Selepas solat subuh tadi Aeyla menyuruh Fattan untuk kembali tidur, begitu pula dengan Aeyla, gadis itu memilih untuk kembali tidur karena semalaman ia tidak tidur merawat Fattan.
Semalam demamnya bertambah tinggi, hingga suaminya itu menggigil, padahal Aeyla sudah mematikan AC nya.
Aeyla terbangun ketika mendengar suara ketukan dari luar, gadis itu melirik jam yang berada di atas nakasnya, jam 8 pagi, sudah bisa di tebak jika bukan bunda pasti Ersya, adiknya.
"Sebentar."
"Kenapa belum pada turun? Kita udah mau sarapan." Ucap bunda sambil merapikan rambut Aeyla, meskipun Aeyla sudah berusia lebih dari 20 tahun, tapi jika bersama bunda, ia akan berubah menjadi gadis yang sangat manja.
"Bunda sama yang lain makan duluan aja, aku tunggu Fattan bangun dulu, dia semaleman gak tidur soalnya demam."
"Astagfirullah, tapi sekarang udah reda kan demamnya?" Tanya bunda cemas, Aeyla tersenyum tipis sambil menganggukan kepalanya.
"Yaudah nanti bunda suruh Ersya anter sarapan buat kalian berdua yaa.."
"Gausah bun, nanti kakak aja yang ambil, sana tuh udah di tungguin ayah sama adek."
"Dih ngusir lu?"
"Iya ngusir."
"Durhakaaa!" Aeyla menggedikkan bahunya sambil terkekeh lalu kembali masuk ke dalam kamar, melirik Fattan yang masih betah memejamkan matanya.
Aeyla memutuskan untuk pergi mandi, karena hari sudah semakin siang.
***
Jika kalian berpikir perjodohan mereka penuh dengan drama sebelumnya, tentu kalian salah, meskipun iya awalnya Aeyla maupun Fattan sama-sama menolak, namun pada akhirnya kedua manusia itu memilih mengikuti keputusan orangtua mereka.
Perjodohan mereka tidak sama seperti perjodohan antara kedua orang asing yang berjalan sangat dramatis, namun mereka berdua disini belajar untuk saling menerima takdir dan memahami satu sama lain.
Karena mereka tau, orangtua tidak mungkin memberikan jalan yang salah bagi anaknya.
"Udah bangun?" Aeyla merutuki dirinya dalam hati karena sudah mengeluarkan pertanyaan bodoh seperti yang baru saja ia ucapkan.
"You good?"
"Engga, masih pusing, sakit kepala." Ucap Fattan sambil mengusap wajahnya pelan.
Aeyla bisa jelas melihat mata sayu dan bibir pucat Fattan, ia mengerti kenapa Fattan bisa sampai seperti ini, karena dari sebulan sebelum mereka menikah, Fattan yang paling sibuk menyiapkan segalanya, Aeyla hanya ikut turun tangan saat memilih baju dan dekorasi, belum lagi lelaki itu harus bulak balik ke perusahaan milik papanya.
"Lo kecapean sih kalo kata gue."
"Maybe.."
"Mau makan sekarang apa nanti?"
"Nanti aja, lo kalo mau makan duluan aja, gue mau tidur lagi, gapapa yaaa? Nanti jam 11 tolong bangunin gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
love countdown [END]
Teen FictionAeyla Pradipta dan Fattan Dirlangga. Kedua mahasiswa yang belum genap berusia 22 tahun ini harus rela tak rela melepas masa lajang mereka karena tuntutan orangtua yang meminta keduanya menikah. Perjodohan yang tiba-tiba yang membuat mereka tidak b...