VIII. Serangan Monster

14 1 0
                                    

Part 8

Jari Sean nyaris buntung jika saja Leon tidak mendorong tubuh Sean dengan kuat ke arah samping sampai keduanya terjatuh di atas lantai.

"LO NGAPAIN?!" Bentak Sean dengan mata yang mendelik tajam.

"Mana bisa gue diem aja ngelihat tangan lo hampir kena gigit tadi?!" Balas Leon tak kalah keras.

Pintu jeruji besi itu akhirnya terbuka dengan lebar akibat dorongan dari para monster dari arah tangga yang berusaha masuk. Monster-monster berlarian dan berpencar ke segala arah. Mengejar serta menangkap para remaja itu dengan tatapan buas.

Ardan, Aksa dan Kevin berusaha keras untuk melawan mereka semua dengan senjata. Erina berlari untuk menutup semua pintu yang ada agar monster-monster itu tidak masuk dan bersembunyi. Sementara itu, Zanna yang masih terluka berusaha keras untuk menutup pintu tangga agar tak banyak monster yang datang lagi.

Olivia pun tidak tinggal diam, ia segera mengambil tongkat dan mulai menghajar para monster dengan sekuat tenaga.

Vian yang baru saja kembali dari rooftop dikejutkan dengan aksi perkelahian antara para monster dengan beberapa anggotanya. Ia tidak memiliki waktu untuk sekedar panik. Tanpa persenjataan apapun, Vian berlari menghabisi para monster dengan tangan kosong.

Sean dan Leon tidak hanya diam saja. Ini sudah menjadi kewajiban mereka sebagai tim penyerang untuk menjaga markas agar tetap aman dari serangan monster.

Kejadian di siang hari itu berlangsung tidak lama karena jumlah monster yang datang tidak terlalu banyak berkat Zanna yang berhasil menutup pintu tangga lebih cepat. Hingga pada akhirnya, mereka semua telah berhasil menghabisi seluruh monster yang ada di lantai tiga.

Sayangnya, mereka kurang beruntung kali ini. Matahari sudah tidak bersinar lagi untuk mengulurkan bantuan kepada mereka. Langit tiba-tiba menjadi gelap. Setetes demi setetes air pun turun ke bawah.

Karena seisi sekolah menjadi gelap, beberapa monster yang lain mulai naik dan kali ini jumlahnya lebih banyak daripada yang tadi.

Tetapi sebelum itu terjadi, Sean dan Leon mendorong sebuah lemari besar yang berisi piala penghargaan untuk memperkuat penjagaan agar pintu tidak gampang diterobos begitu saja.

Selepas kejadian itu, mereka semua terdiam. Mengamati lantai yang dipenuhi oleh genangan darah dari monster-monster yang sudah tergeletak dengan keadaan mengenaskan.

"Sekarang kita harus ngapain?" Tanya Aksa menatap yang lain.

"Kita buang aja tubuh mereka. Habis itu kita bersihin darah yang ada di lantai." Saran Ardan dan mendapat anggukan dari anggota yang lain.

Mereka pun mulai bergerak untuk membereskan kekacauan yang terjadi di lantai tiga. Mulai dari membuang tubuh para monster yang sudah tidak bernyawa ke arah jendela hingga membersihkan darah yang berceceran di lantai agar tidak berbau amis dan kotor.

"Akhirnya selesai juga." Ucap Olivia lega setelah bekerja keras untuk membersihkan lantai. Ia bahkan rela menumpahkan semua isi parfum miliknya ke atas lantai agar tidak ada bau anyir dari darah monster.

Zanna yang berada tepat di samping Olivia berjongkok karena lelah sembari mengibaskan tangannya di udara untuk mengipasi wajahnya.

"Eh tunggu dulu, lo semua ada yang ngelihat Erina sama Luna nggak? Kok dari tadi mereka nggak ada?" Tanya Aksa.

Mereka yang baru menyadari hal tersebut langsung menatap satu sama lain kecuali Ardan.

Pemuda bertubuh jangkung itu tanpa basa-basi segera berlari meninggalkan mereka semua dan membuka satu persatu kelas untuk mengecek.

After Us [NEW!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang