Part 2

555 22 0
                                    

"Mah, kaka dimana kok tidak ada diruang makan?" Tanyaku dengan bingung mencoba mencari dimana keberadaan kakakku itu

"Kakakmu tadi pergi keluar, abis kamu si kesiangan terus setiap pagi membuat kakakmu dimarahi oleh atasannya, tidak bisakah kamu bangun lebih pagi din atau tidak kamu nyalahkan alarm pagi supaya tidak kesiangan, mama saja sudah mengetuk berkali2 pintu kamarmu tidak pernah ada respon " dengan raut kesal dengan semua ocehan mama, aku mencoba mengambil roti yang tadi dilumuri selai coklat olehnya dan berpamitan kemudian lari kedepan melihat apakah kakakku masih menungguku diluar

Dan baik sekali kakakku ini ternyata ia belum berangkat dan masih menungguku didalam mobil sambil menatapku kesal

"Lama sekali kau ini, cepat naik atau benar2 kakak tinggal kamu, sayang sekali kamu ini adikku kalau bukan sudahku tinggal dari tadi" segera aku berlari menuju mobil kakakku, lagi2 aku harus siap tameng dikuping kanan dan kiri dengan semua ocehannya disepanjang jalan,dan ingat tidak boleh ngejawab apa yang diocehin kakakku, itulah yang selalu dikatakan mama kepadaku, ya lebih baik dengar ocehannya pagi ini karena sudah terbiasa daripada harus naik busway yang samasekali tidak terbiasa

Aku masih sibuk makan roti yang aku bawa tadi tapi kakakku masih saja marah2 karena macet dijalan dan ujung2nya dia menyalahkanku lagi karena gara2 aku jalanan macet, loh ko karena aku si jalanan macet? Ya kan karena penduduk jakartanya saja yang sudah padat dan setiap pengendara yang tidak mau ngalah satu sama lain, "Ini karena kamu din, coba aja kamu bangun lebih pagi pasti gakakan sampai terjebak macet, benar2 menyebalkan kamu" ucapan sinis dari mulut kakakku hanya ku anggap angin lalu saja karena hampir setiap hari dia mengucapkan itu

"Kakak mau ini gak?" Dengan rasa tidak bersalah kusodorkan roti yang berisi selai coklat kearahnya, dia berdecak kesal kepadaku dan menatapku sinis "Tidak, lagi keadaan macet dan suasanaku marah seperti ini masih saja kamu menawarkanku roti, membuat emosi saja kamu ini din, awas saja besok kamu masih bangun siang kakak akan berangkat duluan, dan kakak gak perduli kamu mau desak2an dibusway atau gak, Ingat itu!!!" Dengan nada mengancam aku hanya menganggukan kepalaku dan artinya aku setuju untuk bangun lebih pagi, padahal itu adalah hal tersulit untukku, tapi ya coba dulu saja deh biar tidak naik busway lagi cukup dulu waktu SMA aku ditinggal kakakku dan akhirnya aku harus desak2an dibusway

Setelah terlepas dari penatnya kemacetan jakarta, akhirnya sampai juga aku didepan kampus, yang disambut oleh keempat sahabatku, ya dia adalah Rani, Bagas, Nino dan Zahra. Kami sudah saling kenal sejak Ospek dulu, Rani adalah orang yang suka dengan barang2 brandet, cerewet, dan dia sangat baik kepadaku, Bagas adalah cowok paling ganteng, kece, pintar, dan super duper royal, Nino adalah orang yang gendut, rakus, dan paling humoris jika tidak ada dia rasanya ada yang hilang karena dia selalu bahan bullyan kami, Zahra adalah wanita yang cantik, perhatian, tapi juteknya ituloh yang buat laki2 takut untuk dekat dengannya, dan yang terakhir yaitu aku Andini orang yang bawel, gakbisa diem, dan tomboy

"Din keliatan banget kakak lo marah, pasti gara2 lo kesiangan ya" ucap bagas sambil mengeriya ngeri

"Ah andini mah kebiasaan kebonya gak ilang, jadi cewe ko kaya bukan cewe, bangunnya siang mulu" ucapan nino membuatku kesal kujitak saja kepalanya bair saja dia mengusap2 kepalanya yang kesakitan sebal dengan ocehan beruang kurus itu

"Udah deh no gakusah ngatain aku kaya gtu, aku akan tunjukin besok aku beneran cewe, bukan seperti yang kamu fikirkan dasar beruang kurus, urusin aja perut kamu yang makin membesar tuh, diet jadi cowo mah biar cewe ada yang naksir" semua teman tertawa senang melihat tingkah nino yang mulai melihat tubuhnya dan mencoba memegang lemak2 disekitar tubuh,tangan,kaki dan pipinya, benar2 lucu nino ini, yang tadinya mengejekku, jadi malah dia yang terkena bully"an oleh ku

Sembari duduk dibangku kantin kami bercengkrama menanyakan tugas dari dosen killer pak. Hartono, dia dosen yang sangat menyebalkan jika tidak masuk dan mengerjakan tugas dari dia siap2 aja bermohon2 untuk meminta dia tidak memberi nilai D huh nilai yang mengerikan walaupun sudah berusaha untuk mengerjakan tugas yang dia inginkan, ternyata rani belum mengerjakan tugasnya karena tidak sempat dia memintaku untuk mengerjakan tugasnya ya karena dia sudah kuanggap saudara sendiri maka kukerjakan tugasnya biar dia terhindar dari dosen killer itu, teman2 ku sedang membicarakan mahasiswa baru yang hari ini akan masuk dijurusan hukum, huh bagiku itu sangat tidak penting membicarakan orang lain apalagi anak baru seperti itu

Tak jauh dari pintu gerbang tiba2 saja aku menabrak sebuat tiang besar, hah? Tiang? Apa tidak salah? Kucoba tolehkan pandanganku kedepan, aw aw ternyata ????

π lanjut lagi nih Chapternya karena masih nyangkut apa yang mau ditulis lagi, hehe semoga gak bosen ya, maaf masih gaje banget:) #Comment kalian ku nanti Sobat;)

Lihat akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang