"Nan."
Adnan menoleh saat merasa seseorang memanggil namanya, ternyata itu Yoan. Yoan menghampiri Adnan dengan berlari kecil, berusaha menyetarakan langkah nya dengan Adnan.
"Yoan? kenapa?"
"Gw udah muter-muter nyari toilet, lo tau dimana?" tanya Yoan.
Piter, Teo dan Vion sedang berada di kantin saat Yoan mengatakan ingin ke toilet untuk panggilan alamnya. Bel tanda istirahat memang sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu, itulah sebabnya mereka berada di luar kelas.
"Ah, lo lurus aja, nanti kalo ketemu UKS lo belok kanan, trus lurus lagi sampe ketemu." jawab Adnan mengarahkan.
Yoan diam memperhatikan Adnan, tidak memberikan reaksi atas ucapan Adnan barusan, itu membuat Adnan ikut diam beberapa detik.
"Lo..ga ngerti?" tanya Adnan.
Adnan tersenyum tipis saat Yoan menggelengkan kepalanya dengan ekspresi datar. Ia menawarkan diri untuk mengantar Yoan ketoilet, hanya mengantar.
Mereka berdua diam selama melangkah menuju toilet, tak ada percakapan diantara keduanya.
Sesampainya ditoilet, Adnan menunggu Yoan di pintu masuk sembari bersenandung kecil dan menyenderkan tangannya pada tembok pembatas. Ia mengabaikan tatapan para siswi yang mungkin bertanya-tanya kenapa ia berada disana.
"Sorry, gw kelamaan?" tanya Yoan.
"Gapapa, lo mau langsung ke kantin?" tanya Adnan.
"Iya, yang lain udah pada nunggu gw dikantin."
"Ayo bareng, gw juga mau kekantin." Adnan dan Yoan lantas berjalan menuju kantin dengan diselingi beberapa obrolan kecil. Mengenai kegiatan ekstrakurikuler disekolah, kisah-kisah mistis disekolah, dan siapa yang 'populer' disekolah.
Yoan mendengarkan semua ocehan Adnan dengan sesekali mengangguk sebagai respon. Dari sana, Yoan mengetahui bahwa Adnan juga masuk kedalam daftar murid populer disekolah ini, walau tidak terlalu populer. Itu dikarenakan ia adalah sahabat dari ketua OSIS, Rigan.
Ya, Rigan adalah ketua OSIS SMA Saguna. Yoan sempat terkejut mendengar penuturan Adnan, namun ia berusaha untuk biasa saja.
"Btw lo kenapa sendirian? temen-temen lo yang ngantri bakso kemaren mana?" tanya Yoan.
"Ada, mereka juga dikantin. Tadi gw abis dari ruang guru nemuin Bu Ana, trus nganterin lo ketoilet deh."
Obrolan itu berlanjut hingga mereka sampai di pintu masuk menuju kantin. Adnan melambaikan tangannya pada teman-temannya, bermaksud agar teman-temannya dapat melihat kehadirannya di pintu kantin.
Mereka berdua akhirnya berpisah, Yoan melangkahkan kaki menuju meja dimana Piter, Teo dan Vion berada. Disana juga sudah terdapat Siomay yang sudah dipesan oleh Piter, sebagai ganti karena kemarin mereka tidak jadi merasakan siomay itu. Sementara Adnan, tentu saja ikut bergabung bersama teman-temannya di meja pojok kantin, memang sudah menjadi tempat favorite mereka untuk duduk di sana.
Tidak, mereka bukan tipe orang yang akan mengusir siswa lainnya ketika mendapati meja favorite nya ditempati. Mereka hanya duduk disana jika memang mejanya kosong, jika tidak, mereka akan memilih makan ditempat lain. Taman belakang contohnya.
Ini adalah hari ketiga empat sekawan itu sekolah di SMA Saguna. Namun, Yoan belum mempunyai teman baru sesama perempuan yang bisa dia ajak mengobrol atau kekantin bersama. Yoan tidak tau kenapa, tetapi belum ada siswi yang mau mengajak nya berkenalan. Begitupun dengan Yoan, ia terbilang cukup malas untuk memulai percakapan terlebih dahulu, atau malu?
Mungkin Yoan harus memberanikan diri membuka diri agar bisa berteman dengan siswi-siswi lain. Nanti, hari ini Yoan belum berani.
"Kalian ga ada yang mau ikut ekstrakurikuler?" tanya Yoan pada teman-temannya.
"Ada, gw mau gabung basket." jawab Vion.
"Bagus tuh, di sekolahan dulu kan lo juga anak basket, sayang kalo disini ga dikembangin."
"Kalo lo berdua gimana?" tanya Yoan kepada Teo dan Piter.
"Ga dulu."
"Ga dulu."
Piter dan Teo kompak memberikan jawaban, mereka sama sekali tidak berminat untuk menjadi bagian dari salah satu ekstrakurikuler di sekolah. Padahal, Teo dulunya adalah seorang kandidat OSIS, begitu juga dengan Piter.
Piter punya alasan tersendiri mengapa ia tidak berminat dengan ekstrakurikuler disini. Ia hanya tidak ingin beralih dari tujuan utama mengapa ia ada disekolah ini. Hanya untuk Zeline, bukan yang lain.
Jika teman-temannya memilih untuk lebih aktif disekolah, ia tidak menahannya. Itu juga menjadi keuntungan tersendiri karena siapa tau mereka akan mendapatkan informasi yang lebih-lebih lagi.
*****
flashback on
Zeline mengetuk-ngetuk jemarinya diatas meja belajarnya. Ini sudah pukul tujuh malam, namun, orang yang berjanji akan datang dan menjemputnya belum juga datang. Mereka berencana akan pergi ke toko boneka untuk membeli boneka hellokitty, pria itu sudah berjanji kepada Zeline.
Drrttt..Drrrtt
Zeline dengan cepat mengambil hpnya yang sudah ia simpan didalam tas kecil miliknya. Ia tersenyum saat melihat siapa yang menelfon.
"Halo? Kamu dimana?"
"Aku udah didepan."
Zeline segera melangkah menuruni anak tangga, berpamitan kepada orang tuanya untuk keluar membeli boneka baru. Ia nampak cantik dengan rok pendek selutut berwarna putih dengan croptop berwarna merah muda dipadukan dengan sepatu kets berwarna putih pula.
Pria itu tersenyum melihat sang pujaan hati yang keluar dari gerbang rumahnya dengan senyum manis merekah. Gadisnya tak pernah terlihat membosankan, setiap mereka bertemu, ia semakin dibuat pangling dengan paras cantik itu.
"Seneng banget keliatannya? kenapa? hm?"
"Kamu udah lama gak ajak aku jalan, jadi aku seneng."
hening.
Sang pria terus menatap Zeline dengan tatapan teduh menenangkan miliknya. Semua orang mungkin akan terpaku kala ditatap seperti itu olehnya. Zeline gugup, melihat tampilannya lagi dari ujung sepatu, mengecek apakah ada noda yang bertengger dibaju atau roknya. Tidak ada.
"Kamu kok diem?"
"Kamu cantik. Gadisku selalu cantik." ucapnya sambil tersenyum.
Zeline kembali tersenyum senang, hanya pria itu yang bisa membuatnya tersipu malu seperti sekarang.
Dan hanya pria itu..
Yang menjadi saksi atas hari terakhirnya melihat matahari dan merasakan indahnya dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD REPUTATION [on going]
Teen FictionTentang empat remaja penuh dendam yang berusaha mendapatkan keadilan atas kematian sahabatnya. Zeline, yang ditemukan tewas tak bernyawa bersama minuman matcha kesukaannya. Kasusnya ditutup tanpa keterangan jelas, meninggalkan banyak sekali kejangg...