04. Teman Apa Teman?

51 10 0
                                    


Saat ini Luffy tengah berada di atas pohon. Sebenarnya dia memanjat pohon untuk mendamaikan suasana hatinya yang lagi panas-panasnya, tetapi sepertinya itu percuma karena Nami dan Ace duduk berdua di sebuah kursi tidak jauh dari pohon yang Luffy panjat.

Awalnya Luffy ingin segera beranjak dari sana, tetapi ia juga sedikit penasaran dengan obrolan merea berdua. Sebenarnya Luffy curiga apakah benar mereka hanya teman biasa? Atau pernah menjalin hubungan? Atau ada salah satu yang memendam rasa? Sepertinya dia harus waspada.

"Ace, sumpah gue enggak nyangka lo sekolah sini. Maksud gue, ketemu lo lagi, satu sekolah lagi, terus satu kelas lagi. Gue senang, njir." Melihat Nami yang terlihat bahagia, Ace pun ikut tersenyum.

"Gue kangen sama lo, Nami."

"Gue juga kangen dong. Btw, lo makin tampan aja, deh."

"Ekhem ... Lo gak ada niatan naksir gue, 'kan?" dehem Ace.

"Kenapa enggak? Hahaha." Nami tertawa renyah tanpa menyadari ada sesosok makhluk hidup yang tersakiti.

"Ingat pacar."

"Pacar?" beo Rasi.

"Gue tau lo udah punya pacar."

"Ish ... Itu karena kenganuan yang haqiqi. Gue tuh herman kenapa gue dijodohin sama dia. Kan lo tau sendiri kalau gue sering cerita dia tuh hobi banget gangguin gue sejak kecil. Dibikin mewek terus juga. Mana si Kakak-Kakak kamvret itu bikin rumor gue pacaran ma dia. Duh, gue sabar aja deh digituin." Ace hanya tersenyum simpul. Nami ternyata masih belum berubah.

"Gue gak pernah liat lo suka atau pacaran pas SMP."

"Kata siapa?"

Ace mengerutkan dahinya mendengar ucapan Nami yang terdengar menantang. "Maksudnya?"

"Gue suka sama lo."

Empat kata tersebut berhasil membungkamkan Ace dan jangan lupakan Luffy yang hampir ingin loncat dari atas pohon kemudian menarik Nami buat kawin lari.

Yang ia duga memang benar dan parahnya ini adalah Nami suka duluan.

"Nami ...."

"Tenang aja, sih. Kan udah lama, sekarang sih enggak."

Ace menghela napas. Seketika ia kehilangan kata-kata. Ia bingung harus merespons seperti apa. Ada perasaan berkecamuk di hatinya.

"Gue lapar. Ke kantin, yuk!" ajak Nami mengalihkan pembicaraan karena tidak sadar menciptakan suasana kikuk. Ace hanya menurut saat Nami menarik tangannya menuju ke kantin.

Sementara Luffy, ia masih menatap Nami dan Ace dengan perasaan cemburu yang sedari tadi ia tahan.

"Pengen nangis," gumam Luffy pelan. "Eh, ngapain nangis sih bego! Lo tuh cowok!" Luffy menepuk pipinya sendiri karena sadar dengan perkataanya.

Luffy memejamkan matanya. Ia tak ingin beranjak dan tenang saja ia takkan tertidur di atas pohon. Rasanya malas membuka mata jika hanya disuguhkan pemandangan yang hanya membuat terbakar.

***

 
"Nami!"

Nami yang sedang memakan ciloknya dengan lahap di kelas seketika menoleh kala namanya dipanggil oleh sosok pemuda yang ia kenal. Terlihat pula pemuda itu berlari kecil menghampirinya dengan senyum yang terpatri pada wajah tampannya. Di tangannya terdapat semangkok bakso dan es teh.

"Apa?" tanya Nami.

"Numpang makan di sini." Ervan menaruh makanan dan minumannya di meja kemudian mulai menyantapnya.

Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang