Haruna menyampirkan rambut ke telinga saat merasa cukup terganggu. Mata bulat itu berbinar melihat kerumunan manusia yang berdatangan.
"Weekend banyak zombie," ucap Yuna teman kerja nya.
"Haru, bisa tolong ke gudang sebentar? Maaf banget tapi cone ice cream nya habis gue nggak bisa kemana-mana."
"Santai, gue ambil dulu ya!"
Dengan langkah panjang Haru bergegas ke gudang sesuai permintaan tolong rekan kerja nya. Sudah setahun Haru bekerja di sebuah mall dan selama itu pula mantan kekasih nya hilang kontak bagai di telan bumi.
"I don't care," ucap nya lirih.
"Morning! How's your day sweety?"
Haru tersenyum manis seraya menarik lengan yang menyapa nya kearah gudang. Kedua mata berbinar itu saling menatap. Haru yang memutus kontak mata saat sadar tujuan diri nya ke gudang.
"Lanjut nanti, stand aku lagi hectic parah."
Setelah mendapat senyum manis dari lawan bicara nya dengan cepat Haru melanjutkan tujuan awalnya. Walau badan terasa remuk ia tetap semangat. Itu semua akan terobati saat gajian tiba.
"Haruru, is that you?"
Baru saja jantung Haru jatuh saking terkejutnya mendengar sapaan seseorang. Haru tahu betul suara siapa itu.
"Boleh saya liat bill nya?" tanya nya dengan senyum tipis di balik masker.
"Oke you forget me."
"Here's your order. Enjoy!"
"Let's begin, Haruru!"
Haruna has a goosebumps. Mata bulat itu berkaca-kaca dengan raut wajah khawatir. Ia harus melakukan sesuatu.
Setelah pertemuan itu, Haru sakit. Mungkin jantung nya terlampau kaget di ikuti dengan trauma di masa lalu. Ia berusaha sebaik mungkin tidak menjadikan kejadian itu beban tapi sayang nya gagal.
Semalam suhu tubuh nya tinggi. Ibu juga bilang kalau Haru terus mengigau hingga pagi. "We're done. There's nothing you can do!"
"The moon getting darker and the sunset getting brighter, didn't you see?" ucap seseorang diseberang sana.
"I see."
"So? What will you do now?"
"I don't know, Yerin. Please don't demand me," lirih nya
Terdengar suara keributan dari telpon genggam yang ia pegang. Haruna paham betul sahabat nya sedang menggeram tertahan dan menjadikan kekasih nya pelampiasan agar tak memarahi Haruna. Yerin benci tangisan yang terjatuh dari sudut matanya, itu yang Haruna tahu.
"Yerin," panggil nya dengan suara serak.
"Hm?"
"Gue janji, ini terakh-"
"STOP. Diem disitu. Jangan pegang apapun selain handpone. Buka roomchat gue aja. Dengerin gue. I won't lose you."