Sebenarnya kecewa itu bukan karena dia tidak melakukan apa yang kita mau. Namun, kecewa itu karena kita berharap pada manusia.
........
Rapat berlangsung lancar dan sangat tenang. Banyak pendapat dan masukan yang diterima dengan baik oleh sosok Gara. Persiapan produk yang mendekati tujuh puluh lima persen juga membuat rapat berakhir dengan damai. Tampaknya jika situasi tidak terkendali, Gara bisa saja menjadi monster mengerikan dan mengamuk ke siapa saja.
Dharla tentu tidak sembarang berpikir begitu. Hal ini didasari karena sikap Gara yang galak dan juga mengerikan karena kesalahan tidak sengaja yang dibuatnya tadi.
Ngomong-ngomong Dharla jadi kepikiran soal Bram. Laki-laki itu masih terlihat muda, mungkin hanya beberapa tahun di atasnya. Cara kerjanya yang kompeten, cekatan, dan juga masih produktif semakin membuat Dharla kehabisan kata untuk mengatakan kekurangan Bram. Atau alasan Bram keluar itu karena Gara? Gara terlalu galak?!
Orang-orang di dalam ruang rapat semakin berkurang karena rapat telah berakhir. Namun sepertinya Dharla tidak menyadari jika di ruang itu hanya tersisa dirinya, Bram, dan juga Gara.
"Hasil rapat segera disusun dan laporkan ke saya!"
"Baik, Pak! Nanti biar saya ajarkan kepada Dharla juga!"
Gara yang merasa nama Dharla disebut pun refleks menatap wanita itu. Terlihat jelas raut wajahnya sedikit berubah karena Dharla yang diam seperti melakukan sesuatu.
Jangan-jangan Dharla memikirkan ekspresinya tadi?
"Dharla!" panggil Gara cukup keras.
Bram yang menyadari jika atasannya mulai menggunakan emosi pun segera menyenggol Dharla.
Dharla tersentak kaget. Gadis itu menoleh menatap Bram penuh tanya.
"Kenapa, Pak Bram?"
"He'hem!"
Kepala Dharla langsung berpindah menatap Gara. "Bapak?"
"Kamu dengar apa yang saya dan Bram bicarakan?!"
Nadanya yang tampak tegas dan menuntut membuat Dharla refleks mengangguk. Padahal gadis itu tidak mendengar apapun tentang percakapan Gara dan Bram karena sibuk memikirkan alasan Bram keluar dari perusahaan Gara.
"Coba ulangi!"
Napas Dharla tertahan. Gadis itu melirik horor pada Bram yang tampak tersenyum ramah.
"Emm... Pak," Dharla berkata ragu. "Sebenarnya ... saya ini ... em, saya–"
"Kamu melamun, 'kan? Kamu tidak dengar apa yang saya dan Bram bicarakan?!"
"Itu pak Gara tahu." Niatnya Dharla akan mengatakan seperti itu, tapi kenyataannya gadis itu menunduk takut karena mata tajam dan nada bicara yang begitu tegas milik Gara.
"Maafkan saya, Pak."
"Maaf?" Gara terkekeh.
Bram yang ada disituasi sulit hanya bisa diam tidak mampu membela Dharla yang kini tampak tertekan.
"Kamu niat bekerja tidak?! Hari pertama sudah menyusahkan seperti ini! Sekali lagi kamu membuat kesalahan bisa-bisa kamu saya pecat!"
Sialan.
Dharla merasa begitu sesak. Matanya memanas hanya karena bentakan Gara.
Iya hanya bentakan, meski kenyataannya Dharla memang tidak bisa dibentak.
Entah ini kesialan ke berapa, air matanya malah meleleh dengan lancangnya.
Bukankah seharusnya dia tidak boleh menangis?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dharla
Genç Kız EdebiyatıWajib follow dulu akunya sebelum membaca cerita ini ya! Warning! Untuk usia 17+ karena ceritanya agak gila :) ....... Dharla, gadis itu merasa cacat, masa lalu buruk dan tindakan bodoh yang dia lakukan benar-benar membuatnya menyesal. Dia kehilangan...