CHAPTER 54 |. ORIGAMI BANGAU

66 2 0
                                    

Happy reading....

Frael mengerjabkan kedua matanya menetralkan pandangannya yang sempat buram, mimpi itu masih slalu menghantuinya tak tau sampai kapan tapi kali ini Frael tak mempermasalahkan, senyum tersungging diwajahnya saat membuka mata pandangan pertama yang ia dapatkan adalah wajah damai Arel yang sedang tertidur pulas meraungi alam mimpi. Frael mengecup sekilas tangan Arel yang masih menaut dijemarinya.

Hawa dngin menyeruak, Frael bangkit dari duduknya membenarkan selimut yang Arel gunakan agar bisa menutupi seluruh badan gadis itu, Frael tak mau hawa dingin ini akan mengusik tidur Arel dan membuat penyakit yang Arel derita menjadi kambuh. Ia pun kembali duduk, mata hitam kelamnya terus menatap kearah Arel.

Tangannya terulur mengusap lembut rambut Arel, semoga mereka tetap bersama, semoga penyakit yang Arel derita segera pulih, Frael tak mau melihat Arel terus terusan menahan sakit.

'' Cepat sembuh ya.'' gumam Frael.

Frael beranjak mengambil buku hitam yang slalu mendampinginya dan sebuah kertas origami di saku jaketnya. Buku kecil yang menjadi tempat tulisan tulisan Frael dari hati cowok itu. Frael kembali duduk dikursinya menulis dengan pena hitam menuangkan tulisan tulisan yang entah merangkai kalimat apa dibuku itu dan di kertas origami itu dengan silih berganti.

''  Kamu sedang apa?'' 

Frael terkejut hingga pena yang ia pegang jatuh, matanya langsung meneusuri ke penjur ruang mencari suara siapa itu. 

'' Menulis.'' Jawab Frael yang mengetahui suara siapa, sembari menutup bukunya dan mengambil pena itu kembali, ia menggeser duduknya menghadap kearah Daffa.

Daffa menoleh keaah jam dinding yang menunjukkan pukul satu dini hari, dalam benaknya Daffa bertanya tanya kenapa Frael sudah bangun lalu menulis dalam cahaya yang remang remang. Lampu diruangan itu sengaja dimatikan karena Arel tak bisa tidur kalau lampunya hidup.

'' Tidur El, paginya masih lama.'' Ucapnya memulai memejamkan mata berusaha masuk kedalam mimpi.

'' Iya yah.'' Jawab Frael dan menggeserkan kursinya kembali menghadap kearah Arel.

Frael menghela nafas berat, bagaimana ia akan tidur saat pikiran dan matanya kembali enggan membawa ke alam mimpi. Namun Frael tak mempermasalahkan itu baginya tidur selama dua jam lebih dari cukup daripada tak tidur sama sekali.

Frael berusaha semaksimal mungkin menyibukkan dirinya sampai sang surya memuncukan sinarnya entah itu menyekrol laman media sosialnya, membaca beberpa situs yang menarik baginya dan kembali menulis dengan gerakan perlahan asalkan semua yang ia lakukan tak menimbulkan suara yang bisa mengganggu Daffa dan Arel.

'' lo harus pantau Frael, anak itu terlalu pintar menyembunyikan sesuatu, saat malam pastiin dia tidur sampai pagi kalau enggak gue potong gaji lo.'' ketus Reza memperingati.

 Daffa langsung membuka kembali matanya dan menatap kearah Frael tanpa ingin menegur. Pergerakan yang Frael lakukan tak luput dari pandangan Daffa. Daffa sempat tertegun melihat sorot mata Frael yang seolah menggambarkan kesedihan, keresahan, ketakutan, rasa bersalah yang pasti sorot mata itu sama sekali tak menggambarkan kebahagiaan.

Ada rasa iba mengingat kembali cerita cerita yang pernah Reza ceritakan. Hati Daffa merasa linu mendengar itu semua.

Waktu berlalu tanpa sadar Daffa kembali memejamkan mata tak bisa lagi menahan rasa kantuk yang menyeretnya ke bawah alam mimpi.

****

Frael, Dihyan, Rafa, Kaila dan Nata duduk di ruang tunggu yang dekat ruang rawat Arel, membiarkan Gatra dan Arel mengobrol berdua.

FRARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang