Suasana sekolah kali ini lebih ribut dari biasanya. Pasalnya pagi tadi ada pemberitahuan kalau guru-guru sedang rapat mendiskusikan tentang festival ulang tahun sekolah yang akan diadakan lima hari lagi. Jadi, hari ini semua kelas jam kosong sampai pulang.
Murid-murid juga tak dilepas begitu bebas. Mereka disuruh bantu menentukan lomba apa saja yang mau diadakan. Setiap murid diberi formulir; biodata, usul lomba dan apa alasan mengadakan lomba tersebut. Ini penting karena tahun ini sekolah berencana mengundang murid-murid sekolah lain.
Di kelas XI MIPA 2, gadis berambut orange duduk menatap ke ponselnya. Beberapa detik yang lalu masuk pemberitahuan dia menerima transferan lagi. Cukup dekat dari jarak terakhir kali dia mendapat transferan.
Lucy: [Biasanya festival-festival apa lagi buat ulang tahun sekolah swasta itu ngeluarin biaya gede.]
Kapan Nami memberi tahu? Belum, tetapi Lucy sudah mengetahuinya. Itu hanya membuat rasa penasaran siapa Lucy sebenarnya muncul lagi. Namun, Nami tak berniat menyelidiki lagi. Kapok diabaikan seperti dulu.
"Eh, Nami! Lo rencananya ngusulin lomba apaan?" Nami buru-buru mematikan ponselnya saat Pudding mendekat.
"Lomba makan sayur," jawab Nami santai meskipun kenyataannya kertas formulirnya baru diisi biodatanya saja.
Pudding mengerutkan dahinya. "Hah? Kek ada aja yang mau ikut. Mendingan lomba makan kerupuk."
"Ada. Entar gue suruh Luffy buat ikutan."
Pudding tergelak. "Nami ... Nami. Ada-ada aja! Emang dia mau? Kan kata lo si Luffy lebih suka makan daging."
"Gue paksa." Tawa Pudding makin keras. Saudara kembarnya memang tiada tanding ganasnya. Dia jadi kasian pada Luffy.
"Eh, keknya gue enggak lihat Luffy seharian ini. Dia ke mana?" Berbicara tentang Luffy, Pudding baru teringat dari pagi belum melihat batang hidungnya. Biasanya dia selalu mampir ke kelas ini kapan pun tiap ada kesempatan.
"Kemarin kami kehujanan terus dia sakit."
Kemarin setelah menumpang di rumah Ace sampai hujannya reda, Luffy dipaksa pergi ke rumah sakit. Luffy pada awalnya tentu saja menolak. Dia cuma kehujanan, tidak sampai jatuh sakit dan sebaliknya merasa jauh lebih sehat karena diberi pelukan hangat oleh pacar tercinta. Namun, Nami mengingatkan dia harus jadi penurut kalau mau jadi pacarnya, Luffy pun berat hati mengiyakan.
Alih-alih merasa simpati, Pudding malah terkejut. "Buset! Gue kira orang kek gitu enggak bisa sakit."
Nami mendelik; mengeplak kepala Pudding dengan buku yang diambilnya dari kolong meja. "Bisalah, Dodol! Luffy, kan, masih manusia."
"Oke, oke, keknya topik bicara kita udah ke mana-mana. Gue tadi nanya. Lo ngusul lomba apaan? Mau ikut lomba apa kira-kira?" kata Pudding kembali ke topik pembicaraan yang sempat ke mana-mana.
"Lomba makan sayur." Nami mengulang perkataannya tadi.
"Njir! Gue yakin pasti enggak bakal kepilih!"
"Ya udah." Nami juga tak begitu memusingkannya. Toh dia juga tidak benar-benar menuliskan usulan lomba itu ke formulirnya ... mungkin. "Kalau enggak, gue pen ada lomba cerdas cermat atau kek permainan teka-teki, misteri gitu. Keknya seru."
Pudding lagi-lagi terkejut. "Nami, lo enggak secerdas itu!"
Dan berakhir digeplak lagi kepalanya.
"Setidaknya gue selalu di sepuluh besar." Nami bukannya mau sok pintar. Nilainya termasuk bagus dan konsisten meskipun belum pernah masuk lima besar apalagi tiga besar. Beda dengan Pudding yang sejak kelas sepuluh dia mendapat juara pertama di kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alter Ego
FanfictionLuffy dan Nami dirumorkan berpacaran. Faktanya mereka bukan pacaran, tetapi dijodohkan. Luffy selalu bersikap menyenangkan dan rajin menggoda Nami, tetapi apakah Nami suka? "Lo bukan Luffy!" Di lain sisi, teman-temannya punya masalah tersendiri. Pud...