sbjnkwn 🔞

1.6K 61 12
                                    




...

Dipan reot, bantal guling, dan selimut lusuh, jadi saksi bisu adegan kawin Soobin dan juga Yeonjun, sudah hampir satu jam, Soobin masih asyik menggenjot perjakanya, bukan bukan, bukan perjakanya, tapi kontolnya. Karena faktanya, Soobin memang sudah nggak perjaka.

Kadang pelan, kadang ngegas, kontol Soobin yang kata Yeonjun besar banget itu masih terus menghantam lobang dubur Yeonjun. Benar, kok. Yeonjun itu laki-laki, sama seperti Soobin. Sama-sama punya kontol, hanya saja beda ukuran.

"Jangan kuat-kuat, nanti kasurku ambrol."

Yeonjun merintih, katanya pelan-pelan saja, tapi pinggulnya dia goyang-goyang sendiri mengejar kontol Soobin biar masuk sampai pangkalnya.

Sampai akhirnya mereka berdua sama-sama klimaks. Enak pastinya, nafasnya saja sampai ngos-ngosan.

Yeonjun memposisikan dirinya di dalam pelukan Soobin, kalau habis kawin enaknya memang kelonan dulu, bukan langsung minggat nyabut kontol terus ninggalin begitu saja yang habis dikawinin.

Soobin diam, matanya kedip-kedip memperhatikan beberapa poster dan koran-koran bekas yang tertempel di dinding kamar Yeonjun, entah layak disebut dinding atau enggak, karena terbuat dari papan-papan kayu murahan. Ada satu judul berita dengan ukuran besar-besar, menarik Soobin untuk membaca, "Eksploitasi Anak ... Buntut," Soobin baca dalam hati. Ada beberapa kata yang hilang karena Yeonjun mencoblosnya pakai paku untuk gantungan baju.

"Dut..."

Soobin goyang-goyang lengan Yeonjun yang sudah ngorok hampir sepuluh menit, laki-laki itu bangun dengan muka masam.

"Ganggu aja."

"Udah sore, kambingku belum dimasukin kandang."

Soobin terpaksa membangunkan karena lengannya dipakai bantal oleh Yeonjun. Yeonjun bangun, turun dari dipan reotnya sampai bunyi 'kriet' yang buat Yeonjun semakin kesal.

Yeonjun memang bukan laki-laki ngondek, di luar sana dia berbusana dan berlagak seperti laki-laki biasa. Tapi kalau cuma berdua dengan Soobin, apalagi kalau habis kawin begini, daster adalah pakaian ternyaman yang Yeonjun pilih. Adem dan gampang dibongkar pasang, katanya.

Yeonjun duduk di kursi kayu dekat dengan pintu setelah cepat-cepat pakai dasternya. Ada beberapa lubang di ketiak dan dekat perut, semakin banyak lubang, semakin nyaman. Sementara Soobin masih tiduran di atas dipan, berusaha mengumpulkan lagi tenaganya yang habis dia pakai untuk menggenjot Yeonjun.

"Mau udud, kamu?" tanya Yeonjun sambil membuka plastik tembakau dan cengkeh untuk dilinting.

"Teh aja."

"Ngelunjak."

Soobin spontan ketawa, duduk di pinggir dipan, mencari-cari celana kolornya yang tadi dia buang begitu saja sebelum mengawini Yeonjun. Dia ambil satu gulung tembakau yang baru saja dilinting Yeonjun. Rokok kretek racikan sendiri memang yang terbaik untuk orang miskin seperti mereka.

Yeonjun ke belakang, mengambil termos air panas untuk menyeduh teh permintaan Soobin. Bujang tua satu itu kadang-kadang memang banyak permintaan, padahal bayar juga nggak seberapa.

"Nanti saja ya, aku bayar."

Yeonjun diam, dia masih menuang teh tawar panas dalam cangkir yang biasa Soobin pakai, duduk lagi di kursi kayu sambil menaikkan satu kaki, dia pandangi Soobin dengan tatapan datar sambil menghembuskan lagi asap kreteknya.

Soobin si bujang tua itu ketawa, dia merogoh dompet kulitnya dan keluarkan duit 30 ribu. Biasanya Soobin akan bayar 70 ribu sambil membawa beberapa sayur-mayur untuk bayar jasa pelacuran Yeonjun.

Soobin itu bisa dibilang setia, Yeonjun adalah satu-satunya gigolo atau pelacur laki-laki yang Soobin datangi, walau miskin begitu dia masih punya pikiran untuk nggak kawin sana-sini dengan banyak pelacur. Agak aneh, tapi biarlah.

"Kurangnya nanti, kalau bandotku sudah laku, nanti aku tambahin, deh."

Yeonjun nggak menggubris, Soobin sudah terlalu sering seperti itu, semakin lama kenal, malah semakin kurang ajar. Bayar pelacur yang enggak seberapa saja dia mau hutang.

Soobin selesai memakai semua bajunya, duduk di kursi kayu yang nganggur di dekat meja, mau minum teh buatan Yeonjun.

"Kok tawar, Dut?"

Yeonjun masih nggak menggubris, tapi dia pamerkan toples kosong bertuliskan gula di atas meja tanpa menoleh sedikitpun.

"Miris, ya..."

"Kenapa, Dut? Besok aku belikan kamu gula, nggak usah sedih."

Yeonjun mendengus, menyundut rokoknya di atas asbak kuning peninggalan bapaknya, nggak menanggapi ocehan Soobin yang nggak pernah dia dengar dengan serius. Dia memilih untuk pergi ke dapur, dan kembali lagi membawa sepiring nasi dengan lauk sambal dan ikan asin.

"Kamu mau makan?"

Yeonjun menawarkan dengan sungguh-sungguh, walaupun yang dia punya cuma lauk seadanya.

"Nggak usah, Dut. Nanti aku makan di warung simbok saja."

Ya sudah, Yeonjun nikmatin saja makanannya sendiri, mengabaikan Soobin yang berusaha menghabiskan teh tawar agak pahit yang Yeonjun buatkan susah-susah untuknya.

Yeonjun menatap jauh ke depan, walaupun pandangannya terhalang papan kamarnya sendiri yang dipenuhi koran-koran bekas untuk menutup lubang-lubang kecil perbuatan kumbang. Salah satu judul berita mengingatkan dia pada sebuah berita yang dia tonton di TV tabung kemarin saat beli tembakau di warung simbok.

"Kamu sudah lihat berita kemarin?"

"Yang mana?"

"Ada orang korupsi bikin negara rugi sampai 271 triliun?"

"Belum, tapi aku dengar dari Simbok."

Yeonjun melahap suapan terakhir nasinya, kemudian menatap sendal jepitnya yang kanan dan kiri warnanya enggak lagi sama.

"Pejabat-pejabat kita punya duit yang kalau buat beli nasi pecelnya Simbok bisa buat ngasih makan orang sekampung sampai ratusan tahun. Tapi kemarin rakyatnya ada yang diberitakan mati kelaparan."

Soobin terdiam, begitu juga Yeonjun. Mulutnya sudah berhenti ngunyah, tapi isi kepalanya nggak berhenti mikir.

"Kamu jangan lupa makan. Jangan sampai mati kelaparan."

Lalu Yeonjun meninggalkan Soobin sendirian, dia jalan ke dapur sambil ngedumel sepanjang jalan.

"Pemerintah kampret, sialan, enak-enak makan duit rakyat, sementara rakyatnya banyak yang kesusahan, saking susahnya sampai untuk bayar pelacur saja mesti hutang."

Soobin dengar. Dia buru-buru menghabiskan tehnya dan pergi begitu saja setelah meninggalkan duit 30 ribu di atas meja Yeonjun.



End.

SOOBJUN OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang