[11] Kelas Sejarah

207 40 1
                                    

Ruang Kelas 1, Akademi Arendith.

"Kalian mendengarnya? Pangeran Arthur sangat mencintai Erza!" seru seorang gadis dengan tatapan penuh kecemburuan.

"Sepertinya rumor bahwa Pangeran Arthur dipelet adalah kebenaran."

"Aku pikir juga begitu. Bukankah aneh, Pangeran Arthur yang sangat dingin tiba-tiba menjadi sosok ... yang ... yah, seperti itu. Sangat berbeda dengan kepribadian Pangeran Arthur yang biasanya."

"Kamu benar. Dilihat dari sisi manapun, Erza adalah gelandangan. Bahkan Vince lebih baik daripada Erza."

"Vince, bagaimana perasaanmu?" tanya gadis berambut pirang. "Apa kamu tidak membalas gelandangan itu?"

Vince tersenyum. "Tentu saja tidak. Aku adalah Tuan Muda yang bermartabat," katanya.

"Benar. Kamu sangat bermartabat. Tidak ada gunanya membalas gelandangan itu. Dia bahkan tidak lebih cantik dari kuku-kuku cantikmu," ujar gadis pirang itu dengan nada menjilat.

"Mereka mengatakan kamu tidak sebanding dengan kuku Vince," lapor Oliver.

Erza memandangnya malas. "Untuk apa melapor kepadaku?" tanyanya.

Oliver mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Hanya ingin," jawabnya.

Erza: "..."

"Gadis-gadis itu kerjaannya bergosip setiap hari," ujar Zean sambil memandang ke arah Vince yang dikerubungi gadis-gadis. "Aku iri pada Vince karena dikelilingi oleh gadis-gadis itu."

"Mereka hanya sekumpulan gadis berisik. Mengapa harus iri?" Erza berkata dengan nada tidak setuju.

"Setidaknya mereka tetap seorang gadis," ujar Zean kaku. "Akan sangat menakutkan jika dikelilingi oleh pria."

Erza: "..."

Oliver: "..."

"Jangan salah paham," ucap Zean cepat sambil menatap Erza. "Aku tidak bermaksud menyindirmu karena menikahi pria. Hanya saja sebagai laki-laki normal, aku merasa buruk ketika membayangkan berda di bawah laki-laki lain."

"Lupakan." Erza menaruh wajahnya di atas meja. "Aku tidak ingin membahas apapun."

"Kamu terlihat dalam suasana hati yang buruk," cerca Zean dengan kening yang mengerut.

"Hmm." Erza mengangguk.

"Tuan Muda," panggil Oliver pelan. "Sepertinya guru sejarah akan segera tiba," ujar Oliver ketika melihat beberapa siswa berlarian masuk ke dalam kelas dengan panik.

Tepat ketika Erza mengangkat kepalanya. Seorang pria tua gemuk berjalan memasuki kelas. Matanya yang keruh dilapisi oleh kacamata bening yang sangat antik.

"Tidak hanya mengajar sejarah, tampilannya pun penuh akan sejarah," cibir Erza sambil memandang guru itu.

Oliver mengangguk di sebelahnya. "Antik dan usang," komentarnya dengan raut setuju.

"Selamat pagi," sapa pria tua itu sambil membenarkan letak kacamatanya.

"Pagi!" balas seisi murid kelas 1 itu.

"Aku di sini untuk mengajar sejarah dunia. Kalian bisa memanggilku Mr. Ambrose," ucapnya dengan suara seraknya yang sangat khas dengan usianya yang tua.

"Materi kali ini kita akan membahas sejarah dunia baru," ucap Mr. Ambrose sambil mengedarkan pandangannya. Lalu menunjuk ke arah Vince. "Apa yang kamu ketahui tentang dunia baru?"

"Dunia baru adalah sebutan untuk bumi yang telah melewati masa-masa kiamat," jawab Vince dengan sikap yang elegan. Bahkan nadanya dibuat selembut mungkin.

Mr. Ambrose menganggukan kepalanya, sedikit puas dengan jawaban Vince walaupun masih banyak kekurangan. "Ada yang bisa menambahkan?" tanya sambil mengedarkan pandangannya.

Seorang gadis tercantik di kelas itu mengangkat tangannya. "Dunia baru pertama kali disebut pada tahun 2542. Pada saat itu kiamat terjadi, dan beberapa bulan setelahnya, disebutlah sebagai dunia baru," katanya dengan suara yang merdu.

"Benar!" Mr. Ambrose tersenyum puas. "Kamu sangat cerdas, Nona Rhea Nightingale."

"Terima kasih, Mr. Ambrose." Rhea membungkuk sedikit sebagai ucapan terima kasih.

"Pantas saja suaranya merdu. Ternyata Nona Nightingale," gumam Zean. "Mereka terkenal dengan kinesis suaranya yang hebat. Setiap generasi memiliki jiwa seni yang tinggi."

Erza diam-diam mengamati Rhea yang menurutnya sangat cantik. Namun Erza merasa Rhea tidak secantik apa yang di deskripsikan oleh teman-temannya. Entah mengapa Erza merasa kurang minat menatap Rhea.

"Bisakah aku menambahkan?"

Suara lembut itu membuat semua pasang mata menoleh ke arahnya. Banyak orang yang mengenal wajahnya namun tidak mengetahui namanya. Tidak terkecuali Mr. Ambrose.

"Siapa namamu?" tanya Mr. Ambrose.

"Hestia McLaren," jawabnya sambil tersenyum tipis dengan mata yang melirik singkat ke arah Oliver.

Gadis ini tahu bahwa aku sedang memperhatikannya! batin Oliver dengan wajah poker.

"Gadis itu sangat cantik," gumam Erza sambil menatapnya dengan penasaran. Entah mengapa ia merasa memiliki ketertarikan pada gadis itu. Padahal Erza yakin tidak pernah mengenalnya.

"Dia gadis yang misterius," sahut Zean sambil menopang dagunya.

"Gadis yang menarik," ucap Erza.

Sementara kedua remaja laki-laki itu terus bergosip, di samping Erza, Oliver hanya diam dengan pandangan lurus ke depan. Namun memasang telinganya, mendengarkan semua informasi detail yang Hestia katakan. Penjelasannya terhadap sejarah sangat mendetail, sampai-sampai Mr. Ambrose menatapnya penuh kekaguman.

"Luar biasa! Aku tidak menyangka ada jenius sejarah di kelas 1," ujar Mr. Ambrose sambil menatap Hestia penuh semangat.

Hestia tersenyum tipis. "Tidak, dibanding denganmu, pengetahuanku masihlah sangat sedikit," ujarnya merendah.

"Kamu terlalu merendah!" puji Mr. Ambrose.

Beberapa gadis menatap Hestia dengan mata penuh permusuhan. Merasa iri dengan kecantikan dan kejeniusan yang dimiliki oleh gadis yang datang dari antah berantah itu.

"Baiklah. Kita lanjut pembahasan berikutnya. Apa yang kalian ketahui tentang Kinesia?" tanya Mr. Ambrose.

"Kinesia adalah sebutan untuk manusia yang telah memakan Super Candy dan memiliki sebuah kemampuan bernama Kinesis." Hestia dengan cepat langsung menjawab. Membuat beberapa gadis menatapnya dengan kecemburuan yang semakin intens.

"Gadis sialan itu berusaha menarik perhatian Mr. Ambrose!" bisik seorang gadis yang cemburu. "Dikatakan Mr. Ambrose adalah guru terpelit dalam memberikan nilai. Kecuali ketika pria tua itu menemukan murid yang memiliki pengetahuan sejarah yang luas."

"Sudah jelas pria tua itu akan memberikan Hestia nilai yang sempurna."

"Aku harap gadis itu cepat mati," ujar gadis berambut pirang mengutuk Hestia dengan kejam.

2557 : Became The Crown Prince's FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang