"Masuk angin aja udah kayak orang mau mati."Yeonjun mengeringkan rambut Soobin dengan handuk sambil menggerutu, tadi laki-laki tinggi besar itu tiba-tiba nyelonong masuk ke rumah Yeonjun begitu saja dengan tubuhnya yang basah kuyup. Yeonjun kesal, dia mau marah tapi nggak jadi saat melihat Soobin yang menggigil kedinginan.
Walaupun Soobin adalah salah satu pelanggannya yang paling sering menyusahkan, Yeonjun tetap nggak tega saat melihat bujang tua itu merintih kesakitan seperti orang sakaratul maut. Yeonjun buru-buru mengambil kain dan sebaskom air untuk mengompres tamunya yang sama sekali nggak diundang itu.
"Minum dulu tehnya," Yeonjun letakkan baskomnya di atas meja dan menyodorkan teh buatannya kepada Soobin, tapi bujang tua itu nggak menanggapi, dia masih terus tutup mata sambil merintih.
"Minum dulu biar badan kamu anget, Mas." Bagaikan sapi yang dicucuk hidungnya, kalimat barusan seperti mantra ajaib, Soobin buka mata pelan-pelan, lalu ketawa kecil mendengar Yeonjun yang tumben-tumbenan panggil dia dengan embel-embel 'Mas', padahal biasanya Yeonjun sama sekali nggak mengenal unggah-ungguh kalau bicara dengannya.
"Sebentar, Dut, kepalaku berat."
Mendengar jawaban Soobin, Yeonjun menghela napas pelan, "Tadi kamu udah makan belum?" Tanyanya sambil membantu Soobin bangun dari tidurnya. Laki-laki itu meringis merasakan punggungnya yang menggigil.
"Belum."
Yeonjun mendengus, dia bantu Soobin untuk minum tehnya. Tadi sewaktu Soobin datang basah kuyup, Yeonjun buru-buru ambilkan kaos oblong dan sarung coklat untuk baju ganti si bujang tua. Dia bahkan membantu Soobin melucuti semua pakaiannya yang basah, membawa Soobin ke sumur belakang rumah dan menyiramnya beberapa kali untuk membasuhnya dari air hujan.
"Mau kemana, Dut?" Tanya Soobin pelan, kain dan air sebaskom yang tadi Yeonjun bawa cuma dia geletakkan di atas meja, nggak jadi dia pakai untuk mengompres, Yeonjun pikir kalau cuma sekedar dikompres nggak bakalan mempan untuk si bujang tua yang kontolnya sudah alot itu.
"Keluar, sebentar aja."
Yeonjun geledah lemari kayu di kamarnya, masih ada beberapa lembar duit yang tersimpan. Yeonjun berniat untuk beli makanan dan tolak angin untuk Soobin, dia belum sempat masak karena rencananya pagi ini dia mau langsung ke rumah Huening untuk ikut kerja borongan mengupas kacang tanah. Tapi Soobin malah tiba-tiba datang tanpa permisi.
"Kemana?" Lirih Soobin lagi.
"Beli makan sama obat buat kamu, aku belum sempat masak," jawab Yeonjun sambil memakai jaketnya.
"Nggak usah, Dut."
"Aku nggak mau ya nanti rumahku jadi TKP ditemukan jasad seorang bujang tua kesepian yang mati karena masuk angin."
Soobin spontan meringis, mau ketawa tapi kepalanya pusing. Dia memang sudah hapal betul tabiat Yeonjun, bibir tebal yang enak buat dijejelin kontol itu kalau bicara nggak ada penyaringnya, "Kerokin aja, Dut," pintanya melas.
Yeonjun diam sejenak, memandangi Soobin yang terlantar di atas tilam dan dipannya dengan sarung coklat dan kaos putih bergambar cat catylac yang dia dapat gratis dari toko bangunan milik nenek Huening. Kalau masih terus di sana, kesabaran Yeonjun rasa-rasanya mulai timpas, lalu dia tinggalkan Soobin begitu saja di kamarnya.
...
"Bubur nasi sudah masak, Mak?"
Yeonjun duduk di bangku panjang di dalam warung milik Emak, lalu ambil satu gorengan panas dan memakannya, di seberang dia duduk ada perempuan baruh baya sedang memarut kelapa untuk buat santan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOOBJUN Oneshot
FanfictionSoobjun oneshoot kinda 21+ Top Soobin Bot Yeonjun It has different warnings for each chapter