Hati manusia itu satu. Makanya kalau aku pilih kamu, ya udah hati aku buat kamu. Jadi tolong, jangan di sia - siakan. Karena kesempatan tidak pernah datang dua kali, except he/she is stupid.
______________
Luna telah selesai belanja dengan Jean. Selain mengambil barang, mereka berdua juga mengambil foto. Luna sangatlah puas malam ini. Akhirnya dia dapat merasakan sensasi jalan berdua saja bersama Jean. Bahkan mereka terlihat akrab walaupun dalam waktu singkat. Keduanya terlihat bahagia tanpa beban.
Namun, saat ingin makan, Jean bertemu salah satu pacar statusnya. Kemudian dirinya mengajak Luna untuk berpindah tempat, alasannya Jean terlalu bosan makan di mall terus.
Gadis itu menurut saja. Akhirnya sampailah mereka di sebuah cafe terbuka yang tak jauh dari Lavana. Tempat Harsa dan Ziya nongkrong.
"kak Jean mau makan apa?" tanya Luna membuka daftar menu yang tersedia di meja. Dirinya sudah tidak lagi ragu mulai obrolan, berkat Jean yang terus membujuknya berbicara.
Dua bola mata cowok itu memincing, memantau keadaan sekitar apakah ada pengganggu atau tidak. Merasa tidak direspon, kepala Luna terangkat. "kak? cari siapa sih?" ulangnya memperhatikan Jean yang masih memalingkan wajahnya.
"hah, enggak kok. Tadi lo bilang apa?"
"ini, kak Jean mau makan apa? gantian aku yang bayarin,"
"samain aja," ucapnya. Kemudian tangan kanannya terangkat tinggi, memanggil staff cafe supaya mencatat pesanan mereka. "mas, mau pesan nasi goreng seafood - nya..." Jean memotong ucapan Luna. "eh, gue alergi seafood, lupa, yang keju aja,"
Luna mengerutkan keningnya, ini fakta baru yang ia temukan. Dulu, dirinya sering mengumpulkan suka tidak suka dari seorang Jean. Dalam ingatannya, Jean sangat suka seafood dan tidak suka keju. Mengapa ini kebalikannya?
"em, yaudah yang seafood satu sama yang keju satu," pesan Luna masih mode bingung.
"minumnya cola ya mas," imbuhnya.
"gak boleh!" larang cowok itu tiba - tiba menggebrak meja. "saya aja yang cola mas, cewek saya biar es teh aja," timpalnya sambil melempar rengutan wajahnya pada gadis di depannya.
Sementara Luna tersenyum tipis, Jean mulai posesif padanya. Apalagi sempat ia dengar Jean menyebut dirinya 'cewek saya'. Siapa yang tidak baper kalau disebut seperti itu? Tetapi Luna tetap harus berhati - hati. Pasti di belakangnya banyak cewek yang mendapat perlakuan sama dari Jean.
Staff itu pergi. Setelah itu tidak ada percakapan diantara keduanya. Hanya sesekali mata mereka saling bertemu. Luna senang, iya. Ini terwujud sesuai keinginannya walaupun belum ada hubungan dengan cowok di depannya. How Jean? justru dia daritadi menampilkan senyumannya.
"lo minus?" tanya Jean hendak menyentuh kacamata yang dipakai Luna tapi tidak jadi.
"iya dikit kadang sakit kalau kelamaan nggak pakai kacamata,"
Jean mengangkat kacamata itu, ditaruhnya diatas kepala Luna. "gini lebih cantik tapi," pujinya. Gadis itu tertawa simpul. Ia tidak bisa menahan malunya sebab dari tadi Jean memandangnya tanpa henti.
"kak, boleh tanya - tanya nggak sih?"
"silahkan, mau tanya apa? password apartemen gue? JHE1-" sebelum Jean melanjutkan ucapannya. Luna membekap mulutnya duluan, "heh jangan keras - keras, kak! orang lain bisa tau," kesal melototi Jean.
Jean terkekeh, dia menurunkan tangan kecil nan wangi itu. "kenapa? biar lo doang yang denger?" godanya iseng.
Luna menabok lengan cowok jahil itu cukup keras. "ish ngeselin lu kak, lagian aku juga bukan mau tanya itu," dengus nya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
who's Eleazar?
Roman pour Adolescents[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] Kalau kata google, Perasaan dan Logika itu saling terkait dan mengintervensi satu sama lain. Benar, kata mbah yang sewadah info itu, benar adanya. Tapi terkadang kita sebagai manusia salah meletakkan antara rasa dulua...