Suara keramaian tak menyenggol sedikitpun konsentrasi Chaeyoung, Mina, Dahyun, dan Ryujin yang sedang fokus meeting. Mereka berempat sedang memaparkan rencana dan juga jadwal untuk acara satu bulan ke depan. Sementara di luar ruangan telah selesai acara ulang tahun sebuah perusahaan besar yang kini tersisa panitia guna bersih-bersih.
Chaeyoung mengulum senyum sedari tadi. Perasaannya berbunga-bunga. Entah karena bisnisnya yang lancar, atau karena langkahnya untuk menyelesaikan perkuliahan sudah hampir selesai. Meskipun sebenarnya ia harus mengumpulkan data lebih rinci lagi untuk penulisannya, tapi setidaknya semua itu sudah ada di kepalanya dan tinggal menunggu eksekusi saja.
"Aku kemarin dapet tawaran acara meeting, tapi tiga hari berturut-turut, agak berat si" ujar Chaeyoung
Ryujin dan Dahyun terlonjak kegirangan mendengarnya. Walau nantinya mereka akan kelelahan, tapi semua itu sebanding dengan pendapatan mereka, alias orientasi mereka saat ini adalah uang.
Mina mengangguk, sama tergodanya dengan dua bocah itu. "Ambil si kata aku" ucapnya memandang Chaeyoung penuh harap.
Ketiga orang itu mencoba meyakinkan Chaeyoung, dan orang yang sudah terpojokkan hanya bisa mengangkat kedua bahunya, "okey.." diikuti sorakan dan tepuk tangan Dahyun pada Ryujin.
Mina ikut tersenyum dan tampak bungah menutup meeting dengan perintah, "Dahyun minta tolong pesen makan ya, nanti aku transfer, terserah mau makan apa.. Aku ketemu klien dulu." telapak tangannya mengusap punggung tangan kekasihnya di atas meja, "aku keluar sebentar" pamitnya, dan Chaeyoung mengangguk.
Ryujin dan Dahyun menatap satu layar ponsel yang sama sembari bercanda tentang makanan yang akan mereka pesan. Memilih menu seenak mungkin setelah selama ini hanya cukup dengan nasi uduk dan gorengan.
Chaeyoung menatap dari samping sambil sesekali ikut dalam gurauan mereka, ia tak kalah senang dari dua temannya. Mereka terus berdebat konyol perkara makanan, hingga sebuah suara nyaring menyela tawa canda mereka.
Ponsel Mina tertinggal di atas meja. Chaeyoung menangkap satu panggilan dari nomor tidak dikenal. Alisnya saling bertautan kala panggilan itu berhenti.
"Ryu, coba liat di cctv Mina ngapain" perintah Chaeyoung.
Akhirnya Ryujin memiliki aktivitas lain, yaitu memantau Mina dari cctv di ponselnya. "Hm gak ngapa-ngapain si, ini masih ngobrol sama dua orang" Jelas Ryujin.
Tak ada jawaban, Chaeyoung bergeming. Ia tak sekalipun melepaskan pandangannya pada benda di atas meja itu. Ia terburu rasa penasaran. Sejujurnya ia tak pernah peduli pada siapa Mina berhubungan, tapi saat nomor itu menelepon untuk kedua kalinya ia berdiri untuk meraih ponsel itu. Kemudian duduk menatap lekat-lekat layar ponsel yang bergetar-getar di genggamannya. Namun, agar tak dicap sebagai orang yang lancang, ia membiarkan panggilan itu berakhir lagi dengan sendirinya.
Dalam satu hembusan napas, Chaeyoung berencana meletakkan benda kecil itu. Tapi, tiba-tiba ponsel itu bunyi lagi. Chaeyoung yang dipenuhi pikiran bertanya-tanya akhirnya mengingat sesuatu, jika nomor tersebut adalah nomor yang sama. Ya, nomor itu pernah menelepon Mina ketika mereka sedang bertengkar, saat itu Chaeyoung tak sengaja membawa tas kekasihnya. Artinya, nomor tersebut sudah pernah menghubungi Mina tempo hari, lantas kenapa tak kunjung disimpan?
Yang ada pada pikiran Chaeyoung sekarang adalah, panggilan itu sudah tiga kali, yang artinya itu adalah panggilan penting dan mendesak. Tanpa mengurangi rasa sopan, ia menggeser ikon terima.
"Anjing! Kalo lo gak transfer juga gue sebar ya bangsat!!"
Sontak Chaeyoung menjauhkan ponsel itu dari telinganya.
Suara seseorang yang tak lebih dari sepuluh detik itu meneror rasa penasaran Chaeyoung. Ia menaruh rasa curiga pada orang tersebut. Suaranya jelas Chaeyoung tahu siapa. Sementara kalimat yang diucapkan? Terdengar ganjil di telinganya. Video? Sebar? Transfer?
Chaeyoung yakin ada yang tidak beres pada Mina dan orang itu. Jadi untuk membunuh rasa curiganya, ia nekat membuka ponsel Mina dan mencari nomor si penelepon dengan harapan semua pikirannya yang bersarang di kepalanya saat ini salah. Tapi, nyatanya isi pesan dari nomor itu jauh lebih mengerikan dari dugaannya.
