WE 13 | Jalan - Jalan

30 24 23
                                    

"Tidak usah terlalu lelah mengejar, istirahatkan dirimu. Dunia ini tidak melulu tentang dirinya,"

____________

Cuaca hari ini tidak cerah namun tidak juga hujan. Awan putih dan abu - abu mendominasi langit siang menuju sore ini. Suasana kampus pun cukup ramai, berlalu lalang dosen serta mahasiswa dari berbagai angkatan serta jurusan.

Semua sibuk dengan kegiatan masing - masing. Begitu pula Ziya, gadis itu baru saja menyelesaikan kelasnya. Ia melangkah kecil keluar ruangan sambil tangan kanannya menggenggam ponsel yang ditempelkan di telinga. Tangan kirinya menopang banyak buku.

"iya, gue ngerti. Tapi ini mendekati acara loh, jangan seenak jidat izin dong," ucapnya marah - marah lewat pembicaraan telepon itu.

"Zi, gue percaya sama lo. Bisa handle semua kayak biasa kan?"

"Kak Jean! Lo kemarin di ghibahin cuma dengerin doang? sadar diri dong," kesalnya semakin menggebu - gebu.

Ternyata dia sedang berdebat dengan Presiden BEM - nya yang tiba - tiba membatalkan rapat petang ini. Bukan, hanya dia saja yang cancel. Katanya ada urusan, kalian pasti tau lah urusannya dimana.

"Gue nggak bisa batalin ini zi, penting soalnya," Jean berusaha meminta izin sekali lagi walaupun akhirnya nanti dia yang mengalah.

Takut kalau Ziya marah besar padanya.

"Lo mau ke Sky kan? jujur!" todong gadis itu.

Jean terdengar mencebikkan bibirnya, "ck iya - iya gue mau ke Sky nemuin Misel,"

"Tuh, itu bisa ditunda bentar. Seenggaknya lo hadir kek 10 menit," paksa Ziya.

"nanti Misel marah - marah, Ziya..."

"urusan deh ya, katanya cuma pacar status kok takut marah," dengus gadis itu terlanjur benci.

"ya walaupun pacar status juga tetep jaga image dong sebagai pacar," bela Jean sekali lagi.

"Terserah lu iya bodo amat gue, pokoknya kalau lo nggak dat-" Ucapan Ziya terpotong. Ada yang menabrak tubuhnya cukup keras. "Aww," ringis nya memegangi siku yang terbentur ke lantai.

"Zi, zi lo kenapa zi?" seru Jean panik sekaligus khawatir terdengar dari telepon yang masih terhubung itu. "Gue batalin! gue ke sana sekarang!"

Tut!

Jean menutup telepon itu sepihak. Cowok yang menabrak Ziya, membantu membereskan bukunya yang berserakan. "aduh maaf ya, tadi aku nggak lihat," ucapnya.

Sebuah tangan terulur di hadapan Ziya yang sibuk meniup sikunya. Gadis itu mendongak, mendapati gebetannya sedang tersenyum ramah pada dirinya.

Glek!

"Kak Harsa?" ucap Ziya kaget. Dia menerima uluran tangan itu tetapi Harsa menariknya terlalu kuat. Sehingga tubuh Ziya menabrak dada bidangnya. Tubuh gadis itu membeku, dia terdiam beberapa saat.

Lalu, Ziya mendorong tubuh Harsa pelan. Cowok itu tidak merespon apapun. "maaf," ucapnya singkat.

Harsa mengangguk.

"Nggak papa, aku yang minta maaf. Tadi pas belok nggak lihat kamu,"

Ziya tertawa canggung. "ah iya, ndak papa kak cuma terbentur dikit," balasnya.

"masih sakit?" tanya Harsa khawatir. Ziya menggeleng.

"Kamu mau kemana, Zi?"

"mau ada rapat BEM kak, kenapa?"

"habis rapat kamu free gak?"

Gadis itu mengingat jadwalnya sebentar lalu menggeleng lagi. "free kak,"

who's Eleazar?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang