VI. Monster Mutasi

12 1 0
                                    

Part 6

"Apa perlu gue jelasin hal ini ke elo?" Tanya Zanna dengan datar seraya melirik Sean dari ujung mata.

Sean menggelengkan kepala. "Maaf. Lo nggak perlu cerita kalau lo emang nggak mau."

Sean menyesal sudah bertanya. Tidak seharusnya ia mengatakan hal tersebut. Tapi ia penasaran, apakah Zanna mempunyai masa lalu yang kelam sehingga ia harus terpaksa pindah sekolah? Entahlah. Sean menggelengkan kepala. Ia tidak ingin ikut campur lebih dalam.

"Omong-omong, yang lain pada butuh selimut. Apa nggak sebaiknya kita turun ke lantai dua buat ngambil beberapa selimut lagi di gudang?" Tanya Sean mengalihkan topik pembicaraan.

"Bahaya kalau kita ambil sekarang. Kita ambil besok pagi atau siang aja. Gue nggak mau ambil resiko." Ujar Zanna yang mendapatkan anggukan dari Sean.

•••

Jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Beberapa remaja ada yang sudah terbangun dari tidur mereka seperti Aksa dan Erina yang sedang sarapan di ruangan khusus persediaan makanan sedangkan Luna dan Kevin berada di rooftop untuk berjemur.

"Lo nggak sarapan?" Tanya Kevin tanpa mengalihkan pandangannya dan asyik berjemur di bawah terik sinar matahari sambil memejamkan mata.

"Gue nggak terbiasa sarapan." Ucap Luna kikuk.

"Setidaknya makan sesuatu buat ganjal perut. Lagian di bawah masih ada makanan." Tuturnya.

"Lo sendiri nggak makan?"

"Gue udah makan tadi subuh karena laper banget. Udah sana lo sarapan dulu. Nanti makanannya keburu habis dan lo nggak kebagian lagi." Perintah Kevin dan kali ini menoleh ke arah Luna.

Gadis itu pun menganggukkan kepalanya kaku lalu berjalan menuruni anak tangga untuk kembali ke kelas. Ya, dia tidak akan pergi ke ruangan persediaan makanan karena dia tidak lapar sama sekali.

Kakinya terus melangkah menyusuri koridor hingga sampai ke dalam kelas. Di sana ia melihat Zanna yang sedang tertidur pulas. Dengan langkah kecil, Luna berjalan menuju ke tas ransel miliknya untuk mengambil obat-obatan miliknya. Namun saat hendak membuka resleting ransel, ia mendengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa menuju ke kelas dan suaranya kian mendekat.

Luna membalikkan tubuh ketika ia rasa seseorang akan datang. Dan benar saja, Olivia tiba-tiba datang dengan wajah cemas. Kedua tangannya ia gunakan untuk menutupi bagian belakang roknya.

"Kenapa Liv?" Tanya Zanna dengan suara serak khas bangun tidur.

"Guys, gawat." Ucap Olivia dengan raut wajah panik.

"Lo kenapa, Liv?" Tanya Erina yang baru saja datang ke kelas. Ketiga gadis di dalam kelas itu kebingungan menatap Olivia yang dilanda kepanikan. Namun, sedetik kemudian mereka tersadar akan sesuatu.

•••

"Mau kemana lo?" Tanya Vian saat melihat Zanna hendak membuka pintu besi yang akan membawanya menuju ke lantai dua. Akibat dari perdebatan keduanya yang terjadi pagi hari lalu, Zanna dan Vian masih terlibat perang dingin sampai sekarang. Maka dari itu setiap kali mereka bertemu, keduanya pasti saling melemparkan wajah tidak bersahabat satu sama lain. Seperti saat ini.

"Bukan urusan lo. Minggir sana." Jawab Zanna ketus ketika melihat Vian menghalangi jalannya.

"Yaudah turun aja. Tapi kalo lo turun, lo nggak akan bisa balik lagi ke atas." Ancam Vian.

"Yakin mau turun?" Lanjutnya dengan satu alis yang diangkat ke atas. Demi apapun, Zanna benci melihat wajah itu.

Zanna memutar bola matanya malas. "Udah gue bilang ini bukan urusan lo. Ini urusan cewek." Ujarnya penuh kesabaran.

After Us [NEW!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang