Bab 5 : Rahasia Kesedihan Nathan

0 0 0
                                    


Jangan lupa vote yaaa..
Follow for follback ✨✨

🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟

"Kura, kamu diam di sini saja ya, supaya nggak ketahuan sama pemilik rumah. Soalnya semua penghuni disini dilarang melihara binatang." Kata Nathan dengan suara pelan.

Tempat tinggal bertingkat lima ini benar-benar asri dan menyenangkan. Jarak dari sini ke pantai juga tidak terlalu jauh. Hanya berjalan kaki kurang lebih lima menit.

"Mending kita ngobrol di kamar gue aja,"

Gimana ya, haruskah gue masuk ke dalam kamarnya? Rasanya tidak pantas, seorang cewek masuk ke dalam kamar cowok. Tapi kalau gue nggak masuk, Nathan pasti kecewa. Gue juga kan pengen dengerin ceritanya. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Ah, bodoamat. Yang penting gue nggak ngapa-ngapain. Dengan agak takut-takut, Zora mengikuti Nathan masuk ke kamarnya. Kamar Nathan berada di tingkat paling atas.

"Kamu diam dulu, kura."

Guk!

Zora menyuruh kura menunggu . Anjing itu tampak kesal, seperti mengeluh. "Kura nggak boleh manja dong," kata Nathan sambil mengelus kepala anjing itu. Karena diperlakukan seperti itu, kura langsung berubah bersikap manis. Ia diam, lalu berbaring seperti mau tidur.

"Syukurlah." Zora bernafas lega. Akhirnya hewannya itu diam juga.

"Ayo masuk. Sorry, barang-barangnya berantakan. Maklum baru pindah."

"Iya, nggak apa-apa," jawab Zora lalu masuk.

Ketika masuk rumah, mata Zora melihat sekeliling ruangan. Begitu masuk dari depan, ada dapur kecil. Di sebelahnya ada ruangan. Yang hanya ada satu ruangan.

"Keluarga Lo yang lain mana?" Tanya Zora.

"Gue sendirian."

"Sendirian?"

"Ya. Lo kaget, ya."

"Eh.."

"Lo duduk aja dulu di sana." Suruh Nathan sambil menunjuk ke arah bantal kursi itu.

"Makasih."

Zora pun duduk. Dia mengedarkan seluruh pandangannya ke kamar Nathan. Di dalam ruangan hanya ada tempat tidur kecil berwarna putih, rak buku, dan meja kecil. Di sudut ruangan terdapat kardus-kardus yang belum dibereskan. Hmm, ruangan yang tidak ada apa-apanya. Rasanya tidak pantas. Nathan yang di sekolah keliatan sehat dan gembira, tinggal di tempat seperti ini. Sendirian lagi. Ruangan yang benar-benar sepi.

Zora yang melihat Nathan sedang sibuk di dapur pun menghampirinya. "Nath, nggak usah repot-repot."

"Yang repot itu siapa? Lo jangan ge-er ya."

"Gue kira Lo mau bikin minuman."

Tapi ternyata cowok itu memang membuat minuman. Wah, pinter basa-basi juga nih cowok.

"Ayo kopinya diminum. Eh, Lo suka kopi, kan ?"

"Makasih. Tenang aja, gue ditawarin apa aja mau kok. Asal bukan yang aneh-aneh."

"Sorry, ya. Kebiasaan, nih. Nggak nawarin dulu, langsung gue bikinin kopi. Kalau Lo nggak suka kopi, kan kasian."

Nathan memberikan Zora secangkir kopi, lalu duduk disebelah Zora.

"Hmm, baunya enak." Zora pun menyeruput kopinya perlahan.  Rasanya juga nikmat.

"Enak, nggak?" Tanya Nathan sambil tersenyum.

Love at the First Sight (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang