"Aw, aw, pelan-pelan dong, Nami."
"Jangan lebay napa! Lo cowok. Tahan dikit!" Meskipun dibilang seperti itu, Luffy masih terus merintis kesakitan setiap kali Nami menekan kapas yang sudah dilapisi alkohol ke benjolan dan luka di wajahnya.
"Beneran sakit, lho."
"Ya makanya jangan masuk rumah orang sembarangan. Gini, kan, jadinya. Gue beneran kaget berasa ketemu malaikat maut njir." Nami menekan kapas kuat-kuat sampai membuat Luffy menjerit, tetapi walaupun wajahnya penuh lebam, cengiran khasnya masih ada.
Hari ini Luffy niat mampir ke rumah Nami. Kebetulan lagi hari minggu dan orang-orang di rumahnya lagi pergi karena Robin–kakaknya ada jadwal kemoterapi. Dia juga sudah punya kunci cadangan yang dikasih sama Sabo kalau-kalau pintu masih dikunci dan Nami belum bangun.
Pas datang, benar saja. Rumah Nami tidak kalah sepi dan semuanya masih dikunci. Sudah kayak maling, Luffy menyelinap masuk ke rumah dan melihat Nami masih terlelap di atas ranjang.
Ketika Luffy melihat Nami yang masih tidur, dia merasa lucu soalnya kalau pas bangun galaknya minta ampun. Jadi, buat kesempatan langka, dia menghabiskan waktu mengamati setiap inci wajah Nami.
Tiba-tiba saja Nami bangun. Kaget karena mendapati seseorang di dalam kamarnya, refleks Nami menonjok, menendang, dan memukul-mukul sampai dia akhirnya sadar kalau itu Luffy. Kepalang tanggung, Luffy sudah babak belur duluan.
"Nami, jalan, yuk!"
"Lo ngajak gue jalan? Punya duit enggak lo?"
Luffy pura-pura memasang ekspresi terkejut di wajahnya. "Nami, lo matre!"
"Asu! Kalau mau ngajak cewek jalan kudu punya duit."
"Iya, iya, tenang aja! Gue, kan, kaya."
Nami mencibir. "Duit Mak Bapak lo aja bangga."
"Ya enggak pa-pa. Toh, katanya entar kalau kita udah nikah, entar gue kebagian salah satu perusahaan bokap."
Nami segera melayangkan cubitan ke perut Luffy. "Siapa yang mau nikah ama lu coba?"
"Ya elah, masih enggak nerima takdir."
"Ya udah, lo tunggu aja sini! Gue mau siap-siap dulu." Nami membereskan peralatan P3K lalu beranjak kembali ke kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap. Bukannya dia suka diajak kencan, tetapi bosan juga di rumah sendirian.
Tak lama setelah Nami pergi, tiba-tiba bel berbunyi dan seseorang yang meneriakki 'paket'. Karena Nami sudah pasti tidak bisa mengambil, Luffy mewakili tandatangannya.
Namun, Luffy penasaran siapa yang mengirim paketan ini. Namanya Mihawk ... siapa dia? Jangan-jangan pacarnya? Tetapi segera ditepis pemikiran itu.
Luffy membawa kardus paketan yang lumayan besar ke tempat duduknya semula lalu pergi sebentar ke dapur untuk mengambil pisau lipat. Tidak kapok kena omelan Nami, dia lebih menuruti rasa penasarannya.
Apa yang Luffy temukan?
Dia sampai tersedak ludahnya sendiri!
"Nami ... pakai ginian? Enggak kebayang!" Luffy mengeluarkan barang-barang itu satu per satu. Ada lima setel pakaian, satu kotak aksesoris, satu set make up, dan lima pasang sepatu pantofel berbeda warna.
Pakaian-pakaian itu sangat berbanding terbalik dengan apa yang biasa Nami kenakan. Lagipula dengan kepribadian Nami, pakaian ini benar-benar tidak cocok. Apa yang dipikirkan orang itu? Segala macam gaun ala lolita dari yang gothic sampai yang maid. Lengkap dengan aksesoris yang lucu-lucu bahkan sepatunya juga serupa. Kalau make up sih masih wajarlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alter Ego
FanfictionLuffy dan Nami dirumorkan berpacaran. Faktanya mereka bukan pacaran, tetapi dijodohkan. Luffy selalu bersikap menyenangkan dan rajin menggoda Nami, tetapi apakah Nami suka? "Lo bukan Luffy!" Di lain sisi, teman-temannya punya masalah tersendiri. Pud...