Hai guys.. sekedar info aja, mungkin di cerita ini bakal lebih banyak ngebahas tokoh utamanya aja. Jadi moga aja kalian nggak bosen😌. Jangan lupa vote and comment ya..
Back to story....
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Hai, kenalin nama gue Zora Sheila Jayanti. Sekarang umur gue tujuh belas tahun, tinggi 157 , hobi baca novel sambil ngehalu . Gue tinggal di kota kecil, ya tepatnya di pinggir pantai.
(╬☉⊙⊰⊹ฺ✯✿╬☉⊙⊰⊹ฺ✯✿╬☉⊙⊰☉⊙⊰⊹ฺ✯✿
_____________________________________Awal Minggu di hari Senin, hujan turun. Hari dan cuaca yang paling gue gak suka. Kisah cinta Zora dengan seorang cowok dimulai pada pagi hari yang suasananya sangat tidak menyenangkan ini.
Kita bertemu.
Melihat judul Kalimatnya, semua orang pasti akan bilang, ini cerita yang sangat umum dan biasa. Namun, kisah Zora jelas berbeda.
Terdengar suara deburan ombak yang menyapu pasir. Udara laut pada musim hujan terasa menggigit tulang di pagi buta bulan Maret.
Sambil menghirup udara laut yang berbau garam, setiap pagi Zora pasti selalu menyempatkan diri buat jalan-jalan di pantai sambil menuntun Kura, anjing kesayangan nih. Kalau kalian nanya kok bisa piara guguk, ya karena dikasih. Gk enak kalau Zora nolak , malah yang ngasih tuh udah deket banget kek keluarga. Terus comel. Kura dari kecil sama Zora. Mereka berdua tumbuh bersama. Zora seneng punya dia. Karena dia, Zora jadi gk kesepian lagi. Tapi, Zora tetap punya batasan kok kalau main sama dia.
Saat Zora mulai menyusuri pantai berpasir dan mulai menuruni tangga batu, tiba-tiba Zora berhenti. Dan Zora pikir pantainya sepi, ternyata ada seorang cowok sedang melamun.
Cowok itu berdiri sendirian di pantai berpasir, sambil terus memandang ke arah laut.Di laut tampak bayangan warna langit yang biru keabu-abuan.
Byuurr... Byurrrr..
terdengar suara deburan ombak menyemburkan buih berwarna putih ke udara dingin yang lembab.
Tiba-tiba hujan turun. Tetes-tetes air yang berwarna jernih jatuh membasahi bumi.
"Yah, hujan. Huft.."
Gerimis pun berubah menjadi hujan deras. Dan sudah pasti baju yang Zora pakai ikutan basah. Sungguh hari yang menyebalkan. Biasanya Zora tetap bakalan di sini walaupun hujan. Rasanya damai. Tapi, Zora harus pulang.
Saat ini harusnya Zora jalan-jalan santai, eh.. malah kehujanan. Sialan! Sambil terus berujar di dalam hati menuruni tangga batu yang menuju pantai.
Kenapa sih harus hujan pas hari ini? Hmm, suatu perpaduan kondisi yang paling tidak menyenangkan. Sebenarnya Zora malas banget buat balik. Tapi si kura keliatan seneng banget di sini . Ya secara kan mereka berdua memang sama-sama suka pantai.
Aneh banget, dulu Zora nggak takut sama hujan. Padahal lagi deras banget.
"E-eh , tunggu woii. Argh parah banget nih guguk malah tarik-tarik gue. Sabar dong." Mereka berduapun langsung turun ke pantai berpasir.
Cowok itu masih saja mempertahankan posisinya. Kayaknya dia emang tipe orang yang gk peduli. Padahal gue sama si kura udah ganggu kayaknya, soalnya kita berdua berisik. Dia tetap tidak bergerak—diam seperti patung. Kira-kira dia kenapa ya? Gue jadi penasaran nih.
Walaupun cowok itu kelihatan aneh, tapi lihat aja badannya atletis banget. Dengan tenang berdiri sendirian di pantai yang udaranya sangat dingin. Wah, tinggi banget. Penampilannya boleh juga.
Cowok itu tetap saja diam. Tak peduli bajunya yang sudah basah. Seharusnya dia pakai baju hangat dan tutup kepala.
"Aduh, kasian banget. Dia pasti kedinginan karena udah basah kuyup banget. Bisa-bisa dia masuk angin nanti. Hm, eh bentar kenapa gue jadi khawatirin dia. Nggak, ini demi rasa kemanusiaan." Gumamku
Sambil bergumam seperti itu tanpa sadar kaki Zora melangkah menuju dia, lalu berhenti kurang lebih dua belas meter di depannya. Wajahnya hampir jelas. Zora kaget dong. Dia lagi nangis.
"Apa? Cowok seganteng itu lagi nangis? Gue nggak salah liat kan? Atau itu air hujan? Nggak mungkin. Penglihatan gue kan masih normal seratus persen. Gue masih bisa bedain mana air hujan dan air mata."
Tapi memang jelas terlihat dia sedang menangis tanpa bersuara sambil menatap ke laut.
Kayaknya nyesek banget. "Entah kenapa gue kayak ngerasa nyesek juga liat dia nangis. Di lihat dari ekspresinya dan tetesan air mata yang menyiratkan kepedihan mendalam.
Astaga, gue udah lihat hal yang nggak seharusnya".
Zora pun segera beranjak dari hadapannya, dan berjalan di jalur yang tidak biasanya dia lewati.Guk! Guk! Guk!
Dengan nyaring si kura menggonggong. Suaranya seperti berlomba dengan bunyi deburan ombak laut di musim hujan. Mendengar gonggongan si kura, cowok itu menoleh ke arah Zora. Jantung gue serasa berhenti berdegup. Kini kami berdua bertatapan. Dilihat dari sepasang matanya yang diliputi kesedihan yang mendalam. Kayaknya Zora gk bakalan lupa sama sorot mata itu. Dengan segera zora mengalihkan pandangan, lalu mengajak kura untuk melarikan diri dari sana.
Zora terus bergumam "sesedih apakah dia sampai menangis seperti itu tanpa mengeluarkan suara? Kenapa ya ?" Zora dan kura bersama-sama menuruni tangga batu lalu berlari pulang ke rumah.
Di langit tampak Awan kelabu bergulung-gulung. Hujan turun semakin deras. Dalam hati zora berucap bakalan main kejar-kejaran saja bareng kura di halaman rumah.
Saat membuka pintu kamar, Zora berusaha menenangkan diri. Jantungnya masih berdebar-debar. "Aduh gimana ini gue harusnya nggak ngelihat cowok itu nangis". Masih terbayang di benak Zora bola mata itu yang penuh air mata membasahi pipinya. "Kenapa tiba-tiba gue juga ikutan nyesek ya? Apa yang terjadi sama gue sebenarnya?"
Zora merasakan firasat aneh. Kayaknya kejadian ini akan ada sambungannya deh. Zora terus merasakan sesak dan ternyata firasatnya tidak meleset. Selang beberapa jam kemudian, kami bertemu lagi di kelas SMA.
TBC✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨
Masih tahap belajar ..
Happy reading 💗
Maaf ya kalau kependekan..
Jangan lupa vote 🌟 and comment 🤗
Makasih..
KAMU SEDANG MEMBACA
Love at the First Sight (END)
Short StoryKuy, follow for follback ✨✨ follow author dulu sebelum baca .. Jangan pelit buat vote yaa.. ~Zora Sheila Jayanti. berusia tujuh belas tahun. tinggal di kota kecil di pinggir pantai. termasuk perempuan sederhana dan bukan dari keluarga kaya. *** "wo...