bola itu menuju ring lawan.
Tetapi saat ingin dilambungkan, tiba - tiba salah satu anggota tim lawan menyenggol tubuhnya dengan sengaja. Alhasil bola meleset jauh, dan ia terjatuh bersama anggota itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
who's Eleazar?
Ficção Adolescente[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] Kalau kata google, Perasaan dan Logika itu saling terkait dan mengintervensi satu sama lain. Benar, kata mbah yang sewadah info itu, benar adanya. Tapi terkadang kita sebagai manusia salah meletakkan antara rasa dulua...