Napas ditarik dalam-dalam, kemudian dihembuskan secara perlahan dan tersendat-sendat. Dalam hitungan menit, jantungnya berdegup lebih cepat. Ponsel diletakkan di atas meja lagi. Chaeyoung menutup mulutnya yang terbuka dengan bibir bergetar. Tak ada kalimat yang mampu mengungkapkan perasaannya, bahkan sumpah serapah sekalipun.
"Chaeyoung?"
Tangan Chaeyoung menggantung di udara, sementara orang yang baru saja memanggilnya berlari tergesa-gesa guna meraih ponsel di bawah telapak tangannya.
"Kamu engga buka hp aku kan?" tanya Mina seraya melirik panik.
Chaeyoung yang sebelumnya terdiam, kini mengukir senyum tipis dan berkata, "bukan salahku kan kalo passwordnya ultah aku?"
Ia berdiri menarik jaket di atas meja dan melangkah pergi dari tempatnya. Mina yang melihat itu hanya bisa mematung dan terperanjat saat mendengar suara pintu yang dibanting. Tak terkecuali Dahyun dan Ryujin yang ikut tersentak melihat kejadian itu.
Mina merasakan apa yang dirasakan kekasihnya. Tubuhnya kaku, ia tak punya nyali untul melihat isi ponselnya sendiri. Ia tahu dan yakin betul apa yang baru saja terjadi. Hal itu dibuktikan dengan keberaniannya melihat riwayat panggilan di ponselnya.
Mina menjatuhkan kedua tangannya. Napasnya memburu serasa telah berlarian untuk jarak yang jauh. Matanya berkaca-kaca menahan tangis, tapi juga harus memutar otak dengan cepat.
"Ryujin Dahyun, pesen makan buat kalian berdua aja"
Kalimat itu disambut oleh tatapan penuh pertanyaan dua orang di seberang meja. Sayangnya Mina tidak bisa berpikir jernih saat ini. Ia langsung merapikan barang-barangnya dan langsung pergi dari ruangan itu.
Ryujin dan Dahyun saling melempar pandang, pasalnya mereka sudah kelewat memesan banyak makanan. Keduanya hanya menelan ludah menghadapi kejadian baru saja.
--
--Mina menopang kepalanya di atas meja dalam kamarnya. Duduk dengan kaki bergetar gelisah akibat tak ada satupun orang yang tahu keberadaan kekasihnya, bahkan Tzuyu, Dahyun, dan Ryujin sekalipun.
Ia menggeleng, sadar bahwa tak bisa terus larut dalam kekecewaan kekasihnya. Ia mau menjelaskan entah bagaimana caranya. Ingin berkata sejujur-jujurnya tanpa rahasia. Tapi, Mina tak tahu bagaimana caranya jika panggilannya saja tidak mendapat jawaban.
Malam ini air mukanya kembali di penuhi penyesalan. Jika saja ia memberitahu Chaeyoung tentang permasalahan ini lebih awal, mungkin tidak akan ada air mata yang menetes seperti malam ini.
Mina berada di ujung tanduk, perasaannya bercampur antara takut dan marah pada dirinya sendiri. Ponsel digenggam erat, kemudian dijatuhkan di atas meja. Ia memundurkan kursi seraya menarik laci meja. Benda kecil kotak berwarna hitam tepat di depan pandangannya. Dengan penuh amarah ia mengambilnya dan dilemparkan ke lantai, hingga benda itu terserak di depan pintu.
Giginya bergemeretak dan dadanya naik turun sambil terus menatap nanar ke arah lantai sampai tiba-tiba pintu kamar terbuka perlahan.
Mina agak terkejut dengan sosok yang ada di balik pintu. Orang itu berlutut, kemudian tangan kanan meraih harddisk yang berada tepat di ujung sepatunya.
"Chae- young.." panggil Mina lirih.
Kekasihnya itu berjalan mendekat tanpa menatapnya sedikitpun. Duduk menarik pelan laptop dan menyalakannya, sementara Mina menggigil di tempat.
Chaeyoung dengan wajahnya yang kusut menutup mulutnya sembari menahan sesak di dadanya. Kenyataan bahwa Mina menggunakan uang hasil kerja mereka untuk diberikan kepada Jeongyeon yang dengan licik mengancam akan menyebarkan video itu adalah benar adanya.
Entah Chaeyoung harus kecewa dengan kenyataan yang mana. Terlalu banyak hal yang ia pikirkan. Tidak tahu siapa yang harus disalahkan pada keadaan ini. Ia sadar bahwa Mina tak lain juga butuh bantuannya. Tapi, bukan perkara mudah baginya untuk menatap sang kekasih dengan lembut, memberikan pelukan, atau bahkan menepuk pelan kepalanya dan memberikan kalimat penenang. Sehingga ia hanya bisa membisu, menjauh dari kekasihnya, dan pergi dari rumah itu tanpa menghiraukan Mina memanggil-manggil namanya dengan suara lirih dan bergetar.
TBC
Happy reading🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Dark (michaeng)
FanfictionSekuel dari "Let It Blue" Dipaksakan baca dulu yg Let It Blue ya gengs, engga panjang koks🤘 "I FOUND MY MASTER AND DISASTER" WARNING : GenBen