Setelah meninjau proyek di lapangan secara langsung, meru pengen sedikit me-refresh pikiran dengan jalan-jalan di desa sekitaran villa yang dia sewa.
Meru senyum tipis pas ngeliat ada sebuah taman yang cukup rame dikunjungi sama orang-orang sini. Dan banyak juga yang lagi jualan.
Meru mutusin buat kesana dan menikmati udara sejuk sejenak. Meru meringis pas ngeliat taman itu makin deket udah kayak cendol dawet. Rame banget! Meru baru sadar kalo sekarang itu hari minggu.
Agak kurang nyaman sama banyaknya orang disini bikin Meru nyari spot yang agak sepi. Meru jalan terus melewati taman itu dan jalannya agak naik. Hingga akhirnya Meru sampai juga di puncak tempat ini yang kayak bukit kecil tapi gak setinggi itu. Ada lereng kecil yang dibatasi sama irigasi yang ngalirin sawah di hadapannya.
Langkah Meru terhenti. Bukan karena pingin menikmati pemandangan, tapi karena ada seseorang yang duduk diam menatap hamparan permadani hijau dari rumpun padi yang baru ditanam.
Walaupun orang itu duduk membelakangi Meru tapi Meru tau siapa dia. Orang yang dia cari nyaris setahun ini.
Mungkin ini memang jalan takdirnya Meru. Karena dia juga gak menyangka bisa ketemu orang ini disini.
"H—hera?"
Sosok yang membelakangi Meru itu noleh dengan muka sembab. Matanya membulat pas sadar ada seseorang disini.
Meru heran, kenapa hera masih cantik walaupun mukanya berantakan begitu? Tapi Meru sadar dia hanya bisa mengagumi tanpa di cintai.
Sakit sih tapi ya mau gimana? Orang ini karmanya Meru kok.
Tapi tak mengapa, bagi meru asal hera bahagia dalam hidupnya. Meru gak papa.
Hera ngusap mukanya dengan cepat "k—kak Meru ngapain disini?" kata hera agak gugup karena Meru jalan mendekat dan duduk di sebelahnya, duduk diatas rumput basah sisa embun pagi.
Meru berdehem pelan "kebetulan kakak lagi ada kerjaan disini, terus mau ke taman tadi terlalu rame jadi random aja ke sini"
Meru jelasin secara singkat aja, takut hera risih kalo dia ngomong panjang lebar. Kesannya kayak gak tau diri banget, eh bukannya situ juga ya? Upsie
Hera ngangguk pelan "disini emang nyaman banget, kalo dibawah terlalu rame"
"Udah lama ya hera, kamu apa kabar?"
Hera ngelirik Meru sekilas terus kembali menghadap kearah sawah di depannya dan ngomong dengan nada datar "gak baik. Makin gak baik pas kakak muncul"
Meru tercekat. Dia nunduk ngeliat sepatunya yang ada bercak debu basah. Gak tau kenapa tiba-tiba matanya Meru panas, tapi dia tahan.
"Maaf ya ra? Maaf kalo kedatangan kakak malah memperburuk suasana hati kamu"
Hera gak bergeming. Dia masih dalam masa berkabung karena kepergian yeol. Walaupun rasa cintanya belum sedalam itu tapi tetep aja rasa sakitnya gak terkira.
"Kakak emang ganggu banget. Ganggu aku yang lagi sedih karena orang yang aku cintai meninggal" lirih hera dengan air mata yang kembali mengalir.
Meru terdiam. Dia gak bisa bales kalimat hera karena dia tau, kehilangan orang yang dicintai itu gimana rasanya.
"Innalillahi... "
Hera bisa denger suara lirih Meru disebelahnya. Tapi hera abai, dia masih menikmati air matanya.
Meru udah mulai terbiasa dengan menjadi bayangan di hadapan hera. Tak mengapa bagi Meru karena mencintai hera adalah
Bahagia untuknya, walaupun rasa itu tak akan pernah terbalas.Meru hembusin nafasnya panjang, mencoba untuk menyampaikan apa yang dia pendam selama ini.
"Ra,kakak pingin kamu tau, kakak di
sini menanti dirimu, kakak selalu nungguin kamu meski kakak harus nunggu hingga ujung waktu kakak. Dan kakak harap rasa ini akan abadi untuk selamanya"Hera natap Meru gak yakin. Meru yang nyakitin dia selama ini bisa bilang begini ke dia?
Ngeliat ekspresi hera yang kayaknya udah terlanjur benci sampai ke tulang itu cuma bisa bikin Meru nahan rasa sesak di dadanya. Nafas Meru tercekat di tenggorakan. Matanya bergetar kemudian ngomong begini
"Kalo kamu keberatan, tolong ijinin kakak meluk kamu kali ini aja. Sebagai ucapan selamat tinggal untuk selamanya. Karena setelah ini kakak gak bakalan ganggu kamu lagi, kakak akan menjauh sejauh-jauhnya dari hidup kamu. Kakak akan pergi dari hidup kamu, boleh?"
Hera masih tak bergeming. Dia masih menatap lurus mata Meru. Hingga hera merasakan pelukan hangat yang ia damba selama ini.
Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejab saja, hera.
Pelukan singkat namun menyakitkan itu akhirnya berakhir. Meru mundurin langkahnya dan menatap hera yang sama sama terluka. Meru dengan wajah memerah karena menahan tangis dan sesak di dadanya. Dan hera yang ikut merasakan jika dia ikut terluka karena perjuangan Meru yang berakhir disini.
Meru berjalan melewati hera. Kaki Meru sudah berada di pinggir jalan. Meru noleh ke belakang dan ngasih hera senyum perpisahan sebelum ada mobil dengan kecepatan tinggi yang menabrak Meru tepat di hadapan hera.
BRAK!
"M—Meru... "
Badan hera gemetar hebat dan jatuh berlutut diatas tanah berkerikil tajam yang melukai lututnya.
Tapi kemudian setelah kekuatannya kembali hera lari ke arah Meru yang udah gak sadarkan diri itu.
"TOLONG! PANGGIL AMBULANS!" hera menjerit.
Pelaku yang nabrak Meru tadi udah dikejar warga karena melarikan diri.
Hera gelengin kepalanya dengan air mata yang gak berhenti mengalir. Hera nepuk nepuk pipi Meru yang udah gak sadarkan diri di pangkuan hera.
"Kak, sadar! Meru bangun!" hera terisak di rambut Meru.
Hera gak mau kehilangan lagi, udah cukup yeol ninggalin dia kemarin dan hari ini hera gak mau kehilangan Meru.
"Bangun kak! Ayo kita perbaiki semuanya hiks" hera memeluk kepala Meru yang ada di pangkuannya.
"Nak, itu ambulans nya udah datang. Biar pacarnya dibawa ke rumah sakit dulu"
Hera ngangguk dan biarin petugas ambulans ngebawa Meru ke dalam ambulans.
(≧(エ)≦ )
O—owhh:((
Jum'at, 29/07/2022
10:51 p.m
KAMU SEDANG MEMBACA
Bear Brand [ MarkHyuck GS ]
FanfictionSejak kecil bersama bukan berarti ketika dewasa mempunyai perasaan yang sama kan? Seo fam! ft Mark MarkHyuck GS! genderswitch area! don't like don't read! 🥑 18/02/2022