[6] Catarina

260 46 1
                                    

Ruang Kelas 1, Akademi Arendith.

"Sudah jam 8 lebih. Tetapi belum ada guru yang datang," gumam Erza sambil mendesah malas. Kehidupan sekolah yang membosankan akan segera ia jalani. Membuatnya tidak bisa menahan perasaan bosannya.

"Harap bersabar, Tuan Muda." Oliver yang duduk di samping Erza segera bersuara.

"Huft!" Erza mendesah dengan mata menerawang. "Aku pikir guru yang mengajar adalah seorang pria tua gemuk yang bahkan kesulitan untuk berjalan."

Oliver menggeleng tidak setuju. "Sepertinya tidak," sahutnya. "Aku justru berpikir, guru itu berperawakan kurus dengan wajah cekung dan sepasang mata ikan."

Mendengar itu, Erza refleks menatap Oliver dengan wajah yang sulit di definisikan.

Merasa diperhatikan, Oliver menoleh. "Ada apa Tuan Muda?" tanyanya bingung.

"Deskripsimu terhadap calon gurumu sangat mengerikan!" Erza berkata dengan nada kagum. "Pantas untuk menjadi pelayan pribadiku," ucapnya bangga.

"Kamu terlalu menyanjungku, Tuan Muda," jawab Oliver tersenyum tipis.

Erza terus mengoceh banyak hal. Oliver yang berada di sampingnya terus merespon singkat. Matanya sesekali melirik tajam ke sekumpulan gadis yang tengah mengelilingi seorang pemuda berpenampilan nyentrik.

Oliver tidak tahu siapa pemuda nyentrik itu. Tetapi ia tahu, bahwa pemuda itu terus menatap tajam ke arah Tuan Mudanya. Seperti sedang merancang sesuatu yang mengerikan.

"Oliver," panggil Erza. "Mengapa mereka menatapku dengan tajam?" tanyanya setelah sadar, menatap ke arah Vince dan teman-temannya.

"Mungkin mereka iri dengan ketampananmu, Tuan Muda," jawab Oliver asal.

Erza mengangguk paham. "Aku tahu, banyak orang yang iri dengan ketampananku," ucap Erza bangga, lalu berbisik setelah melihat Vince. "Tapi lihatlah, pemuda itu terlihat mengerikan!"

Oliver mengikuti arah pandang Erza. Menatap Vince yang memiliki kuku runcing dengan pola-pola cantik terukir di atasnya. Bibirnya yang sangat merah seperti bunga mawar. Serta tingkahnya yang seperti seorang gadis.

"Aku beruntung tidak terlahir seperti dia," tanggap Oliver pelan.

"Jika kamu seperti dia, aku tidak akan menerima pelayan sepertimu!" balas Erza kejam. Tubuhnya bergidik ketika membayangkan Oliver yang berpenampilan nyentrik seperti Vince. "Oh Tuhan! Itu mengerikan!"

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Oliver curiga.

"Aku membayangkan kamu memakai kuku palsu panjang dan cantik sepertinya," ujar Erza malu-malu, tapi dengan suara keras. Sehingga dapat di dengar oleh seluruh murid di dalam ruangan itu.

"Maksudmu ini palsu?!" jerit Vince sambil melotot ke arah Erza.

Beberapa murid langsung menutup telinganya ketika Vince menjerit, termasuk Erza. Jeritan Vince seperti suara burung tersedak! Sangat mengerikan.

"Gelandangan ini sangat bodoh!" bisik seorang gadis.

"Benar. Semua orang sudah tahu Vince memiliki perasaan terhadap Pangeran Arthur. Tapi Pangeran Arthur menolaknya dan justru malah menikahi Erza. Itu saja sudah menjadi alasan bagi Vince untuk membenci Erza," sahut gadis di sebelahnya. "Dan kini dia malah menghina kuku-kuku Vince. Erza sangat bodoh!"

Gadis di sebelahnya mengangguk. "Vince sangat menyayangi kuku-kuku cantiknya itu. Ketika seseorang menghina kukunya, tidak akan mudah bagi orang itu untuk bisa hidup nyaman," gumamnya sambil menyaksikan adegan di depannya penuh ketertarikan.

Erza hanya bisa menatap polos ke arah Vince yang berjalan ke arahnya dengan marah. Diikuti oleh dua orang gadis yang menemaninya seperti seorang pelayan.

2557 : Became The Crown Prince's FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang