💌𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 5

9 4 0
                                    

Tak lama kemudian pun akhirnya bel pulang sekolah berbunyi dengan keras... terlihat para murid-murid sedang keluar dengan berdesak-desakan hingga akhirnya menyebabkan salah satu murid terjatuh.

"Tan? lo nggak papa kan?"

"Aduh, nggak papa Na."

"Beneran? tapi wajah lu pucet banget."

"Apa perlu ke klinik dulu?"

"Nggak usah Na, aku udah ada janji sama Adik aku juga."

"Kamu yakin Tan? wajahmu pucet gini masih mau nyetir juga?"

"Iya Na, mau gimana... supir gue tuh lagi cuti jadi terpaksa berangkat sendiri tadi."

"Mau aku anterin?" Tutur Zena yang khawatir akan sahabat nya itu.

"Nggak usah Na, It's okay gue bisa kok."

"Plis deh Tan, kali ini nurut sama gue sekali aja."

"Lo juga kan masih ada urusan habis ini?"

"Iya, tapi sekarang kesehatan lo yang terpenting Tan."

"Gue yakin beneran kuat kok."

"kalau nggak gitu pesen taksi online aja gimana? ntar mobil lu titipin ke pak satpam and kunci nya lu bawa aja."

"Yaudah, gitu juga boleh."

"Tapi kira-kira aman ga ya Na? kalau mobil gue tinggal di sekolah."

"Insyaallah aman, kunci aja dari luar terus ntar bilang ke pak satpam yang ngejagain sekolah ini."

"Oke deh, gue ikutin saran lo Na."

"Mending sekarang lu duduk disini dulu, tugas ini biar gue aja yang ngumpulin."

"Beneran Na?"

"Iya beneran, duduk aja disini... ntar gue balik kesini lagi."

"Ntar kalau misal Mis Yura tanya gimana?"

"Ya, biar  gue ntar  yang ngejelasin sama Beliau."

"Yaudah, gue percaya sama lu Na... Makasih banyak ya Na."

"Iya Tan... sama-sama."

~~~~~~~~~~

Tania pun duduk di taman SMA Bunga Bangsa... tepat sendiri ia duduk sambil seiring mendengarkan musik favoritnya itu.

"Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku."

"Meski kau tak cinta kepadaku." Lirik demi lirik Tania nyanyikan dengan menghayati.

"Tan... Tania." Panggil Syahrul

"Aduh, ini bocah ngapain? disini sendiri lagi.... sambil nyanyi-nyanyi nggak jelas."

"Apa gue kerjain aja ya Tania? siapa suruh dipanggil-panggil nggak nyaut."

Aha! gue punya ide, kan gue bawa sarung di dalam tas.

"Ih-hihihihi." Tutur Syahrul sambil memakai sarung seperti perampok

Ih dasar bocah ini masih nggak denger lagi... Sambil gelitikin ah, siapa suruh nggak denger.

"Ih-hihihi." Tutur Syahrul sambil gelitikin leher dan tiup-tiup disebelah telinga Tania."

Aduh siapa sih? masa mau hujan? kan nggak mendung juga... merinding juga disini lama-lama sendiri.

Akhir nya pun Tania melepas headshet yang telah ia pakai itu... dan mencoba menoleh kanan dan kiri karena merasa ia merinding.

Terdengar sekali lagi suara Syahrul yang sedang iseng kepada Tania.

"Aduh apaan nih? masa sore-sore gini ada hantu sih... ngeri banget."

Hahaha bocah tengil itu ketakutan juga akhir nya. Tawa Syahrul dalam hatinya.

Lagi dan lagi Syahrul iseng kepada Tania nyaris hingga ia terjatuh.

"Eh Tan lu nggak papa kan?" Tanya Syahrul yang panik melihat Tania hampir terjatuh itu.

"Nggak papa kok... gue refleks aja." Sahut Tania yang  merasa pusing kepala.

"Tapi wajah lo pucet banget Tan."

"Iya nggak papa kok."

"Nggak papa gimana? orang lemes banget gitu."

"Nanti Zena dateng kok... Bentar lagi mungkin."

"Emang dia kemana?"

"Dia tadi ngumpulin tugas ke mejanya Mis Yura."

"Oalah gitu."

"Lu ngapain masih disini Rul?"

"Gue nungguin lo lah... Masa temen gue sakit gue tinggal." Tutur Syahrul dengan gengsi nya.

"Lo duluan aja nggak papa Rul, paling Zena bentar lagi dateng kok."

"Nggak ah... Gue mau sambil ngerasain angin seger juga."

"Dih, Yakin angin doang?"

"Iyalah, terus apa lagi?"

"Ya... Nggak apa-apa lah." Tutur Tania dengan kaget.

Tiba-tiba pun hening tanpa ada percakapan apa pun... hanya terdengar suara angin dan kicauan burung yang sedang bertebangan di langit.

Ih kalau gini kan jadi canggung. Tutur Tania dalam hati nya.

"Lu tadi kemana aja? kok baru balik."

"Gue tadi ada urusan sebentar."

"Sebentar apaan coba, lu pergi aja hampir lima jam sendiri."

"Apaan lima jam coba? orang palingan dua jam lebih dikit."

"Tapi kan itu udah termasuk lama... Laporin ke Mis Yura ya tau rasa lu."

"Laporin aja deh... Gue dah cape."

"Tumben lu pasrah... Biasanya ribut."

"Gue kan udah bilang... Gue lelah."

"Yaudah deh, terserah lu."

Zena mana sih? kok lama banget... Padahal udah dari tadi, mana lagi situasinya nggak enak banget lagi.

"Omong-omong lu tadi dianter supir?" Tanya Syahrul.

"Nggak, tadi gue bawa mobil sendiri."

"Emang supir lo pada kemana?"

"Supir gue pada ijin cuti, jadinya mau nggak mau gue ya bawa sendiri."

"Tapi masa semua nya pada nggak bisa sih."

"Ya pas pada ijin semua emang... Beberapa juga ada yang pergi sama nyokap bokap gue."

"Terus? Lo mau nyetir dalam keadaan gini?"

"Ya nggak lah... Tadi Zena ngelarang gue."

Syukurlah dia nggak nyetir sendiri... Batin Syahrul dalam hatinya.

"Harusnya emang ya gitu."

"Iya." Jawab Tania dengan singkat dan cuek.



Pesan terakhir dariku untukmu (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang