Pagi datang terlalu cepat. Ruelle memandang bias mentari yang masuk melalui celah jendela dan singgah di badan gelas kristalnya. Tubuh Ruelle terasa pegal di hampir semua titik, tetapi yang lebih menyakitkan adalah perasaan menusuk-nusuk di dada. Gadis itu menelengkan kepala ke kiri, lantas suara Lady Ysabelle samar-samar tertangkap oleh rungunya.
"Guinevere memang sering melewatkan sarapan. Gadis kesayanganku itu kelewat cinta dengan buku-buku daripada menghabiskan waktu bersamaku," kata sang lady, "Meja makan selalu sepi sebab Viridian pun jarang makan di rumah. Aku hanya ingin meminta pengertianmu, Lady Ruelle, jika Viridian akan sering pulang larut dan berangkat pagi-pagi sekali tanpa sempat untuk bertukar kata."
Ruelle mengangguk. Dia teringat laporan Soren tentang keluarga Géricault yang masih kerabat jauh kekaisaran Trejan. Sejak Kaisar Ischairos naik takhta, peran keluarga Géricault sangat vital. Mereka berjalan di sisi sang kaisar untuk memimpin penaklukan berbagai kerajaan. Dari informasi yang Soren kumpulkan, setelah diangkat jadi duke yang baru, Viridian makin dekat dengan sang kaisar. Pemuda itu sangat disayangi oleh Kaisar Ischairos. Dan keberhasilan perang melawan Eudania serta Orsha membuat nama Viridian melambung. Perannya sebagai ahli strategi Trejan dikenal hampir di seluruh daratan Elysiandria.
"Sebenarnya, saya sama sekali tidak keberatan. Sang duke bebas melakukan apa saja. Dia bisa sepenuhnya mengabaikan saya dan saya akan berterimakasih karenanya."
Lady Ysabelle menghentikan kegiatan makannya dan menatap Ruelle dengan terkejut.
"Kami tidak perlu berpura-pura, bukan?" kata Ruelle. Sepasang matanya tampak letih. "Hubungan saya dengan sang duke sudah rusak dari awal. Pernikahan ini tidak dikehendaki oleh satu pun dari kita karena semuanya terjadi hanya untuk memenuhi rencana kaisar. Di ujung jalan, yang akan kita temui berupa reruntuhan kegagalan."
Ruelle sama sekali tidak merasa bersalah ketika Lady Ysabelle termenung lama sambil menatap dalam pada matanya. Ibunda Viridian itu meletakkan garpunya dengan lemah, dan Ruelle memilih untuk bangkit dari kursi.
"Apa yang kami punya hanyalah rasa benci, Lady. Saya tidak akan meminta maaf untuk hal itu."
"Tunggu!" teriak Lady Ysabelle saat Ruelle berbalik. "Tuan Putri, kau dan Viridian masih punya banyak waktu untuk saling mengenal. Bahkan, meski banyak sesuatu yang tidak bisa dimaafkan, masih ada hal-hal yang bisa diperbaiki. Tidaklah bijak menarik diri dari kami seperti itu. Aku berusaha mendukungmu dan aku akan berusaha semampuku. Kuharap kau bisa memahami hal tersebut."
Ruelle membalikkan badan dan menatap Lady Ysabelle dengan heran. "Untuk apa aku memahami orang-orang yang menginjak-injak negaraku seperti kotoran?"
Raut wajah Lady Ysabelle menyiratkan ketidaksetujuan. Dia mendekati Ruelle dan menyentuh lengan gadis itu. "Untuk bertahan. Pengkhianatan terang-terangan hanya akan membuatmu terbunuh di sini."
Sekelebat ingatan tentang malam kemarin mengoyak paksa hati Ruelle. Suara rendah penuh ancaman milik Viridian bergema di kepalanya. Ruelle mundur menjauh, tetapi Lady Ysabelle menarik tangannya dengan kuat.
"Hari ini, aku ingin kau datang ke pesta teh yang aku adakan. Acara itu kuselenggarakan sebagai perkenalan resmi untuk Duchess Géricault yang baru. Orang-orang yang kuundang adalah nyonya atau putri dari vasal di bawah kepemimpinan Géricault. Dalam waktu dekat, aku dan Tuan Gienemar akan tinggal di villa peristirahatan milik keluarga di pedesaan."
Lady Ysabelle menarik napas dalam-dalam, berkebalikan dengan Ruelle yang tengah menahan napasnya.
"Setelah ini, aku dan semua orang di Trejan akan memanggilmu Duchess. Entah kau suka atau tidak. Mereka sudah datang sejak tadi, aku hanya menunggu sampai kau selesai sarapan," lanjut Lady Ysabelle.
KAMU SEDANG MEMBACA
2nd Project - Irrepressible
RomansaBanyak yang mewanti-wanti agar kita teguh pada diri sendiri supaya tidak dipermainkan oleh takdir. Memang, siapakah takdir? Kenapa seenaknya menyuruh para manusia tak bisa berontak dan hanya pasrah mengikuti alur? Apakah ia yang memaksa Ruelle meni...