Ini hari senin, di awal bulan. Cuaca hujan. Hari dan cuaca yang paling Zora tidak sukai. Hari itu, saat bertemu dengan Nathan, keadaannya persis seperti ini. Permulaan yang tidak menyenangkan. Mungkin penyebab ketidakberesan hubungan antara Nathan dan Zora bermula dari keadaan seperti ini.
Sebenarnya sekarang Zora malas bertemu dengan Nathan di sekolah, dan apalagi harus duduk disebelahnya. Tapi Zora tetap memaksakan diri untuk berperilaku seperti biasanya, sebelum pertemuan di pantai dengan cewek cantik itu. Walaupun rasanya susah dan sama sekali tidak mengenakkan, Zora tetap berperilaku sewajarnya. Dia berhak jatuh cinta dengan siapa saja yang disukainya, kan?
Gimana dengan jalan-jalan sore hari ini? Semoga aja hujan deras. Nathan pasti nggak akan datang kalau hujan. Itu lebih baik buat gue. Hm, apa Rania udah balik ke Bandung ya? Berbagai persoalan berkecamuk dalam benak Zora.
Keadaan di luar rumah masih agak gelap, padahal sebentar lagi jam enam pagi."enaknya jalan-jalan dengan kura apa nggak, ya? Hmm, kayaknya di luar lagi gerimis. Ah, mending keluar bentaran. Sekedar menghirup udara segar". Ucap Zora.
Zora pun segera mengenakan jas hujan, lalu mengajak Kura keluar rumah.
Byurrrr! Byurrrr!
Bunyi deburan ombak memecah pasir pantai. Tidak ada seorang pun di laut pada musim penghujan seperti ini. Udaranya begitu dingin menusuk tulang. Hmm, keadaannya benar-benar seperti hari itu. Saat Zora pertama kali bertemu dengan Nathan. Saat pertama kali Zora menatap wajah itu. Hati Zora terasa perih. Zora ingin segera mengucapkan selamat tinggal kepada perasaan ini. "Udahlah Zora, lupain Nathan. Dia itu hanya teman sekelas" pikir Zora.
Tapi keadaan pagi ini benar-benar membuat Zora kepikiran sama cowok bernama Nathan itu.Suasananya persis sekali. Sambil terus berpikir tentang saat itu, Zora menuruni tangga menuju pantai.
Tiba-tiba Zora menghentikan langkahnya.
Di sana .... Nathan sedang berdiri, persis di tempat yang sama seperti ketika Zora pertama kali melihatnya. Apa artinya ini? Zora berdiri mematung, tidak tau apa yang harus dilakukan.
Guk! Guk! Guk!
Kura terus menggonggong keras dan ekornya bergerak-gerak ketika melihat sosok Nathan. Dan seperti biasanya, dia berlari menghampiri. "Kura!" Ah, tali pengikatnya terlepas dari tangan Zora. Ia langsung berlari ke arah cowok itu
"Kura!" Nathan memanggil sambil memeluk anjing itu, lalu mengelus-elus kepalanya seperti biasanya.
"ZORA SHEILA JAYANTI," teriaknya ketika melihat Zora. "Gue nungguin Lo."
"Apa?"
"Ilaa, Lo kenapa ? Akhir-akhir ini Lo aneh. Nggak kayak biasanya. Ada apa sebenarnya?"
"Oh, ya?"
"Iya, gue liat Lo berubah. Gue jadi kepikiran. Di sekolah juga Lo nggak kayak biasanya."
"Aduh, gimana nih! Apa gue harus jujur aja? Nath, please dong, Lo jangan tanya soal itu. Lupain aja. Jangan tanya sesuatu yang membuat hati gue semakin sakit. Apa gue harus bilang, kalau gue suka sama dia? Tapi ini emang karena dia juga gue jadi aneh gini. Aduh, gimana ya? Gue pengen nangis. Gue kasian sama diri gue sendiri." Perasaan berkecamuk di dalam benak Zora.
Kerongkongan Zora terasa tercekat, dia tidak bisa berkata-kata dan sekarang malah air mata yang mengalir. Terus mengalir deras membasahi pipinya.
"Ilaa..."
Melihat Zora menangis, Nathan kelihatan kaget. Matanya terbelalak, dan kedua tangannya memegang bahu Zora.
"Hei, sebenarnya ada apa? Lo tersinggung ya, sama omongan gue yang barusan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love at the First Sight (END)
Short StoryKuy, follow for follback ✨✨ follow author dulu sebelum baca .. Jangan pelit buat vote yaa.. ~Zora Sheila Jayanti. berusia tujuh belas tahun. tinggal di kota kecil di pinggir pantai. termasuk perempuan sederhana dan bukan dari keluarga kaya. *** "wo...