4

22 27 3
                                    

Piter dan Vion sedang berada di minimarket, mereka menyusuri rak makanan untuk membeli beberapa cemilan. Hari ini sepulang sekolah mereka berempat memutuskan berkumpul di rumah Piter untuk sekedar mengobrol, karena sudah lama juga mereka tidak menghabiskan waktu berempat.

Saat Vion sedang mengambil beberapa camilan, Piter mengedarkan pandangannya dan tak sengaja melihat Rigan dan Adnan yang juga sedang berbelanja. Lagi, Adnan selalu lebih dulu menyapa si anak baru itu.

"Piter? Vion?" sapa Adnan berjalan mendekat. Adnan hanya mengenakan celana jeans selutut dengan kaos oblong, begitu juga dengan Rigan.

"Kalian tinggal di deket sini?" tanya Adnan.

"Ah, engga. Kita mau ke rumah Piter, lo?" tanya Vion.

"Gw sama temen-temen emang biasa nongkrong di deket sini, ada rumah di ujung komplek."

"Rumah lo?" tanya Vion.

"Bukan, emang rumah kosong yang kita jadiin tempat maen."

Sementara itu, Rigan selalu memperhatikan Vion dan Piter dengan tatapan selidik. Vion menyadari itu namun mencoba mengabaikannya.

"Gw udah kenalan sama piter. Lo siapa?" tanya Rigan sambil tersenyum kepada Vion.

"Davion."

"Masih ada dua anak baru lagi kan? Kelas gw tetanggaan sama kalian, XII IPA 3"

"Iya, ada Teo sama Yoan"

Rigan mengangguk sebagai respon. Ia melanjutkan aktivitasnya mencari cemilan untuk ia beli. Adnan pun juga memutuskan begitu setelah sebelumnya Piter dan Vion pamit dan meninggalkan minimarket itu terlebih dahulu.

Vion menenteng kantong plastik berisi beberapa cemilan dan makanan kaleng. Piter berjalan lebih dulu didepan nya, dengan menghisap satu batang rokok yang baru saja ia nyalakan beberapa detik lalu.

"Si Rigan itu aneh" ucap Vion tiba-tiba dan sukses membuat Piter membalikkan badannya menghadap Vion.

"Kenapa?"

"Dia ngeliatin kita kaya ngeliat maling. Lo ga ngerasa?" Vion bertanya sambil mengambil satu batang rokok yang ada ditelinganya, menyalakannya lalu menghisap rokok itu sama seperti Piter.

"Engga sih. Tapi mungkin itu ada hubungannya sama Derren temennya Adnan yang kemaren katanya ga asing sama muka gw."

"Tanya Teo deh nanti, mungkin si Teo yang kenal."

*****

Teo dan Yoan nampak senyap menatap ke arah televisi didepan mereka. Teo sudah menangis sedari tadi karena terharu melihat adegan film yang dramatis, sementara Yoan yang mengambil beberapa tisu untuk diberikan kepada Teo tanpa melepas pandangan matanya dari televisi itu.

Suara pintu dibuka membuat pandangan keduanya teralih, mata Teo berbinar saat melihat Vion membawa satu kantong plastik besar yang sudah dipastikan berisi makanan.

"Dih, kenapa mata lo?" tanya Piter.

"Cengeng dia, nonton film perang kok nangis." ejek Yoan.

"Lo juga tadi hampir nangis kan!"

Yoan mengabaikannya dan mengambil kantong plastik yang diletakkan Vion di atas meja. Membuka salah satu snack kesukaannya dan kembali melihat televisi.

"Tadi ketemu Adnan sama Rigan."

Lagi, pandangan Yoan dan Teo teralih kearah Piter yang berbicara. Mereka diam seolah menunggu Piter melanjutkan kalimatnya.

"Cuma ngobrol biasa sih, ketemu di minimarket. Tapi si Rigan itu ngeliatnya aneh banget, apalagi kemaren si Derren bilang kalo dia ga asing sama muka gw. Menurut lo pada gimana?" tanya Piter meminta pendapat dua temannya.

Yoan dan Piter nampak berfikir, karena mereka berdua pun belum mengetahui sosok Rigan dan Derren yang sedang dibicarakan. Teo merogoh sakunya dan mengambil hp nya, jemarinya terlihat sibuk mengotak-atik benda itu.

"Waktu kita balapan sama anak sekolahan kita dulu, disana ada Adnan. Gw gatau deh orang yang lo maksud itu yang mana, coba liat." ucap Teo sambil meyodorkan hpnya dan memperlihatkan sebuah foto beberapa orang yang ikut dalam perlombaan balap motor yang ia ikuti tahun lalu.

Benar, disana ada Adnan. Piter dan Vion memperhatikan foto itu baik-baik sampai mereka menemukan sosok Rigan dan Derren yang juga ikut serta dalam foto itu.

Piter, Vion, Yoan dan Zeline juga ada pada foto tersebut. Namun, mereka tidak menyadari keberadaan Adnan dan teman-temannya. Mungkin hanya Teo saja yang menyadarinya.

"Apa karena ini mereka jadi kaya kenal sama kita gitu?" tanya Yoan.

"Mungkin."

"Tapi kan, mereka ini yang maen curang waktu balapan sebelum ini kan? Makanya balapan nya diadain sekali lagi" ucap Piter.

"Iya, geng mereka itu bisa dibilang licik. Gw juga ga sadar kalo Adnan salah satunya, gw baru sadar pas liat-liat foto di galeri tadi malem." ucap Teo.

Yoan diam mendengarkan ucapan ketiga temannya, ia merasa ada yang janggal dengan Adnan beserta teman-temannya. Mungkin ia akan menyelidiki ini tanpa sepengetahuan Piter, Teo, dan Vion.

Ini agar semuanya tidak kacau sebelum ia berhasil meraih informasi.

BAD REPUTATION [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang