Tears means Love

2 0 0
                                    

Hidup ini memang Dinamis, faseku kali ini sedang bahagia, Bahagia? kok menangis? , YA, ternyata ada dalam fase hidup kita, bahwa akan menangis ketika bahagia, memiliki AA yang keukeh peteukeuh sumekeuh ingin dipondok itu bahagia walo harus berpisah raga,  tak tanggung 7 tahun, Hal yang wajar Mata ini berkaca-kaca terus , mengalirkan air bening ungkapan hati.

Perlahan sesak hatipun mulai reda, terlebih lagi ketika ku intip status ustadz Usman dan Ustadz Ibnu Wali kelas 1C, menjadi fotograper dadakan di minggu pertama masuk ini. Senyumpun melebar, Pusing dikepalapun perlahan dan berangsur-angsur hilang .

Beberapa WA menanyakan perasaanpun ku beri khabar,  " Much better, Know him well".
Pondok akan bertanggung jawab terhadap jiwa raganya AA, perkembangan dirinya, Aklhaknya juga. semakin yakin juga setelah share nya Ustadz Ibnu di WA group

*Nasihat Untuk Orang Tua Santri Pesantren dari Kiyai Hasan Abdullah Sahal*

Pondok pesantren bukan lagi alternatif pendidikan di Indonesia bagi orang tua, dan memang seharusnya begitu karena ponpes adalah lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang telah melahirkan tokoh-tokoh berpengaruh baik di NKRI.

Sayangnya, banyak orang tua yang tidak kuat mental ketika mengirimkan anaknya menuntut ilmu jauh dari kampung. Mereka mengira akan sama saja dengan menyekolahkan anak dekat-dekat rumah.

Akhirnya, sebagian dari wali santri gagal, putus dijalan karena hatinya belum kokoh. Untuk itu, melalui halaman ini saya ingin memotivasi para orang tua atau calon wali santri untuk mempersiapkan hal-hal berikut saat memondokkan putra-putri mereka.

Tips ini berasal dari Pimpinan Pondok Modern Gontor, Kiyai Hasan Abdullah Sahal, di singkat dengan istilah TITIP.

1. Tega

Huruf T yang pertama adalah Tega. Orang tua harus tega meninggalakan anaknya di pondok. Biasanya para ibu punya sindrom gak tegaan.

Yakinkan pada diri Anda bahwa di pesantren putra-putri ibu dididik bukan dibuang, diedukasi bukan dipenjara. Harus tega, karena pesantren adalah medan pendidikan dan perjuangan.

Yakinlah keadaan anak bapak jauh lebih baik dibanding keadaan saat Nabi Ibrahim alaihissalam meninggalkan putranya di gurun yang tandus tidak ada pohon sekalipun, apalagi MCK dan warteg.

ربنا إني أسكنت من ذريتي بواد غير ذي زرع …

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman … (Ibrahim [14]: 37)

2. Ikhlas

“I”… ikhlas. Sebagaimana kita sadar, bahwa anak kita dididik, dan diajar, kita juga harus ikhlas purta-putri kita menjalani proses pendidikan itu; dilatih, ditempa, diurus, ditugaskan, disuruh hafalan, dibatasi waktu tidurnya, dan sebagainya.

Kalau merasa anak Anda dibuat tidak senyaman hidup dirumah, silakan ambil anak itu serkarang juga.

Pondok bukan funduk (hotel), pesantren tidak menyediakan pesanan. Lagi pula, guru dan ustadz belum tentu dibayar dari uang kita.

3. Tawakkal

Huruf T kedua adalah Tawakkal. Setelah menetapkan hati untuk tega dan ikhlas, serahkan semua pada Allah.

Berdoalah! Karena pesantren bukan tukang sulap, yang dapat mengubah begitu saja santri-santrinya. Kita hanya berusaha, Allah azza wa jalla mengabulkan doa.

Doa orang tua pada anaknya pasti dikabulkan. Minta juga anak untuk rajin berdoa karena doa penuntut ilmu mustajab.

4. Ikhtiar

Untuk poin ini yang utama adalah dana. Tidak semua pondok merupakan lembaga amal. Banyak pondok yang tidak menggaji ustadznya, masa’ harus dibebani dengan membiayai santrinya juga.

Imam Syafi’i sendiri berpesan mengenai syarat menuntut ilmu adalah dirham (baca: uang/rupiah). Insyallah, semua yang dibayarkan bapak-ibu 100% kembali pada anak-anak.

5. Percaya

Yang terakhir, Percaya. Percayalah bahwa anak bapak-ibu dibina, betul-betul dibina. Semua yang mereka dapatkan di pondok adalah bentuk pembinaan. Jadi kalau melihat anak-anakmu diperlakukan bagaimanapun, percayalah itu adalah bentuk pembinaan.

Jadi, jangan salah paham, jangan salah sikap, jangan salah persepsi.

Jangan sampai, ketika ibu-bapak berkunjung menjenguk anak, kebetulan melihat putra-putrinya sedang mengangkut sampah, kemudian wali santri mengatakan “ngak bener nih pondok, anak saya ke sini untuk belajar, bukan jadi pembantu”.

Ketahuilah bapak, ibu… putra-putrimu pergi ke pesantren untuk kembali sebagai anak berbakti. Jangan beratkan langkah mereka dengan kesedihanmu. Ikhlaskan, semoga Allah rahmati jalan mereka.

Izinkan saya menutup tulisan ringkas ini dengan sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

زر غبا تزدد حبا

Bertemulah jarang-jarang agar cinta makin berkembang. (Abu Daud & Ibn Hibban)

Dan Susulan WA berikutnya,
_Assalamulaikum Wr. Wb._

Tering Salam dan doa kami hanturkan, semoga segenap wali santri kelas 1C PPM Ar Ridho Sentul selalu dalam lindungan Allah SWT, diberi kesehatan dan kemudahan dalam setiap urusan.
Perkenalkan saya *Ibnu Syuhada* , alhamdulillah tahun ini ditugaskan oleh pondok menjadi wali kelas 1C putra-putra bapak ibu. Semoga dengan adanya Grup WA kita dapat bertukar informasi mengenai anak anak kita di kelas 1C
Hal-hal yg harus diperhatikan oleh wali santri :

1. Selalu mendoakan anak anaknya disetiap shalat 5 waktu dan tahajud yg sedang menuntul ilmu

2. Mendukung kegiatan-kegiatan pondok

3. Mencukupi kebutuhan santri secara menyeluruh

4. Berkomunikasi dengan santri (Tlp) apabila benar benar penting, karena santri yg sering ditelpn tidak baik.

Demikianlah hal ini kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapakan terimakasih.

_Jazakumullahu Khoiran Katsiran_

_Wasallamulaikum Wr. Wb

Kuat hati,  Kuat diri, Kuat menahan diri😍

Tears for HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang