Ketika usianya baru menginjak enam tahun, Hari menjadi korban penganiayaan dan pelecehan yang dilakukan ayah kandungnya sendiri. Ia tak pernah berani menceritakan hal ini pada siapapun, Hari menyimpan semua ingatan buruk itu seorang diri selama bertahun-tahun.
Semuanya masih begitu membekas. Dan malam ini, Hari tidak bisa mengendalikan rasa takutnya ketika melihat wajah yang begitu mirip dengan mendiang sang ayah.
Perempuan itu menghela nafasnya dalam-dalam, berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Mereka dua orang yang berbeda Shin Hari, jangan takut!
"Hari-ya apa ada yang terasa sakit? Haruskah kita pergi ke rumah sakit sekarang?" Suara berat Taemoo berhasil mengalihkan atensi Hari. Kekhawatiran terpancar jelas dari wajah pria itu.
Hari menggeleng sebagai jawaban, "Aku baik-baik saja, Taemoo-ssi." Satu tangannya tergerak untuk mengelus tangan Taemoo yang dingin. Sepertinya tadi pria itu benar-benar panik.
"Kau benar-benar membuatku takut." Ujar Taemoo, "Kalau ada sesuatu tolong beri tahu aku, hm?"
"Ya, aku mengerti." Sahut Hari, "Papa MinMin cerewet sekali." Lanjutnya seraya terkekeh pelan.
Kini perhatian Hari beralih pada sang ayah yang masuk ke kamar dengan secangkir teh ditangannya. Dengan wajah penuh rasa cemas, pria itu menyodorkan cangkir teh yang dibawanya ke hadapan Hari.
"Kau baik-baik saja, nak? Ini minumlah, ayah membuatkan teh labu kesukaanmu."
Hari menerima cangkir teh itu dan meminumnya perlahan. Rasanya aneh bisa berinteraksi dengan 'ayahnya' sedekat ini. Dulu Hari biasanya menghindar bahkan sebelum tatapan mereka bertemu.
"Ayah benar-benar terkejut saat Taemoo bilang kau masuk rumah sakit, dan sekarang melihatmu seperti ini... benar-benar membuatku takut."
Pria itu kemudian dengan tiba-tiba memeluk Hari erat. Membuat tubuh perempuan itu seakan membeku karena terkejut. Pelukan itu terasa aneh tapi berhasil membuat hatinya hangat, Hari bisa melihat seberapa besar rasa sayang ayah 'Shin Hari' terhadap sang putri.
Pelukan yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya.
Hari tersenyum seraya melingkarkan tangannya ke punggung sang ayah dan mengusapnya pelan, tanpa menyadari pipinya telah basah oleh air mata."Aku baik-baik saja ayah, jangan khawatir."
Jadi seperti ini rasanya dicintai selayaknya seorang putri?
–unreal–
"Taemoo-ssi, kau yakin tidak ada barang yang tertinggal?"
Taemoo mengangguk mantap, "Ya, aku yakin." Ujarnya, "Ah, sepertinya aku harus pergi sekarang, Hari-ya."
Hari ini adalah hari keberangkatan Taemoo ke Amerika untuk perjalanan dinas di sana selama satu minggu. Tapi tak seperti biasanya, kali ini keluarga kecilnya ikut mengantarnya ke bandara.
"Papa pergi dulu, Minjoon-ah. Jadilah anak baik dan jangan menyusahkan mama, oke?" Ujar Taemoo seraya mengelus rambut putra sulungnya itu pelan.
Minjoon menatapnya sedih, "Tapi papa janji akan tetap datang ke pentas sekolahku minggu depan, kan?"
"Ya, papa akan langsung pergi kesana setelah pulang dari bandara. Papa janji."
Taemoo tersenyum melihat Minjoon mengangguk meskipun bibirnya sedikit cemberut. Atensinya beralih pada Minseo yang berada di pangkuan Hari.
"Papa pergi dulu, Minseo-ya. Jangan rewel dan membuat mama kesulitan, hm?"
Pria itu membawa kemudian membawa Minseo dan Minjoon kedalam pangkuannya. Memeluk anak-anaknya seperti ini selalu membuat perasaannya menjadi lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unreal | Shin Hari & Kang Taemoo
FanfictionSuatu hari, tiba-tiba saja Shin Hari terbangun di sebuah ruangan asing dengan seorang pria yang mengaku sebagai suaminya. Kang Taemoo. Pria itu memperlihatkan foto pernikahan, hingga foto anak-anak mereka hanya untuk meyakinkan Hari kalau semua yan...