"Kalian semua punya teman baru hari ini. Ayo, silahkan perkenalkan diri kalian satu persatu." ucap seorang guru yang diketahui bernama Bu Ana.
Seorang laki-laki berbadan tegap maju satu langkah bersiap untuk memperkenalkan diri. Terdengar bisik-bisik dari para siswi yang entah membicarakan apa, tapi yang pasti mereka sedang membicarakan paras si anak baru yang bisa dibilang sangat tampan.
"Perkenalkan, saya Jupiter Ephraim Gunadya, kalian bisa panggil saya Jupiter atau Piter."
Beralih ke seorang perempuan cantik disebelah Piter. Ia lalu maju satu langkah bersamaan dengan Piter yang mundur.
Gadis dengan rambut sepinggang itu tersenyum, lantas membungkukkan sedikit badannya sebelum berbicara."Saya Yoan Xylia Nastusha, kalian bisa panggil saya Yoan. Semoga kita bisa berteman baik."
Disebelah Yoan, masih terdapat dua lelaki tampan yang belum memperkenalkan diri mereka.
"Saya Matteo Maaz Melviano, kalian bisa panggil saya Teo. Disebelah saya Davion Atalaric Desmon, Vion."
"Baik, karena kita punya empat anak baru, ibu minta kalian agar bisa membantu mereka jika ada kesulitan di dalam kelas.
Kalian, silahkan duduk di bangku kosong disana." ucap Bu Ana sambil tersenyum.Kelas ini cukup hening, mengingat ini termasuk kelas unggul yaitu XII IPA 2. Mereka hanya merespon adanya anak baru dengan senyuman, lantas kembali melanjutkan aktivitas mereka yang tertunda. Menyiapkan alat tempur belajar mereka, mengobrol, dan ada juga yang masih sibuk memperhatikan penampilan.
Teo berdecak, ia menoleh ke arah Vion yang tengah memperhatikan sekitar.
"Kenapa masuknya malah ke kelas ini sih?" bisik Teo.
"Emang lo mau masuk kelas mana?" tanya Vion menoleh.
"Menurut lo? Mana dapetnya kelas ambis begini lagi."
"Tau darimana kalo ini kelas ambis?" tanya Vion heran.
"Ya lo rasain aja hawanya, hawa - hawa rumus fisika." jelas Teo sambil melihat ke sekeliling ruang kelasnya, terdapat banyak sekali rumus. Hanya dengan melihatnya saja Teo sudah pusing.
Sementara dibelakang mereka, Piter dan Yoan terlihat tengah berbincang dengan teman disebelah meja mereka. Terlihat cukup asik.
"Jadi, kenapa lo bisa jadi ketua kelas?" tanya Yoan heran.
Lelaki bernama Adnan itu menopang dagu, sembari membuat ekspresi seolah tengah berfikir keras.
"Gw juga heran kenapa pada milih gw, mungkin karena dulu mereka nganggep gw cakep dan berwibawa."
"Dulu? berarti sekarang engga?" sambung Piter dengan sedikit tertawa.
"Dinistain gw mah sekarang. Nih bocah - bocah laknat bentukan nya aja kalem, nanti lo liat aja gimana reognya." jawab Adnan sambil menunjuk ke arah semua teman teman kelasnya.
Hari pertama mereka dimulai dengan suasana baru, berjalan biasa-biasa saja layaknya anak baru pada umumnya.
Ini, adalah sebuah prolog dari kisah kelam yang akan mereka putar. Mereka bahkan belum mulai menginjak tangga pertama pertanda semuanya akan dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD REPUTATION [on going]
Teen FictionTentang empat remaja penuh dendam yang berusaha mendapatkan keadilan atas kematian sahabatnya. Zeline, yang ditemukan tewas tak bernyawa bersama minuman matcha kesukaannya. Kasusnya ditutup tanpa keterangan jelas, meninggalkan banyak sekali kejangg...