[8] Gejala Aneh

227 45 1
                                    

Ruang Perawatan, Akademi Arendith.

"Selain bodoh, kamu juga sangat lemah!" ujar Arthur sambil menatap Erza yang terbaring dengan penuh penghinaan.

"Aku tahu!" dengus Erza marah sambil membuang muka.

"Aku melihat video pertarunganmu," beritahu Arthur sambil menatap Erza.  "Aku tidak mengerti. Mengapa kamu tidak melawan?"

"Aku terlalu panik," jawab Erza.

Arthur : "..."

"Aku tidak percaya kamu panik," bantah Arthur. "Memukulku saja kamu berani. Mengapa melawan Vince kamu tidak berani?"

Erza memberikan tatapan ganas kepada Arthur. "Seharusnya kamu berterimakasih kepadaku!" sahut Erza kesal.

Alis Arthur terangkat. "Maksudmu?" tanyanya bingung.

Erza mendengus. "Jika aku melawan toyboy itu, bukankah kamu akan marah? Bagaimanapun dia adalah kekasihmu!"

"Apa kamu gila?!" sahut Arthur tak percaya. "Rumor bodoh dari mana itu?"

"Teman-teman sekelasku mengatakan Vince memiliki perasaan kepadamu dan sangat dekat denganmu sejak kamu kecil," jawab Erza sambil membuang muka. "Jika seperti itu, bukankah Vince seharusnya adalah kekasihmu?"

Arthur tersenyum tipis. "Apa kamu cemburu?" tanyanya.

"Tidak," jawab Erza tegas. "Sama sekali tidak!"

Arthur : "..."

Senyum Arthur luntur seketika. "Yah, baiklah."

"Kamu tahu? Wajahmu sekarang sangat mengerikan," kata Arthur.

"Maka dari itu kamu harus tanggung jawab!" dengus Erza kesal. "Toyboy itu menghancurkan wajahku karena dia cemburu!"

"Kamu sangat beruntung menikahi seorang Pangeran tampan sepertiku. Tentu saja banyak orang yang cemburu padamu," ujar Arthur dengan nada acuh tak acuh.

"Apanya yang beruntung?!" Erza menatap Arthur tajam. "Ini kesialanku harus menikahi Pangeran busuk, jelek, bodoh, idiot, dan kejam sepertimu!!"

Arthur memasang wajah datar. "Kamu tampak menikmati ketika menghinaku," ujarnya.

"Tidak," bantah Erza. "Pangeranku, kamu terlalu memikirkan banyak hal. Aku adalah pemuda bermartabat dan berintegritas tinggi. Poin pentingnya adalah, semua kalimat yang keluar dari mulutku adalah kejujuran."

"Tapi, apa harus sejujur itu?" tanya Arthur dengan nada tidak setuju.

"Tentu saja! Ibuku bilang, berbohong itu dosa!"

"Aku akan memanggil Oliver untuk menyembuhkan luka-lukamu," ujar Arthur mengabaikan kata-kata Erza barusan.

Erza mengangguk. "Ngomong-ngomong. Pangeranku, bisakah kamu ambilkan aku air minum?" tanya Erza sambil tersenyum.

Arthur mengangguk dan segera mengambil sebuah gelas berisi air yang diletakkan di atas meja. Setelah itu memberikannya kepada Erza.

"Terima kasih."

"Hmm." Arthur menatap Erza. "Aku akan memanggil Oliver sekarang."

Erza yang sedang memegang gelas berisi air itu, mengangguk pelan. Lalu meminum air itu secara perlahan.

Melihat persetujuan Erza, Arthur segera berbalik dan hendak menuju pintu. Baru beberapa detik pintu itu terbuka, suara Erza membuatnya menoleh dengan kedutan di sudut bibirnya. Ada jejak kemarahan di sekitar wajahnya. Namun Arthur berusaha menahan amarahnya.

"Apa maksud perkataanmu?" tanya Arthur kesal.

"Aku bilang, aku ingin makan ayam goreng."

"Kamu pikir ada ayam goreng di tahun 2557 ini?" tanya Arthur sarkas.

2557 : Became The Crown Prince's FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang