BAB 3

2K 415 60
                                    

"Terkadang kebaikan seseorang tidak akan ditunjukkan dengan satu kali pertemuan saja"

°°°

Setelah mandi dan memakai pakaian santai, Malik berjalan menuju ke arah ruang makan dimana sudah ada kedua orangtua dan kedua adiknya yang duduk rapi di kursi makan.

"Bang Malik, hmmm wangi..." Rayyan mengendus-enduskan indera penciumannya ke arah Sultan yang baru saja datang.

Rayyan Al-Ghifari, bocah kecil berusia 7 tahun dan baru memasuki SD kelas 1. Anak bungsu yang paling dimanja.

Sifat manja Rayyan membuat bocah itu memiliki sifat sedikit angkuh dan sering memamerkan kekayaannya di sekolah.

Contohnya saja dulu, saat masih di taman kanak-kanak. Rayyan mempunyai koper khusus yang berisikan banyak jajan dan akan di bawa ke sekolah lalu dibagikan kepada teman-temannya.

Walaupun harus pamer terlebih dahulu, akan tetapi Rayyan memiliki sikap yang baik dan sering berbagi ke sesama teman-temannya.

"Bang Malik, pake sabun apa?" Tanya Rayyan.

Malik menyipitkan kedua matanya lalu berbisik ke Rayyan, "Rahasia, kalau mau tau nanti ke kamar Abang aja."

"Kenapa harus bisik-bisik sih Bang?" Tanya Rayyan lagi.

"Nanti Nisa dengar rahasia kita."

"Nisa nggak kepoan orangnya," ucap Nisa ketus.

Putri Khaerunnisa, gadis cantik berusia 15 tahun. Sedikit pendiam dan sangat tertutup. Nisa jarang mengeluh di hadapan kedua orangtuanya dan lebih memilih memendam dan menyelesaikan masalahnya sendiri.

Nisa baru akan berbicara ketika ditanya, sangat jarang bagi dirinya untuk memulai pembicaraan. Nisa bukanlah orang yang sombong, setiap bertemu orang-orang Nisa akan menyapanya dengan senyuman tetapi tidak dengan mengajaknya berbicara.

Nisa adalah tipe orang yang tidak tau mau memulai pembicaraan darimana. Satu hal lagi, menurutnya berbicara omong kosong hanya membuang-buang waktunya dan lebih baik memasuki kamar dan belajar.

"Sudah, makan dulu! Tidak baik berbicara ketika sedang makan."

Malik menganggukkan kepalanya mendengar perkataan Firdaus, ayahnya. Ini adalah perintah dan jangan coba-coba untuk melanggarnya.

Setelah makan malam selesai, para anggota keluarga berkumpul di ruang keluarga. Aktivitas rutin yang selalu dilakukan setiap malamnya.

Menurut Firdaus, sesibuk apapun pekerjaan keluarga adalah nomor satu. Sempatkan beberapa menit untuk berkumpul dan saling bertukar cerita. Barangkali ada beban yang ingin dibagi ataupun suka yang ingin diceritakan.

Dimulai dari Rayyan, bocah kecil yang baru saja memasuki masa sekolah dasar hari ini.

Keenan mengangkat Rayyan dan memangkunya. "Bagaimana sekolah dihari pertamamu, Bos kecil?" Tanya Firdaus dengan panggilan yang biasa ia lontarkan untuk Rayyan.

"Tidak buruk, Rayyan duduk dibarisan paling depan padahal Rayyan orang terakhir yang datang ke sekolah. Ini semua salah Papa, katanya mau nganter Rayyan tapi tadi pagi Papa masih tidur. Papa ingkar terhadap janji," ucap Rayyan.

"Maafkan Papa, besok Papa antar. Janji," ucap Firdaus sambil menunjukkan jari kelingkingnya dan dibalas dengan jari kelingking kecil Rayyan lalu saling bertaut.

"Besok pagi Papa harus terlihat rapi, pakai jas dan kacamata hitam supaya terlihat seperti bos besar. Rayyan ingin pamerin Papa ke teman-teman," ucap Rayyan.

"Tidak baik menjadi orang angkuh," tegur Malik.

"Tapi kan ini fakta Bang, Papa kan memang bos besar?"

Cinta Mengarah Kiblat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang