Bab 9 : Rasa Ingin menangis

0 0 0
                                    

Jangan lupa vote yaaa..
Follow for follback ✨✨

🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟🌟

Nathan sudah susah-susah membuatkan French toast. Tapi Zora sama sekali tidak tau apa rasanya, apalagi menikmatinya.

"Waduh, gue baru ingat. Gue harus ngerjain sesuatu nih. Gue balik dulu ya nath. Makasih French toastnya," kata Zora setelah selesai makan.

"Gue antar, ya. Lo kayaknya keliatan nggak enak badan."

"Eh, nggak usah. Gue baik-baik aja kok." Zora segera membalikkan badan, Seolah berlari dari rumah Nathan, sambil membawa kura. Zora tak memperdulikan Nathan yang berteriak-teriak memanggilnya. Zora terus berlari. Tak lama kemudian, Zora sampai di tepi pantai dengan napas terengah-engah.

Ombak tinggi memecah pantai
Beriak-riak berkejaran mencapai pasir
Matahari tak nampak sama sek
Bayangan rembulan yang berseri terpantul di laut yang sunyi

Laut di malam hari, terasa tenang dan damai. Suara deburan ombak nyaris tak terdengar. Sunyi.. kalau manusia sedang gelisah, rasa sepi seolah mencekam dirinya. Zora merasakannya saat berada di sana.

Zora pernah membacanya di suatu buku. Katanya, hal itu di karenakan manusia dilahirkan dari buih lautan.

Zora duduk di atas hamparan pasir di tepi pantai. Zora merasakan kesedihan yang mendera. Kura duduk di sampingnya, menemaninya seakan turut merasakan kesedihan Zora.

Zora terus memikirkannya. Apakah cewek itu benar kekasih Nathan? Cewek itu lebih cantik darinya. Entah kenapa Zora sedikit iri. Zora merasa bodoh telah berharap lebih. Dia bingung harus bagaimana. Haruskah dia mengubur perasaannya? Tapi bagaimana caranya?

Zora merutuki dirinya yang begitu bodoh, menyukai Nathan. Seumur hidupnya, baru pertama kali ini Zora menyukai seorang cowok. Tapi kalau Nathan menyukai cewek lain, harus dikemanakan perasaan Zora? Zora begitu menyukainya. Tapi ternyata.. perasaannya bertepuk sebelah tangan. Ya, cinta Zora tidak mungkin santai.

Zora tidak bisa kalau hanya sekedar berteman dengan Nathan. Atau Nathan hanya sekedar teman curhat. Pangeran impiannya itu sudah memiliki seorang putri. Jadi, sudah tidak ada tempat lagi untuk Zora.

Walau tangan ini dijulurkan, tetap saja tidak bisa menggapainya. Ada sedikit rasa penyesalan . Seharusnya sejak awal Zora tidak usah mengenalnya. Zora berharap, kalau saja ada keajaiban, dia ingin perasaannya itu terhapus. Dia ingin semua kenangan indah bersama Nathan terhapus.

"Huft, ternyata gini rasanya cinta pertama. Indah, dan sulit terlupakan. Apa benar cinta pertama tidak pernah mati?"

First love never die . Kalimat yang indah dan menurut Zora 99% benar. Zora pernah menuliskannya di buku hariannya. Dan .. kata-kata yang dia tulis kini terngiang-ngiang lagi di benaknya. Dada Zora terasa pedih. Tanpa terasa air matanya jatuh. Makin lama semakin deras. Zora benar-benar menyukainya. Dan rasa sukanya sama besar seperti  rasa sakit di hatinya.

Zora menenggelamkan wajahnya yang bersimbah air mata ke dalam pangkuannya. Betapa malangnya nasibnya. Harus sakit hati saat cinta pertama belum bersemi. Bagaikan bunga, sudah layu sebelum berkembang. Zora semakin terisak.




TBC ✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨

Kasian Zora jadi sad girl 🙂
Tapi, suka sama orang kan hal yang wajar. Semakin dia ingin menghindar, maka akan semakin besar pula rasa sukanya.
Nggak nyangka , bakalan bikin Zora jadi sad girl disini 🤸🤸🤸🤸

Eh, iyaa makasih yaaaaa buat kalian yang mampir ke syiniii...
Jangan lupa vote and comment ..
Sehat selalu buat kalian ✨

Love at the First Sight (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang