"Hah? Masa sih?"
"Iya beneran ndin, kamu itu sama kaya revin gak jauh beda" jawab ka angga
aku hanya diam dan binggung dengan ucapan ka angga barusan, tapi saat aku ingin bertanya lagi ka angga malah berlari kearah rumah pohon meninggalkan aku yang masih di bawah, yasudahlah tidak perlu difikirkan omongan ka angga tadi mungkin saja dia hanya bercanda
Mereka berdua terlihat sangat menikmati pemandangan disekitar dari atas rumah pohon, saking asiknya aku yang sudah tepat dibelakang mereka tidak dihiraukan sama sekali, sebal rasanya dicuekin tapi aku mencoba untuk memanggil mereka terlebih dahulu siapa tau mereka mendengarnya
"Ka angga? Revin?" Panggilku tapi masih saja mereka tidak menoleh
"Ka angga? Revin? Kalian dengar gak si?" Sahutku lagi tapi mereka masih saja fokus dengan pemandangan didepan mereka
"KA ANGGA? REVIN?" Teriak ku tetapi mereka hanya menutup kuping, oke emosiku mulai memuncak karena mereka tidak menghiraukan keberadaanku
Plakkkk
Aku memukul kepala mereka berdua, biarkan saja dibilang wanita kasar daripada dicuekin, emangnya enak ada tapi gak dianggap?
"Shittt sakit cewek Absurd, gila lo ya" revin menatapku dengan wajah yang tidak bisa dibayangkan
"Aww sakit andini, bisa gak si sebentar aja biarin kita ngeliat pemandangan didepan" ucap ka angga dengan penuh penekanan disetiap katanya
Sekarang aku berada diposisi dimana dua pria yang sedang menatapku kesal karena ulahku, aku hanya bisa bergidik ngeri
"Apa? Mau marah? Silahkan!!! Emangnya kalian gak sadar apa dari tadi aku ada dibelakang kalian, aku panggil2 juga gak nengok" jawabku ketus menghilangkan semua rasa takut dengan tatapan intimidasi mereka
"Gue tau lo ada dibelakang kita, gue juga tau lo manggil, tapi gue sama angga lagi menikmati pemandangan dan gak mau melewatkannya, lo nya aja gak sabaran, apa susahnya si nunggu, nanti juga kita noleh" ocehan revin membuat aku sadar bahwa mereka memang sedang menikmati pemandangan yang sangat indah
Aku mulai gugup dan ketakutan karena sudah merusak momen mereka berdua, apa yang harus aku lakukan sekarang, minta maaf? Tapi aku kan gak sepenuhnya salah
Aku mulai berkeringet dingin dan terus saja menginjak2 kakiku"Udah vin gak usah marah2 kaya gitu, lo marah malah bikin andin jadi ketakutan" sahut ka angga mencairkan rasa ketegangan yang sudah memuncak
"Ma ma maaf ka, aku udah kurang ajar sama kalian berdua, aku hanya gak suka dicuekin, sekali lagi a a aku minta maaf" jawabku terbata2
Butiran bening keluar dari mataku dan mulai membasahi pipi, ya aku menangis, menangis karena perbuatan bodohku tadi yang sudah jelas salah malah menjawab tatapan mereka dengan marah2
"Suuttt udah jangan nangis, kamu gak salah ko, maafin kita ya tadi sudah marah2 ke kamu" ka angga mulai menenangkan ku yang sedari tadi menangis, tapi entah kenapa revin hanya diam dengan tatapan kosong kedepan
"Gue minta maaf tadi udah bentak-bentak lo, udah jangan nangis jelek lo kalo nangis" sahut revin tiba2 dan membuatku merinding mendengar katanya
Sejak kapan revin bisa mengatakan maaf, untuk mengakui kesalahannya saja sangat sulit selalu aja ada pembenaran tapi kali ini dia meminta maaf, mungkin setan rumah pohon ini sudah merasuki tubuh revin
"Iya tapi aku minta maaf ya sama kalian berdua" sahutku yang mulai merasa tenang
"Iya ndin, kita udah maafin ko, udah jangan sedih lagi ya" jawab ka angga dan mengembangkan senyuman diwajahnya, hatiku mulai merasa lebih tenang dari yang tadi, tapi masib sedikit mengganjal karena revin tidak menjawab apapun
"Udah yuk pulang gue capek, mau istirahat" sahut revin yang mulai bergegas menuruni tangga
Kami mulai melanjutkan perjalanan pulang, selama diperjalan pulang tidak ada kata2 yang keluar dari mulut kami bertiga hanya suara kesunyian yang terdengar, aku ingin sekali membuka suara untuk mengajak mereka berbicara tapi sangat sulit rasanya, hingga deringan handphone membuyarkan kesunyian yang melanda
Kringggg
Satu panggilan yang bersura dari handphone ku, segera kubuka dan melihat layar penelpon, terdapat tulisan "MAMAH"
"Assalamualaikum, ada apa mah?"
"........................"
"Hah apa? Bukannya masih lama mah?"
"........................"
"Memangnya apa yang terjadi?"
"......................."
"Apa? Gak mungkin mah, gak mungkin terjadi"
"........................"
"Mamah pasti bercanda kan? Gak mungkin, pasti ini bohong"
"........................"
"Yaudah tunggu mah aku balik sekarang"
Segera kututup panggilan telfon tadi, mereka berdua hanya memandangku dengan tatapan bertanya2
"Kenapa ndin? Apa ada sesuatu yang terjadi" tanya ka angga yang kubalas dengan dengan gelengan kepala
"Yakin ndin? Tadi wajah kamu keliatan terkejut loh" tanyanya lagi yang masih dengan tatapan meminta jawaban dariku
"Aku gak apa2 ko ka, tadi hanya mamah ko ya nelfon" jawabku dengan melontarkan senyuman menandakan aku tidak apa2
"Serius gak apa2? Kalo ada apa2 cerita2 aja sama kita siapa tau ada yang bisa kita bantu" jawab ka angga yang masih tidak percaya dengan jawabanku tadi
"Udah lah ga kalo dia bilang gak apa2 ya gak apa2 jangan maksa orang yang gak mau deh" sahut revin yang terlihat acuh
"Beneran ka aku gak apa2, yaudah yuk balik ke rumah keburu siang, pasti kalian udah laper kan?" aku mulai berjalan terlebih dahulu untuk mengalihkan pertanyaan2 lagi yang akan keluar dari mulut ka angga, aku tidak ingin mereka tau apa yang sedang terjadi
*****
Setibanya dirumah bibi ka angga dan revin mulai bergegas ke arah rumah mereka, mereka tidak mampir karena sudah lapar katanya dan mau makan masakan nenek. Aku mulai masuk mencari sosok yang sedang aku cari saat ini, tapi entah dimana mereka? Ruangan ini sangat sepi
"Assalamualaikum" teriakku tapi tak ada satu balas ucapanpun yang terdengar
"Bibi? Bibi dimana?" Teriakku kembali tapi lagi2 tak ada jawaban aku mulai menyusuri setiap ruangan yang ada mencari sosok mereka
"Bibi dikamar sayang" teriak bibi dari lantai atas, aku mulai berlari mengarah ke sumber suara
Saat aku sampai didepan kamar bibi aku tidak langsung masuk, itu karena aku mendengar isak tangis seorang perempuan, memilukan rasanya saat mendengar suaranya, tidak bisa kubendung lagi air mata yang sudah kutahan sedari tadi mendengar ucapannya dan tangisannya.
Segera ku buka pintu kamar itu dan ternyata sosok yang kurindukan sedang berada dipelukan bibiku, dia.. dia menangis matanya terlihat merah dan bengkak, terdapat kantung mata yang tebal bahkan tubuhnya sudah terlihat kurus. Teriris rasanya melihatnya, segera ku berlari memeluknya, mencoba menghilangkan rasa sedih dan menengkan dirinya
"Mamah???" Terlontar ucapan itu yang dari tadi sangat sulit ku ucapkan, isak tangispun menyelimuti kami berdua
πhai ternyata aku kembali lagi, huha walaupun ceritanya gak jelas, aku memang mau buat cerita yang panjang, tapi gak terlalu bertele2 ko, vote dan commentnya ditunggu ya:*:*:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Lihat aku
Ficção Adolescentetakakan ada yang pernah bisa mengakuiku jika aku tidak menunjukan kepada mereka siapa aku? bagaimana diriku? jika aku hanya berdiam diri tanpa berusaha