Hera terdiam didepan ruangan Meru. Dia udah hubungin papa dan mamanya buat bantuin Meru disini. Sekalian minta bawain baju ganti karena sejak disini hera belum ganti baju sama sekali.
Bahkan celana training hitamnya masih ada noda darah dari Meru. Hera agak heran juga, kok bisa dijalan kampung ada mobil ngebut dan sayangnya supirnya itu mabuk. Bahkan sampai ada korbannya begini.
Hera gak berniat buat hubungin keluarganya Meru karena dia gak punya nomernya lagi. Hera udah lost contact sama keluarga djuanda. Tapi hera juga gak tau mama papanya bertindak sama kayak hera apa enggak.
"Adek!"
"Sayang!"
Hera noleh ke sumber suara dan nemuin tania sama Johnny yang jalan terburu-buru kearah dia sambil bawa tentengan di tangannya.
Hera menghambur ke pelukan johnny dan nangis disana "papa hiks.. "
Johnny membalas pelukan anaknya itu dan ngelus rambutnya pelan "it's okay sayang... Meru bakalan baik-baik saja"
Tania ikut mengelus punggung si bungsu "gak papa sayang.. Tenang oke? Meru udah berada di tangan yang tepat" hibur tania.
"Nah sekarang kamu ganti baju dulu, biar papa sama mama yang gantiin kamu jaga disini" ujar Johnny.
Hera menurut, setelah ganti baju hera kembali ke ruang ICU karena Meru langsung dibawa ke sini setelah dari UGD.
"Parah kayaknya ma si Meru, nih sampe dibawa ke ICU segala"
"Iya mungkin pa, aduh kasian banget anaknya tyas"
Hera duduk diam di sela obrolan Johnny dan tania. Hera masih cemas mikirin keadaan Meru di dalam. Walaupun hera mencoba untuk membenci Meru sedalam-dalamnya namun hera selalu gagal.
Mengapa masih ada sisa rasa di dada? Batin hera.
Hera selalu mencoba untuk membenci namun ia selalu teringat rasa cintanya yang kembali hadir.
Walaupun sempat mencintai ijen namun Meru tetap tersimpan di penyimpanan perasaannya dengan judul cinta pertama yang tak akan pernah usai.
Hera tersentak dari lamunannya ketika tangannya yang kosong di genggam oleh tania. Hera menoleh dan tania memberikan senyuman paling menenangkan yang pernah dia punya. Khusus ia berikan untuk anak bungsunya yang dilanda kegundahan.
"Jangan lupa berdoa ya? Yang Meru butuhkan saat ini adalah doa dari kita semua. Ya nak? Minta yang terbaik buat Meru"
***
Hera bersyukur karena Meru akhirnya bisa dipindahkan ke ruang inap biasa setelah melewati masa kritisnya. Bukan di ruangan khusus yang selalu di monitor oleh dokter dan paramedis disana.
Kondisi Meru sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Sekarang Meru udah sadar dan lagi disuapi makan sama Tania, makanan khusus dari rumah sakit tentunya.
Hera mengintip di pintu kamar inap Meru yang terbuka sedikit. Hera bisa melihat meru yang lagi bercengkrama sama Tania dan Johnny. Walaupun sosok itu pernah menyakiti hati anaknya tapi Johnny tau Meru sedang butuh bantuan. Maka dengan senang hati Johnny mengulurkan tangannya untuk membantu. Johnny tidak ingin menyimpan dendam terlalu lama, ia tidak mau sakit hati terlalu lama. Sudah cukup dan saatnya berdamai dengan perasaan.
"Hera... Sini sayang, mama tau ya kamu daritadi ngintip disitu"
Hera tersentak lalu dengan gugup masuk ke ruang inap Meru, Hera bisa melihat senyum Meru yang tulus.
Hera dengan malu-malu masuk ke ruangan Meru sambil bawa buah potong yang dia simpan di box plastik khusus.
"Meru, makanannya udah abis ya? Kalo gitu mama sama papa mau ke bawah dulu ya, adek jagain Merunya ya. Ayo pa kita pergi"
Tania menggeret Johnny keluar dari ruangan Meru. Dengan kikuk Hera duduk di tempat yang mamanya duduki tadi. Btw Tania sama Johnny udah ngijinin Meru buat panggil papa mama. Satu langkah lebih dekat yekan?
"Gimana? Udah mendingan"
Meru senyum tipis "Alhamdulillah, udah lebih baik dari kemaren. Tapi masih agak pusing"
Hera ngangguk "syukur deh. Mungkin itu pusingnya efek dari benturan kali ya?"
Senyum Meru makin lebar. Hera udah lebih cerewet dari biasanya. Apakah ini pertanda?
"Mungkin aja sih" jawab Meru sekenanya.
Hera kemudian ngeluarin salah satu box yang berisi semangka dingin yang udah dia potong-potong sendiri.
"Mau ini gak?"
"Apaan?"
"Semangka"
"Mau, tapi suapin"
Pipi Hera merona pas Meru minta disuapin. Jadi dengan telaten Hera nyuapin satu persatu potongan semangka dingin itu ke mulut Meru diselingi obrolan tentang keseharian mereka.
"Ish! Kok bisa-bisanya nyiprat ke jidat sih kak?!" Hera ngomel-ngomel sambil ngusap keningnya Meru yang kena cipratan air dari semangka tadi.
Mana deket sama yang lebam lagi. Hera jadi agak aneh ngeliat Meru yang jidatnya biru itu. Jidat agak ke pinggir, tepat diatas pelipis gitu. Mana lebamnya lebar lagi. Mungkin itu kebentur aspal.
Meru mejamin matanya "ya gak tau Ra"
Hera ndengus "udah ah kakak tidur aja. Aku mau ke toilet dulu"
Meru ngangguk. Tangannya ngeraih hpnya yang ada disebelahnya. Ada banyak panggilan dari orang tuanya. Meru sengaja cuma ngasih tau ke sekretarisnya aja biar bisa handle pertemuan sama kliennya. Sedangkan orang rumah gak ada satupun yang meru kabarin.
Meru noleh pas Hera keluar dari kamar mandi. Hera ngerutin alisnya pas inget sesuatu.
"Kakak gak ngabarin om njep Tante Tyas gitu?" Meru gelengin kepalanya bikin Hera bertanya-tanya.
"Kenapa?"
Meru naruh hpnya ke tempat semula terus benerin posisi duduknya yang nyender di bed rumah sakit yang udah diatur sedemikian rupa.
"Kakak cuma gak mau mereka kepikiran aja"
Kenapa Hera dengernya malah kesel ya?
"Bukannya malah tambah khawatir kalo kakak gak ada kabar kayak gini? Kasian tau tante Tyas pasti bingung banget nanya kabar kakak kemana-mana" oceh Hera.
Meru senyum tipis karena Hera makin kesini makin bawel sama dia. Yang jelas Hera udah mulai peduli sama keadaannya Meru.
"Iya iyaaa, nanti dikabarin"
Hera melototin Meru "sekarang kak" terus ngomong dengan penuh penekanan.
Bikin Meru meringis, takut dia "iya ini dikabarin"
Dan itu berhasil bikin Hera senyum puas.
(≧(エ)≦ )
Sabtu, 30/07/2022
12:16 p.m
KAMU SEDANG MEMBACA
Bear Brand [ MarkHyuck GS ]
FanfictionSejak kecil bersama bukan berarti ketika dewasa mempunyai perasaan yang sama kan? Seo fam! ft Mark MarkHyuck GS! genderswitch area! don't like don't read! 🥑 18/02/2022