"H-HAH?!"
Mereka terkejut melihat apa yang mereka temukan, sebuah foto yang menunjukkan Zeline tengah menemui seorang pria dikawasan dekat sekolah. Difoto tersebut Zeline masih mengenakan seragam putih abunya dan membawa totebag berwarna hitam, sedangkan pria yang bersamanya saat itu tampak mengenakan pakaian biasa dengan tubuh lebih tinggi dari Zeline.
Mereka berdua terlihat tengah berbincang di pinggir jalan dengan mobil sang pria yang terparkir disamping nya.
Melihat foto itu, Piter meminta hp Vion dan langsung menghubungi nomor yang memerintahkan mereka datang di taman belakang sekolah. Sayangnya, nomor tersebut tak dapat dihubungi.
"Kenapa orang itu bisa punya foto ini?" tanya Yoan terheran.
"Gw rasa orang itu tau banyak hal, kita harus cari tau siapa dia dan siapa cowo yang ada difoto ini bareng Zeline."
Semuanya mengangguk mendengar penuturan Vion. Orang anonim yang memberikan ini kepada mereka pasti mempunyai maksud tertentu.
Mereka akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelas sebelum jam pelajaran berganti, jika jam pelajaran berganti mungkin absen mereka akan kosong di satu pelajaran.
*****
Yoan menopang dagunya, ia tak berminat untuk kekantin mengisi perut kosong nya kali ini, begitupun dengan ketuga temannya. Ia memainkan tutup pulpen nya dengan tatapan kosong.
"Ter." Yoan menyenggol lengan Piter membuat Piter yang sebelumnya tengah merangkum materi yang ada di buku beralih melihat ke arahnya.
Piter menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya mengapa Yoan memanggilnya.
"Gw pesimis, kita mungkin ga akan bisa." Yoan menghebuskan nafasnya panjang, bersandar pada kursi yang ia duduki, lantas memalingkan wajahnya pada jendela kelas yang menghadap langsung kearah lapangan sekolah.
"Yang kita hadepin bukan hal biasa Ter, ini soal kematian, kita bahkan belum nemuin apa-apa."
"Lo kenapa ngomong gitu?"
"Kita cuma anak SMA, ter." Bersamaan dengan ucapannya, Yoan menitikkan air matanya. Rasa sesak kembali menghampiri Yoan, amat sensitif jika sudah menyangkut kematian sahabatnya.
"Ini bukan soal umur, kalo kita mau kita pasti bisa yo."
"Lo ga mikirin seberapa kecewanya Zeline kalo kita ga ngehasilin apa-apa?"
"Ya karena gw mikirin itu makanya gw ga akan stop. Ini harus tuntas, Yoan." ucap Piter dengan tegas.
Yoan menendang kursi Teo yang ada didepannya dengan cukup kencang membuat Teo mengangkat kepalanya. Dia tidur, begitupun dengan Vion.
Mereka berdua melihat ke belakang kearah Piter dan Yoan.
"Ganggu tai." Teo membekap mulutnya saat mendapati mata Yoan yang memerah seperti orang yang baru saja menangis.
"Kenapa lo?" Yoan tak menjawab pertanyaan Teo, ia menatap Vion yang tengah menatapnya juga.
"Lo kan jenius, ga ada ide?"
"Ngga. Buat saat ini ikutin aja alurnya, gw yakin si orang anonim bakal kirim pesan lagi." jawab Vion.
Mereka kembali diam, terpaku pada isi pikiran masing-masing. Hanya mereka bertiga, Teo masih setengah sadar setelah kursinya ditendang oleh Yoan.
Seperti ucapan Vion, beberapa saat setelah itu sebuah pesan anonim kembali masuk kehpnya. Kali ini pesan tersebut disertakan dengan sebuah huruf di akhir kalimatnya, seperti inisial. Sama seperti sebelumnya, pesan tersebut terkirim dengan nomor yang berbeda.
+62812xxxxxxxx
Sudah melihat fotonya? Saya rasa kalian akan mengenal pria yang ada difoto itu.
Z."Kita kenal? Kayanya engga deh." ucap Piter.
"Mungkin kalo liat mukanya kita bakal kenal, tapi kan difoto itu si cowo belakangin kamera." ucap Vion.
"Z?"
Piter menggaruk kepalanya yang tak gatal karena frustasi dengan permainan tebak-tebakan yang dimainkan si pengirim pesan anonim.
"Menurut kalian, ini orang sengaja bantu kita? Tapi kalo iya kenapa dia mempersulit dengan main tebak-tebakan begini?"
"Dia pasti punya alasan. Seengganya sampe disini kita punya sedikit petunjuk."
"Lo bener. Mobil merah, pria tinggi"
"Satu lagi. Udah pasti bukan anak sekolah sini, soalnya dia pake baju biasa disaat Zeline pake seragam."
Satu bulan berada di SMA Saguna, tak terlalu banyak yang mereka dapatkan mengenai Zeline. Mungkin foto yang mereka dapatkan tadi adalah sebuah petunjuk penting agar mereka bisa mendapatkan informasi yang lebih lagi.
Mereka harus menggunakan informasi ini dengan baik, mungkin mereka harus memulai dengan mencari tau siapa si pengirim pesan anonim dan siapa pria yang bersama Zeline.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD REPUTATION [on going]
Teen FictionTentang empat remaja penuh dendam yang berusaha mendapatkan keadilan atas kematian sahabatnya. Zeline, yang ditemukan tewas tak bernyawa bersama minuman matcha kesukaannya. Kasusnya ditutup tanpa keterangan jelas, meninggalkan banyak sekali kejangg...