Yeonjun benar-benar membeli setidaknya hampir tiga lusin celana dalam-dalam sebulan. Benda warna-warni itu setidaknya akan menghilang setiap lima hari atau seminggu sekali. Soobin adalah sang tersangka- majikannya sendiri, itu sudah jelas. Yeonjun benar-benar pusing untuk itu.
Tapi satu hal yang tidak Yeonjun sesali, tuannya itu tidak pelit, dia sering mendapat bonus atau uang tambahan setiap bulannya.
"Jun ...."
"Ya, Tuan? Apa yang bisa kulakukan?"
"Buatkan aku teh, Jun."
"Oke, aku akan selesai dalam tiga menit."
Soobin meregangkan dasi merah maroon miliknya, penampilannya benar-benar berantakan. Pria itu berebah di sofa ruang tamu, dia bahkan belum melepas sepatu begitu sampai di dalam rumah.
Yeonjun datang membawa secangkir teh hangat, keningnya mendadak mengerut melihat tuannya.
"Tuan, kau baik-baik saja?"
Soobin tidak menjawab, matanya terpejam dengan sebelah lengannya yang menutupi kening. Pria itu kemudian menggeleng pelan dan membuka sedikit kelopak matanya.
Yeonjun meletakkan cangkir tehnya di atas meja dan menghela napas panjang. Dia berjongkok di samping kaki Soobin, melepas satu-persatu sepatu pantofel yang tidak lagi mengkilat seperti pagi tadi, disusul kaus kaki hitam milik Soobin.
"Ayo bangun, Tuan."
"Aku lelah, Jun."
"Apa kau mau kugendong?"
Soobin terkekeh kecil, menurunkan sebelah lengannya yang menutupi kening.
"Ayo, kau sungguh ingin kugendong?"
Soobin bangun dari posisinya, menatap Yeonjun dengan matanya yang setengah terpejam. Yeonjun sudah bersiap untuk memapah tubuh tuannya yang beberapa inci lebih tinggi darinya.
"Ayo!"
Lengan Soobin sudah berada di pundak Yeonjun, berjalan sedikit membungkuk untuk mengimbangi tinggi badan asisten rumah tangganya. Hanya butuh sekitar dua menit untuk sampai di kamar Soobin. Yeonjun menjatuhkan tubuh Soobin tepat di atas kasur. Kemudian dia kembali ke ruang tamu untuk mengambil secangkir teh yang dia tinggalkan.
"Minumlah sedikit, Tuan." Yeonjun menyodorkan cangkir tehnya tepat di depan bibir Soobin yang sudah bersandar di kepala tempat tidur. Lelaki itu membuka sedikit mulutnya, mengabaikan Yeonjun yang mencondongkan sedikit cangkirnya dan membiarkan teh hangat itu meluncur masuk ke dalam mulutnya.
Soobin berkedip-kedip saat merasakan hangat di tenggorokannya. Satu tegukan lagi dan kali ini tubuhnya benar-benar terasa hangat. Yeonjun bernapas panjang beberapa kali, kemudian meninggalkan kamar Soobin setelah meletakkan kembali cangkir teh di meja kecil di dekat tempat tidur Soobin.
...
Satu keranjang penuh pakaian kering sudah menunggunya, ketika Yeonjun masuk ke wardrobe room Soobin. Dia berniat menyetrika pakaian-pakaian itu sesegera mungkin, awalnya. Sampai ketika seorang laki-laki datang bertamu dan itu menghilangkan mood-nya. Laki-laki itu kini berada di kamar Soobin, menemani tuannya yang masih terbaring lemah sejak satu jam lalu. Yeonjun baru saja selesai membuatkan bubur dan menyiapkan Paracetamol ketika laki-laki itu datang.
Yeonjun kembali ke dapur, menyiapkan beberapa camilan dan minuman untuk tamu tuannya, yang dia ketahui tamu itu adalah pacar Soobin.
"Permisi, maaf mengganggu." Yeonjun meletakkan nampannya dengan kasar saat Soobin dengan tidak tahu malunya meremas pinggul laki-laki ramping itu tepat di depan matanya. Soobin mungkin tidak menyadari kehadiran Yeonjun, bibir kedua lelaki itu hampir menempel dan suara nampan yang dibenturkan dengan keras oleh Yeonjun telah menginterupsi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOOBJUN Oneshot
FanfictionSoobjun oneshoot kinda 21+ Top Soobin Bot Yeonjun It has different warnings for each chapter