BAB 4

1.8K 427 131
                                    

Karena saingan terberat laki-laki adalah sosok Ayah yang menjadikan anak perempuannya ratu

°°°

Tok tok tok

Pintu berwarna cokelat tersebut terbuka, menampilkan seorang pria berumur 50 tahunan dengan peci hitam yang melingkar di atas kepalanya.

"Assalamualaikum Bu Nabila," sapa lelaki tersebut.

"Waalaikumsalam, Pak Kasim. Ada apa pagi-pagi begini datang ke rumah saya?" Tanya seorang perempuan yang berusia sekitar 45 tahun bernama Nabila.

"Saya ingin bertemu Pak Haris, Bapak ada?" Tanya Pak Kasim.

Nabila menganggukkan kepalanya, "suami saya ada Pak, ayo silahkan masuk." Dengan sopan Nabila mempersilahkan Pak Kasim untuk masuk.

Setelah mengantarkan sampai ruang tamu, Nabila kemudian ijin untuk memanggil suaminya sekalian membuatkan kopi untuk Pak Kasim.

Tidak lama menunggu, seorang pria yang seumuran dengan Pak Kasim. Bedanya laki-laki tersebut memakai kacamata dan memiliki tahi lalat di dagu.

"Pak Kasim, apa kabar?" Tanya pria yang merupakan suami dari Nabila bernama Haris.

"Baik Pak," jawab Pak Kasim.

"Ada tujuan apa Pak, kata istri saya Bapak ingin bertemu dengan saya?"

Belum menjawab pertanyaan Pak Haris, Nabila yang dari dapur dengan membawa dua cangkir kopi dan satu toples berisi kue kering dan meletakkannya diatas meja.

"Silahkan diminum Pak!" Ucap Nabila mempersilahkan.

"Makasih Bu Nabila, maaf saya sudah merepotkan."

Nabila hanya tersenyum lalu duduk di samping suaminya. Melayani tamu bukanlah hal yang merepotkan, tamu yang datang dengan baik juga merupakan rejeki.

"Mungkin langsung ke intinya saja pak. Maaf sebelumnya Pak, jika boleh tau apa Nak Dinda sudah memiliki pasangan atau jodoh yang disiapkan untuknya?" Tanya Pak Kasim.

Haris dan Nabila saling pandang, untuk sejauh ini Dinda belum pernah mengenalkan seorang pemuda kepada kedua orangtuanya.

"Dari sepengetahuan saya, Dinda tidak pernah dan belum pernah mengenalkan seseorang kepada saya maupun Nabila. Baik sekedar menceritakan sosok lawan jenisnya pun tidak pernah."

"Begini Pak, saya datang kesini dengan niat baik ingin bersilaturahmi dengan keluarga Bapak terutama dengan Adinda, anak gadisnya Pak Haris dan Ibu Nabila."

Nabila terkejut mendengarnya, "maksud Pak Kasim ingin bersilaturahmi dengan anak saya, Bapak ingin melamar anak saya?" Tanya Nabila tanpa basa-basi.

Setau Nabila, Pak Kasim sudah memiliki istri dan juga seorang anak berumur 5 tahun. "Pak Kasim ingin memadu istri Bapak dan menjadikan Dinda sebagai yang kedua?" Tanya Nabila lagi dengan ketidaksabarannya.

Pak Kasim membulatkan kedua matanya. "Bukan begitu Bu, saya setia dengan istri saya dan tidak ada niatpun untuk memadunya. Saya datang kesini untuk mewakilkan seseorang."

Haris mengerutkan keningnya, sedikit dapat mencerna perkataan Pak Kasim. "Diperjelas maksudnya Pak, supaya saya bisa membuktikan firasat saya benar atau tidak."

Cinta Mengarah Kiblat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang