Sebuah kata bisa berubah menjadi sihir.
Sebuah kata bisa menjadi do'a juga bisa berubah menjadi kutukan.
Bagaimana kita menggunakannya tidaklah penting. Yang terpenting adalah, diri sendiri paham dengan apa yang diucapkan.Dan bahasa, sangatlah beragam.
Menyenangkan jika kita bisa mempelajarinya, dan mungkin mengesalkan ketika kita belajar tapi tak kunjung paham.Beberapa kata memiliki makna yang berbeda untuk di setiap daerah. Beberapa bahasa terlihat menarik menurut negara lain, bahkan ada yang sampai mengabaikan bahasanya sendiri.
B. Jawa salah satunya, banyak orang bilang "Wong Jowo gak jawani" lalu apa yang harus di lakukan?
Masuknya budaya barat menimbulkan perubahan yang besar. Buatku sendiri itu tidak masalah selama diri sendiri masih memiliki keyakinan dan pendirian.
Mau ngikut silakan, yang penting tau konsekuensinya.Aku sendiri, meski orang Jawa juga gak begitu pandai berbahasa Jawa. Pendidikan b. Jawa sendiri semakin kesini juga semakin berkurang. Guru b. Jawa mengajar menggunakan b. Indonesia, lalu siapa yang harus diikuti? Teori saja kah? Atau sikapnya?
Oh, maaf. Aku tidak sedang ingin membicarakan tentang pelajaran b. Jawa.
Hanya tentang kata dan bahasa.
Belakangan aku tertarik sama b. Jepang, Korea, dan juga China. Makanya aku kadang nonton film dari negara itu. Tapi, lebih banyakan nonton anime kayaknya, yang merupakan dari Jepang.Kenapa aku tertarik sama bahasa mereka?
Apa aku tidak mencintai bahasa sendiri?Tidak, bukan begitu.
Hanya saja mungkin karena tidak semua orang mengerti artinya jadi, aku bebas mengatakannya. Dan juga beberapa kata atau kalimat terdengar berbeda.
Makna yang mereka gunakan mungkin sedikit berbeda, dan menyenangkan jika mempelajarinya.
Kata, boleh memiliki makna yang sama tapi perbedaan pengucapan dan nada suara terkadang meninggalkan kesan tersendiri.
Salah satu contohnya adalah:
Pengunaan kata "karena" yang merupakan sebuah alasan.
Coba ucapin, misal,
"Karena ya .. aku kan lagi sibuk."
"Karena, aku lagi bantuin kakak bersih-bersih rumah."
Seperti apa nada yang kamu gunakan?
Beberapa orang pasti berbeda-beda cara mengucapkannya.
Sama seperti, "datte" yang juga bisa diungkapkan dengan "datte sa" lalu di tambahkan dengan alasannya. Nada yang digunakan pun juga berbeda.
Kata "karena" kalau di Indonesia kebanyakan pasti dan selalu di ikuti alasan di belakangnya. Sedangkan "datte sa" terkadang tidak perlu. Tidak diikuti alasan dikarenakan sang lawan bicara dipaksa untuk mengerti alasannya.Sebuah kata tidak bisa diucapkan sembarangan. Sebuah kalimat harus disusun dengan rapi.
Sekecil apapun makna yang terkandung, tetaplah penting untuk menyortirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Existence Notion
HumorIni bukan cerpen apalagi novel, bukan juga komik atau artikel. Hanya satu dari beberapa pikiran yang tidak jelas, dan tidak harus anda baca. Namun jika tertarik, silakan berkunjung. kritik dan saran akan diterima. kalau hanya untuk mencela silakan...