Rindu

1 0 0
                                    

Dua hari berlalupun air mata ini terus saja mengalir, sama halnya dengan ayang putri pertamaku, masalahnya sih sepele hanya karena, sibungsu sudah dipondok, menuntut ilmu, sedang berenang menuju titik hilir dari hulu,.........Ah perempuan dasar " No woman No Cry " katanya..... belumlah syah jadi perempuan kalau tidak pernah menangis.

Wonder woman gelar yang diberikan hampir semua orang padaku, kali ini jauh dari bukti nyata,....guliran putih menelusuri pipiku hampir 10 menit sekali, ......berhenti sesaat namun begitu lagi,.... lagi....dan lagi.

Benar kata Dilan " Rindu itu berat, biar aku saja" . Andai aku bisa wakilkan rinduku ini aku akan wakilkan sepenuh hati, tapi......
dengan rindu inipun aku tahu seberapa cintaku pada Anak laki-lakiku yang baru saja berusia 13 tahun namun berani memutuskan " Lulus SDIT Al AZHHAR aku mau nyantren". Keputusan yang membuatku SHOCK tapi dengan alasan yang tepat dan akurat aku hanya bisa mensuport keinginanya, tanda setuju dengan keputusan yang diambil.

" Bunda, menangislah berpisah dengan AA karena AA menuntut ilmu, AA tidak mau melihat Bunda menangis dimasa depan karena AA bukan laki2 yang baik ". Kata katanya malah membuatku semakin deras air mata ini, bak air terjun NIAGARA, .... 13 tahun bicara seperti ini terlalu "Mature". " Jangan pernah sudutkan AA, Bunda lah yang membuat AA memiliki tekad dan keputusan yang kuat ini, Bunda ingat, AA harus konsisten kalau bicara, karena AA tak punya ekor, manusia dipegang omonganya ". Muka polosnya rasanya bertolak belakang dengan kata-katanya. Hatiku menjerit " Ya Rabb. Nikmat yang mana yang Hamba harus dustakan????? " kuhela nafasku sebelum meninggalkan PONPES ARRIDHO, kugas maju perlahan meninggalkan drop in parkiran, namun air mata ini terus mengalir menghiasi perjalanan pulang, Sesekali Abah menguatkan, " Ikhlaskan dan percayakan pada Pondok". Tapi Sumpah ya, sebetulnya jarak rumah dan PONPES tersebut hanya 1 KM tapi tetap rindu melanda dan serasa AA ada diseberang benua dan samudra.

AA ku fokus dan siap mendapat pembelajaran, Karena cinta ALLAH. ya Kalimat yang mengobati hatiku saat itu " Rabbi Habli Minnassolihin ".

Tears for HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang