[13] Pesta Ulang Tahun

211 40 0
                                    

Mansion Welsh, Kerajaan Arendith.

"Ingatlah perkataanku. Jangan pernah dekat-dekat dengan pelacur bernama Hestia itu." Arthur menatap Erza tajam.

Erza membalasnya dengan malas. "Oh ayolah! Apakah kamu sedang cemburu atau apa?" Erza memutar matanya searah jarum jam. "Apa kamu lupa kalau kita hanya pura-pura?"

"Persetan dengan itu!" bentak Arthur marah. "Sejak kita berciuman, aku sudah menganggapmu sebagai istriku dan kamu pun harus menganggapku sebagai suami yang kamu cintai."

"Pangeranku, kamu tidak bisa memaksaku seperti itu bukan?" dengus Erza kesal.

Arthur menyeringai. "Turuti semua kata-kataku atau berdiri di garis depan sebagai tentara?" Arthur menopang dagunya dengan ekspresi acuh tak acuh.

Mendengar itu wajah Erza langsung terdistorsi. "Pangeranku, kamu sungguh kejam! Kamu berkata barusan kalau kamu menganggapku sebagai istrimu." Erza mengusap air matanya yang susah payah ia keluarkan dengan dramatis. "Bagaimana mungkin aku percaya kalimat cintamu itu sungguhan atau hanya sekedar omong kosong, jika kamu selalu kejam padaku."

"Kamu terlihat semakin jelek ketika menangis." Bukannya simpati, Arthur malah memberikan tatapan mengejek. "Hentikan akting bodohmu itu," ucapnya dingin.

Erza memandang Arthur dengan ingus yang meler. "Kamu kejam. Aku menangis pun kamu anggap akting. Apakah aku seburuk itu di matamu?" tanya Erza sambil terisak.

Arthur hanya menatapnya dengan acuh tak acuh. Kemudian pergi keluar dari ruangan itu. Meninggalkan Erza sendirian.

Erza menatap kepergian Arthur dengan mata yang melotot. Tidak lupa sumpah serapah yang keluar dari bibirnya. Dia berharap Arthur lenyap darinya. Sehingga ia bebas dari berbagai macam aturan konyol yang lolos dari mulut busuknya.

Mendengar suara pintu yang terbuka, Erza langsung menoleh. Matanya menjadi tajam ketika melihat sosok yang sedang berjalan itu adalah Oliver.

"Saran konyolmu tidak ampuh!" protes Erza cepat.

Oliver memberikan tetapan penuh penyesalan. "Maafkan aku Tuan Muda. Aku tidak menyangka Pangeran Kelima akan sekejam itu," ujarnya datar.

"Aku sangat membenci Pangeran sialan itu!" ucap Erza bersungguh-sungguh dengan tangan yang mengepal.

"Sabar, Tuan Muda." Oliver membujuknya. "Akan ada masa di mana kamu bisa lebih kuat dari Pangeran Arthur. Mungkin dalam beberapa ratus tahun ke depan."

Erza tidak bisa menahan kedutan di bibirnya. Menatap Oliver dengan marah. Pelayan bajingan ini! "Dalam beberapa ratus tahun ke depan aku dipastikan sudah mati," balas Erza datar.

"Ngomong-ngomong, Pangeran Arthur mengatakan kepadaku kalau dalam 30 menit lagi, pesta ulang tahun Yang Mulia Ratu akan segera dimulai," kata Oliver memberitahu Erza. "Sepertinya Pangeran lupa mengatakan itu kepadamu."

Erza berdecak marah. "Bajingan itu! Bukannya memberitahu hal penting, malah melarang aku untuk dekat-dekat dengan seorang gadis bernama Hestia. Memangnya siapa Hestia itu?" seru Erza marah.

"Hestia?" tanya Oliver sambil mengerut.

"Ya!" Erza mengangguk penuh kemarahan. "Apa kamu mengenalnya?"

Oliver menggeleng. "Aku tidak kenal, hanya sekedar tahu. Hestia adalah gadis yang memiliki mata dan rambut berwarna ungu. Kita sekelas dengannya."

Setelah mendengar itu wajah Erza seperti mendapat pencerahan. "Oh! Gadis gila sejarah itu?" tanyanya memastikan.

Oliver mengangguk. "Benar. Gadis gila sejarah," jawabnya sambil melirik ke arah jam di dinding. "Ngomong-ngomong Tuan Muda. Waktu tersisa 15 menit lagi sebelum pesta dimulai."

Mata Erza melotot. "Apa?!" pekiknya panik sambil berlari ke arah kamar mandi. Membersihkan dirinya sendiri dengan secepat kilat. "Oliver carikan aku pakaian!" teriaknya dari dalam kamar mandi.

Oliver mengangguk, meski Erza tidak akan bisa melihat itu. "Baik, Tuan Muda," jawabnya sambil menyiapkan pakaian bergaya kuno khas jaman eropa.

Di dalam kamar mandi yang mewah itu Erza melakukannya dengan sangat cepat. Membilas bagian tubuh yang bisa digapainya dengan asal-asalan. Tidak lupa Erza memakai berbagai macam sabun agar tubuhnya wangi.

Tidak butuh waktu lama untuk segera mengakhiri kegiatan itu. Karena dipepet oleh waktu, Erza tidak peduli tubuhnya bersih atau tidak.

Urusan pesta ini terasa lebih mendesak daripada acara mandinya. Nenek tua itu bilang ia akan menilai semua gerak-geriknya saat berada di pesta. Jika nilainya bagus, maka Erza dianggap lulus dan tidak perlu mempelajari etika sebagai anggota keluarga kerajaan lagi.

Erza sudah berlatih berhari-hari. Jika dia melewatkan kesempatan emas ini, Erza akan menyesal seumur hidup. Erza sudah tidak tahan belajar etika yang membuat kakinya hampir copot. Ditambah teriakan serak nenek tua itu sangatlah mengerikan. Bahkan Erza mengalami mimpi buruk setelah mendengar suara serak itu terlalu sering.

Dengan bantuan Oliver yang gesit, kini tampilan Erza tampak memukau. Pakaiannya yang kuno memiliki corak emas yang membuatnya terlihat mewah. Beberapa motif bergaris-garis yang melengkung menambah kesan yang rumit.

"Kamu terlihat sangat tampan, Tuan Muda." Oliver menatap Erza dengan puas.

Erza tersenyum tipis. Mulai detik ini ia harus bisa menjaga sikapnya dan bersikap dengan anggun. Pada awalnya Erza mengalami kesulitan, namun Erza semakin pandai mengendalikan emosinya sekarang.

"Apakah para bangsawan itu juga di undang?" tanya Erza sambil berjalan keluar, diikuti oleh Oliver.

"Sudah semestinya mereka di undang," jawab Oliver.

Erza mengangguk mengerti. Ia merasa aneh dengan dirinya sendiri. Entah mengapa ia yang biasanya berisik, mulai merasa nyaman bersikap tenang seperti ini.

Di luar mansion Welsh, Arthur sudah berdiri di dekat kereta kuda mewah. "Cepatlah," ujarnya ketika melihat Erza yang baru tiba.

Erza menganggukan kepalanya sambil menggapai uluran tangan Arthur. Erza naik ke dalam kereta kuda itu dibantu oleh Arthur, setelah Erza berada di dalam, giliran Arthur yang masuk ke dalam.

"Aku tidak berpikir untuk menaiki kereta kuda," gumam Erza sambil memperhatikan ornamen di dalam kereta kuda itu.

"Sangat aneh?" tanya Arthur.

Erza mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Sangat kuno," balasnya ketika kereta kuda itu mulai melaju menuju ke Istana Kerajaan.


2557 : Became The Crown Prince's FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang