010

11 4 0
                                    


Ranting-ranting kecil nan runcing semak belukar yang menggesek punggung serta lengannya tak membuat iris kebiruan Ruelle mengalihkan atensi dari buku karya Drozahl Ronan. Dia tengah membaca buku tebal tersebut dengan posisi yang agak tidak nyaman. Rambut perak panjang Ruelle jatuh di atas rumput taman yang masih berembun. Wajahnya tampak damai dan tenang, tetapi nyatanya banyak hal yang menjejali kepalanya saat ini ketika dia membalikkan halaman demi halaman buku yang Guinevere tinggalkan.

"Aku tidak tahu dia juga membaca ini," gumamnya pelan. Ruelle tahu Guinevere senang membaca. Dia hanya tidak menyangka bahwa gadis itu bakal membawa-bawa buku dari Celandine seperti ini.

Ruelle meletakkan buku Ronan dan meraih satu lagi dari atas rumput. Kali ini adalah buku dari Trejan, di mana judulnya adalah 'Masa Kejayaan Kekaisaran Trejan dan Kaisar Ischairos'. Sebenarnya, dari judulnya saja Ruelle sudah muak, tetapi dia membuka halaman pertama. Benar saja, isinya hanya bualan yang dilebih-lebihkan tentang bagaimana sang kaisar menaklukkan kerajaan-kerajaan di Benua Elysiandria. Sangat berat sebelah dan tidak sesuai fakta, bahkan mereka menuliskan karangan mutlak pasal kehidupan damai serta kesejahteran para kerajaan taklukan. Mereka tentu tidak perlu repot-repot mencantumkan tentang kekejaman mereka terhadap kerajaan taklukan. Ruelle nyaris saja merobek buku itu jadi serpihan-serpihan kecil tatkala sebuah suara membuat jantungnya seolah-olah terlewat satu ketukan.

“Rue.”

Kepala Ruelle mendongak terlalu cepat. Mulutnya terasa kaku menyuarakan nama itu. “Joud Xhannon?”

Pangeran Joud menampilkan senyum menawan. Senyum itu semanis dan sememabukkan seperti yang terakhir kali Ruelle ingat. Sang pangeran menghampiri Ruelle yang langsung bangun dari kelumpuhan sesaatnya.

“Kau tidak tahu betapa bahagianya aku karena bisa melihatmu kembali—"

"Tidak seharusnya Anda berada di sini, Pangeran!" Di luar kemauannya, suara Ruelle nyaris melengking dan lebih tajam dari yang dia duga. Jarak mereka tidak lebih dari tujuh langkah. Ruelle bisa melihat sekilas ekspresi terluka muncul di wajah tampan sang pangeran ketiga dari Kekaisaran Trejan itu, tetapi segera tergantikan dengan roman jenaka.

"Jujur saja, aku mengharapkan sambutan yang lebih hangat. Tapi, sepertinya kau terlalu terkejut, Yang Mulia Putri. Lama tidak berjumpa."

Lebih dari lama, tepatnya. Ruelle merasa jauh bahkan meski Pangeran Joud kini berdiri menawan di hadapannya. Kerisik daun-daun kering mengisi keheningan di antara mereka berdua, pandangan Ruelle jatuh di sudut bibir Pangeran Joud yang masih menyunggingkan senyum.

"Apa yang membawa Anda kemari, Pangeran?" Ruelle pikir Joud kelewat nekat. Dia layaknya seorang pria gila yang masuk ke kandang singa tanpa pikir apa-apa. Bayangan Pangeran Joud yang membawanya pergi dari alun-alun kembali berkelebat. Tindakan ceroboh itu membuat perasaan dingin menyergap dada Ruelle. Kekhawatiran turut membarengi pelipis basah wanita itu yang kini dialiri keringat.

“Aku hanya ... merindukanmu," jawab Pangeran Joud ringan. Dia maju selangkah dan mencondongkan tubuhnya ke arah Ruelle. "Buku apa yang kau baca, Rue? Tidak biasanya kau membaca buku.”

Sepasang mata indah Pangeran Joud menelisik sampul tebal buku yang dipeluk Ruelle. Lekas-lekas, Ruelle tersentak dan menyembunyikan buku Kejayaan Trejan di balik tubuhnya. Air mukanya langsung terlihat waspada. “Bukan apa-apa!”

Tatapan Ruelle berubah sengit. Dia meremas buku itu. Mendadak, di telinganya terngiang isi buku Kejayaan Trejan yang membuatnya sangat kesal.

Pangeran Joud tetiba lebih mendekat lagi dengan Ruelle, menatap lekat wajah wanita itu yang kini secara terang-terangan menunjukkan gestur tidak nyaman. Akan tetapi, Pangeran Joud tampak tidak peduli.

2nd Project - IrrepressibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang