5. Dishonesty

212 21 1
                                    

Di depan laptop, Chaeyoung terus menuangkan ide menjadi sebuah naskah. Kekasihnya masih terbaring di ranjang. Bagaimanapun ia harus segera menyelesaikan naskah tugas akhir, lalu cepat-cepat lulus. Ia terus mengetik setiap kata dengan teliti. Meskipun suara teriakan Tzuyu dan Sana sedari pagi mengganggunya.

Ya jelas kamu yang salah! Chat pertama aja dari kamu! Ini udah ada bukti gausah ngelak!

Aku cuma tanya tugas sama Jihyo, udah ga ada yang lain. Kamu nya aja lebay!

Brakk!!

Entah barang apalagi yang di lempar oleh Sana. Setidaknya Chaeyoung aman berada di kamar Mina dengan tawa kecilnya. Kendati demikian, Chaeyoung mendengar Mina yang berdecak dengan mata tertutup, ia bertanya "mau pindah ke tempatku aja?" Kekasihnya menggeleng seraya bangun untuk duduk, "kamu engga mau pulang?" dan balik bertanya.

Kalimat Mina membuat Chaeyoung menarik diri, "kamu masih sakit kan? Biar aku ngurus di sini" namun lagi-lagi Mina menggeleng, "gausah, aku udah enakan, mending kamu pulang aja istirahat, atau engga lanjutin naskah di tempat yang lebih tenang" pintanya dengan suara sedikit serak.

Chaeyoung tersenyum mengerti. Kekasihnya memang gadis terbaik yang pernah ia temui, "eh yang projek convention hall jadi?" tanya Chaeyoung sembari merapikan tas. Mina mengangguk, "jadi, nanti aku coba hubungi lagi temen aku, katanya si besok ketemuan".

"Oke kalo gitu aku pulang dulu ya" satu kecupan mendarat di bibir Mina, "kalo ada apa-apa telfon aku" dan Mina mengangguk, menatap punggung kekasihnya yang keluar dari kamarnya.

Berdiri sempoyongan, kaki yang lemas dipaksa berjalan ke kamar mandi guna membasahi wajahnya dengan air. Sejujurnya, Mina masih butuh beristirahat lebih lama lagi. Tapi, pikirannya terngiang-ngiang pesan yang diterimanya malam kemarin. Jeongyeon sialan datang mengganggu hari-harinya. Ia yakin selama berhubungan dengan makhluk itu, tak pernah sekalipun kegiatan mereka terekam kamera. Lantas dari mana omong kosong penuh percaya diri itu?

Kepalanya dibenturkan keras pada dinding kamar mandi. Siang ini Mina bakal menemui Jeongyeon untuk dimintai kejelasan. Ia tak takut pada ancaman setan itu. Mina hanya takut jika kekasihnya memergokinya bertemu dengan Jeongyeon.

--

Cara berjalannya penuh percaya diri dan siap menantang. Matanya yang memicing menangkap senyum licik orang yang sedang duduk menyesap kopi. Tanpa membuang waktu, ia segera duduk di hadapan Jeongyeon dengan penuh waspada.

"Hai, apa kabar Mina?"

"Jangan sok baik Jeong, lo mau apa?"

Balasan Mina membuat Jeongyeon terkekeh, "yah.. intinya gue kira hidup gue bakal aman, tapi ternyata kita gatau kan masalah datang dari mana.." tubuh itu condong ke depan dengan kedua tangan bertumpu pada siku di atas meja, Mina spontan mundur, "gue butuh duit Min.." kalimat itu sangat lirih dan hati-hati.

Gigi Mina bergemeretak menahan marah, "lo udah punya keluarga Jeong! Kerja setan" suara Mina lirih, namun tajam dan menusuk.

"Haha.. Justru itu, gue harus ngurusin anak sama istri gue, sedangkan bisnis bokap lagi susah, gue diujung tanduk"

Mata Mina semerah wajahnya. Rahangnya mengeras bagai batu. Ia benar-benar murka, jika saja tak ada orang lain di sana, wajah Jeongyeon sudah ia pukul keras-keras.

Sama seperti dirinya, Jeongyeon juga tidak mau berlama-lama. Sebuah benda kecil kotak berwarna hitam diletakkan di atas meja, disodorkan pada Mina, "gue gapunya waktu, silahkan lo cek. Dan begitu lo liat, langsung transfer gue" ancam Jeongyeon.

"Lo gila? Gue gak akan percaya karena kita ga pernah sekalipun ngerekam"

"Kita? Lo mungkin iya, tapi gue? Emang lo tau? Bukannya lo lebih suka nutup mata?"

Let It Dark (michaeng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang