Part 24. Mine

12.5K 473 14
                                    

If only you could see the tears
Andai bisa kau lihat derai air mata
In the world you left behind
Di dunia yang kau tinggalkan
If only you could heal my heart
Andai bisa kau sembuhkan hatiku
Just one more time
Sekali lagi

Even when I close my eyes
Meski saat kupejamkan mataku
There's an image of your face
Kulihat bayang wajahmu
And once again I come to realise
Dan sekali lagi kusadari
You're a loss I can't replace
Engkau tak tergantikan

Soledad
It's a keeping for the lonely
Segalanya begitu sepi
Since the day that you were gone
Sejak hari saat kau pergi
Why did you leave me
Mengapa kau tinggalkan aku

Soledad
In my heart you were the only
Di hatiku engkaulah satu-satunya
And your memory lives on
Dan kenangan tentangmu kan abadi
Why did you leave me
Mengapa kau tinggalkan aku
Soledad

***** Westlife – Soledad *****

Antonio Benedict

Aku ingin mengutuk diriku sendiri, karena baru mengetahui kejadian menyeramkan itu menimpa Alena. Sekalipun aku sudah mengerahkan semua anak buahku untuk mencari keberadaan Alena, namun hingga saat ini Alena seperti hilang ditelan bumi.

"Di mana kamu, Alena? Aku menyesal membawa Gery bersamaku."

Andai aku tidak memanggil Gery untuk datang ke sini, mungkin dia akan lebih cepat menemukan Alena di sana. Namun aku bisa apalagi, Ketika aku mendapatkan kabar buruk mengenai Alena, aku sedang mengurus hotelku yang berada di Inggris.

Pengeluaran hotel yang tidak sebanding dari pemasukan selama sebulan ini membuat pondasi keuangan dari hotel ini sedikit terjatuh. Hingga dikabarkan oleh beberapa media politik, jika tak lama lagi hotel terbesar dan termewah di Inggris ini akan bangkrut.

Gosip itu memang sangat menyebalkan. Namun jika tidak diurus hingga tuntas bukan tidak mungkin gosip tersebut akan berubah menjadi sebuah fakta besar yang menghebohkan semua orang.

"Tuan ... apa perlu saya kembali ke New York sekarang juga?" Tanya Gery yang tiba-tiba saja datang.

Aku menatap Gery yang berdiri di depanku, terlihat sedikit cemas namun tetap tegar. Matanya menatapku dengan penuh perhatian, menunggu instruksi selanjutnya. Ada kegelisahan di wajahnya, mungkin dia juga merasakan tekanan yang sama sepertiku. Tangannya meremas map yang dibawanya, mungkin sebagai cara untuk menyalurkan kecemasan yang tak terucapkan. Gery selalu bisa diandalkan, tapi kali ini aku merasa dia pun terhimpit oleh beratnya situasi.

Aku mengambil napas dalam-dalam, mencoba mengusir kabut tebal di pikiranku. "Tidak perlu," ucapku akhirnya, suaraku terdengar lebih tenang dari yang kurasakan. "Lakukan saja tugasmu dengan cepat di sini. Semakin cepat kamu bisa menemukan bukti dari kasus ini, maka semakin baik."

Gery mengangguk, meski matanya menunjukkan sedikit keraguan. "Baik, Tuan," katanya, suaranya rendah namun tegas. Tangannya yang semula meremas map, kini bergerak ke saku jasnya. Dia mengambil ponsel dan mulai mengetik sesuatu dengan cepat. Mungkin mengatur pertemuan atau menghubungi seseorang yang bisa membantunya di sini. Gerakan tangannya cekatan, menunjukkan betapa fokusnya dia pada tugas ini, meski ada kekhawatiran yang jelas terlukis di wajahnya.

Aku memperhatikan setiap gestur Gery dengan seksama. Dia berjalan ke jendela, membuka sedikit tirai, dan memandang keluar sejenak, seolah mencari ketenangan di tengah hiruk-pikuk pikiran yang menghantuinya. Dia menarik napas dalam-dalam, sebelum berbalik dan kembali menghadapku. "Saya akan pastikan semuanya selesai sesuai keinginan Anda, Tuan," katanya dengan nada yang lebih mantap.

Dalam hati, aku ingin mengatakan sesuatu yang bisa meredakan sedikit beban di pundaknya, tapi aku tahu kata-kata tak akan cukup. Yang bisa kulakukan hanyalah berharap dia bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik, dan bersama-sama kami bisa menemukan Alena secepatnya. Gery menatapku sekali lagi, sebelum mengangguk kecil seolah menyamakan isi pikiran kami.

Aku mengusap berulang kali wajahku demi menetralkan semua pikiran ini. Namun nyatanya tidak bisa. Aku tidak mampu untuk menghapus kekhawatiran terhadap Alena.

"Kenapa begitu sulit untuk mendapatkannya? Aku benar-benar mencintainya, Gery."

"Kamu pasti bisa Tuan untuk mendapatkan nona Alena."

Aku menatap Gery yang setia mendengarkan keluhanku.

"Bahkan membuatnya hamil saja aku tidak mampu!"

Sorot mata Gery kepadaku terlihat sangat aneh. Tidak biasanya dia melihatku seperti itu. Terakhirku lihat pandangannya seperti ini saat dia menyembunyikan Alena di apartementnya.

Apa saat ini dia sedang menutupi sesuatu lagi?

"Ada apa, Gery?"

"Tidak ada apa-apa Tuan, istirahat lah."

Ketika Gery berbalik arah, ingin meninggalkanku, aku berusaha untuk menahannya. Sampai Gery mengatakan sesuatu yang kuyakin sedang dia tutupi.

"Jangan berbohong kepadaku!!! Katakanlah."


continue

Penasaran kelanjutannya? CEK KARYAKARSA - Akun Shisakatya

Penasaran kelanjutannya? CEK KARYAKARSA - Akun Shisakatya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BTW Si BEN ganteng amatttt sih....

YES, SIR | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang