Secercah cahaya hampir menyentuh pipi pucat milik Guinevere saat keseimbangan lengan yang telah dia jadikan tumpuan membaca buku sembari berbaring mendadak goyah. Putri bungsu Gienemar Géricault gemar membaca buku. Kegiatan itu bagaikan mengangkasa dengan sepasang sayap putih bersih atau sesederhana berbaring di padang bunga yang udara segarnya wajib dia hirup dari hiruk pikuk kehidupannya sebagai anggota keluarga Géricault. Tiap hari dia akan pergi dengan riang bersama setumpuk buku dalam pelukan tangannya dan sang pelayan, Rose, menuju taman paviliun di samping Hutan Clalon.
"Bacalah salah satu buku yang ingin kau baca, Rose." Guinevere teringat saat pertama kali membuat sendiri jadwal membaca buku. Saat itu, dia mengerjap, tidak mengerti mengapa Rose hanya terdiam menanggapi tawarnnya untuk membaca.
"Ada apa, Rose?" tanyanya, bingung dengan respons kaku Rose saat itu. Padahal, Rose adalah pelayannya yang paling ekspresif dan ceria. "Kau tidak suka membaca, ya?"
Sembari menunduk dengan gemetar, Rose menjawab, "Hamba bukan ingin membantah perintah Nona Muda, hanya ... hanya saja pemahaman kosa kata hamba terlalulah dasar dan sedikit untuk membaca buku-buku milik Nona Muda ini. Lagi pula, pelayan rendahan seperti hamba tidak seharusnya—"
"Omong kosong!" potong Guinevere. Dia menatap Rose yang berambut hitam pudar sedikit tak beraturan itu dengan hati mencelus. "Singkirkan omong kosong tentang sebutan itu dan aku akan membantumu membaca. Jika ada kata-kata yang sukar kau pahami, beritahu aku."
Guinevere memandang kosong halaman buku di genggamannya. Dia tidak suka Rose menyebut dirinya sendiri sebagai pelayan rendahan yang kastanya jauh di bawah telapak kakinya. Dia menyayangi Rose layaknya teman. Bahkan menurut Guinevere, Rose lebih dari sekadar pelayan. Rose adalah teman dekatnya melebihi sosialita mana pun yang punya muka banyak. Dan Guinevere telah memperhatikan binar terang yang bersinar di sepasang manik Rose saat melihat buku-buku yang Guinevere bawa. Itu sebabnya dia sering membawa Rose untuk membaca. Saat melihat buku, Rose terlihat bahagia seperti dirinya. Dia ingin terus begitu. Karena bagi Guinevere, membaca adalah suatu kebahagiaan, dan dia ingin membagikan kebahagiaan itu meski hanya untuk seorang pelayan.
Silir angin bergulungan di tulang kering Guinevere yang terbungkus kaus kaki, helai-helai kecil rambut cokelatnya menari-nari ke arah angin mengembus. Masih dengan berbaring dan buku di atasnya, dia menoleh barang sejemang. "Rose?" panggilnya, teringat bahwa beberapa menit lalu pelayannya itu menutup buku dan meminta izin untuk pergi mengambilkan kudapan ringan.
"Rose, kau di sana?"
Tak ada jawaban lagi. Guinevere menyerah akan rasa penasarannya dan membiarkan kekesalan itu tertumpah berganti dengan minatnya kembali pada buku.
Tanpa Guinevere sadari, sebuah siluet mendekatinya dan bersuara, "Nona Muda, mohon ikuti saya."
Guinevere yang terkejut pun lalu bangun terduduk, menatap Rose dengan sedikit mendongkol. Namun, dia segera mengikuti paksaan Rose. Gadis itu tergesa-gesa membimbing sang nona ke sebuah tempat.
"Tolong pindahkan buku-buku Nona Muda ke tempat semula." Rose menyerahkan buku-buku Guinevere kepada dua pelayan terdekat yang kebingungan. Sementara para pelayan itu membereskan buku-bukunya, Guinevere merapikan gaun beserta rambutnya yang dibiarkan terurai.
Dengan Rose yang memimpin, Guinevere menuju taman gedung pusat saat sang ibu—Lady Ysabelle Jeene—tengah bercakap-cakap dengan kepala pelayan Griya Géricault yang berkumis baplang berwarna pirang madu, Tuan Rhodge. Rerumputan hijau tergerak saat Guinevere mendekat ke arah dua orang tersebut. Telinga yang dihiasi anting emas bermata permata biru langit—sesuai dengan gaunnya hari ini—menangkap dengar bahwa besok, Viridian—sang kakak—akan datang bersama istri barunya ke Griya Géricault.
KAMU SEDANG MEMBACA
2nd Project - Irrepressible
RomanceBanyak yang mewanti-wanti agar kita teguh pada diri sendiri supaya tidak dipermainkan oleh takdir. Memang, siapakah takdir? Kenapa seenaknya menyuruh para manusia tak bisa berontak dan hanya pasrah mengikuti alur? Apakah ia yang memaksa Ruelle meni...