Part 5. Her Pain

348K 6.9K 82
                                    

Vote & Komen

****

With blood shot eyes, I watch you sleeping

(Dengan mata merah, kupandangi dirimu yang terlelap)

The warmth I feel beside me is slowly fading

(Kehangatan yang kurasakan di sisiku perlahan menghilang)

Would she hear me, if I called her name?

(Akankah dia mendengarku, jika kupanggil namanya?)

Would she hold me, if she knew my shame?

(Akankah dia mendekapku, jika dia tahu aibku?)

There's always something different going wrong

(Selalu saja ada yang salah)

The path I walk is in the wrong direction

(Jalan yang kutempuh menuju ke arah yang salah)

There's always someone f***ing hanging on

(Selalu saja ada seseorang yang (memintaku) bertahan)

Can anybody help me makes things better?

(Adakah seseorang yang bisa membantuku memperbaiki segalanya?)

_ Tears Don't Fall | Bullet for My Valentine_

Antonio Benedict

Suasana romantis malam tadi sudah beralih menjadi pagi yang ceria. Aku melirik ke sekitar dan melihat keindahan yakni malaikatku yang masih terlelap dalam tidur manisnya.

Menatap wajahnya yang cantik, tanganku sengaja menyelipkan rambutnya ke samping telinganya. Aku menyebutnya bidadari. Dan aku benar-benar menyadari jika kini posisiku bukan lagi butuh karena gairah, melainkan karena cinta. Ya, cinta yang terasa begitu manis dan sangat melekat di hati ini. Membuat kerja jantungku meningkat saat aku bersama dengan orang yang cintai.

Salahkah aku membawanya dalam hidupku? Aku hanya ingin dia selalu di sisiku. Dibawah lenganku untuk selalu kulindungi. Dan mendekapnya mendekat ke arah tulang rusukku.

Mungkin ini jawabanku selama ini. Beribu wanita sudah kujelajahi, tapi baru kali ini aku terperangkap seperti ini.

Sekarang aku telah yakin, dialah orangnya. Wanita yang akan mengandung benihku. Wanita yang akan kujaga sepanjang hidupku. Wanita yang menjadi pusat perhatianku. Dan tentu saja wanita yang sangat bisa memuaskanku di ranjang.

Sekilas kukecup keningnya. Menghantarkan perasaan aneh yang kusebut cinta. Sengaja tak ingin memberitahunya bahwa aku mencintainya. Biarkan ini berjalan seperti apa adanya. Aku ingin dia merasakannya sendiri.

Kutarik selimut tipis yang menutupi tubuh polosnya. Pagi ini aku harus bersiap ke salah satu hotel milik keluargaku. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan agar waktuku bersamanya bisa lebih banyak.

Saat telah siap untuk pergi, kuperintahkan Gery untuk selalu menjaga Alena. Dan memberi ekstra penjagaan pada apartementku.

Kenapa aku terlihat begitu posessive? Semua sudah jelas adanya. Aku tidak ingin milikku direbut oleh orang lain.

Lucu rasanya melihat tingkahku kini. Dulu aku sangat tidak suka jika pria tua bangka itu, ayah, bersikap seperti ini kepada ibu. Dan ternyata sekarang aku melakukannya.

Teringat kenangan dulu ketika ayah pernah menceritakannya padaku, seberapa besar sifat possesifnya pada ibu. Dan faktanya kini sifat itu menurun kepadaku.

YES, SIR | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang