7

17 13 3
                                    

"Lo mau kemana?"

"Pergi bareng Adnan."

Tiga lelaki itu mengernyit mendengar jawaban yang keluar dari mulut sahabatnya, Yoan. Ia akan pergi bersama Adnan?

Yoan kini tengah sibuk merapikan penampilannya dari atas ke bawah. Ia mengenakan rok berwana hitam dengan dipadukan sweater berwarna keabuan. Ia sudah membuat janji dengan Adnan melalui pesan yang dikirimkan Adnan semalam padanya.

Ini adalah hari minggu, tiga temannya sudah berada dirumah Yoan saat mendapati gadis itu telah berdadan dengan rapi. Padahal mereka berencana mengajak Yoan menghabiskan akhir pekan bersama.

"Kok? Lagi deket sama Adnan? Sejak kapan? Kenapa ga cerita?" Teo memberikan pertanyaan beruntun kepada Yoan.

"Ga deket Teo, cuma keluar sebentar nemenin dia beli sepatu."

"Sama aja, itu alesannya biar bisa ngajak lo jalan."

"Katanya mau deketin Adnan? Udah, ikutin aja rencana gw." ucap Yoan meyakinkan.

"Apa rencana lo?" tanya Vion.

"Lo liat aja nanti." Yoan tersenyum menjawab pertanyaan Vion, menepuk pundaknya lalu sedikit berlari keluar rumah karena Adnan memang sudah datang beberapa saat lalu.

Teo, Piter dan Vion mengintip dari balik jendela, memperhatikan setiap gerak-gerik Yoan dan Adnan sebelum mereka pergi. Terlihat akrab. Mereka tidak mengetahui apa yang sedang direncanakan oleh gadis itu, tidak bisa terlalu banyak bertanya, mereka memutuskan untuk mengikuti alur yang Yoan buat.

*****

Saat ini Yoan tengah menikmati bakso yang ada di hadapannya. Sepulang dari toko sepatu Adnan menawarkan untuk makan disalah satu restoran langganan nya, namun, Yoan menolak. Ia memilih untuk membeli bakso yang tak sengaja matanya temukan saat sedang memandang keluar dari jendela mobil Adnan.

Mereka menjadi semakin akrab semenjak Adnan menunjukkan arah toilet kepada Yoan. Mereka sering saling mengirimkan pesan teks untuk hal-hal yang mereka anggap perlu dibicarakan. Dikelas pun, Yoan jadi sering menanyakan perihal tugas yang diberikan guru kepada Adnan.

Adnan merespon Yoan dengan sangat baik, itu membuat langkah Yoan untuk mendekatinya menjadi semakin mudah. Seperti hari ini, tak disangka Adnan mengajaknya untuk membeli sepatu baru dengan alasan sepatu nya sudah tak cocok ia pakai.

"Abis ini ada tempat yang mau lo kunjungin?"

"Engga, kenapa?" tanya Yoan dengan mulut dipenuhi bakso.

"Ya kalo ada gw bisa sekalian anterin."

"Langsung pulang aja kalo gitu."

"Besok ke sekolah bareng Teo, Piter, sama Vion ya?" Adnan kembali bertanya.

"Iya."

"Kalo bareng gw, mau?" Demi tuhan, Adnan merasa bahwa sekarang telinganya tengah memerah menahan malu. Apalagi saat Yoan menghentikan kunyahannya dan mengalihkan pandangan pada Adnan.

"Kenapa? Mau bareng gw ya?" Yoan bertanya sambil tertawa mengejek. Ia menyadari bahwa Adnan sekarang tengah dilanda gugup, terlihat dari raut wajahnya.

"Geer lo. Buruan makan." Adnan mengurungkan niatnya untuk mengajak Yoan berangkat sekolah bersama, ia menjadi semakin malu saat Yoan tertawa.

Yoan pun tak terlalu memikirkan pertanyaan Adnan, ia melanjutkan memakan baksonya hingga habis, lalu meminta Adnan mengatarkan nya pulang.

Sepanjang perjalanan pulang tak ada yang terlalu istimewa, mereka berbicara mengenai hal-hal tak penting yang mereka lihat selama perjalanan menuju rumah Yoan.

Yoan tak sangka bahwa mendekati Adnan akan semudah ini. Tapi tenang, Yoan berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tak akan melupakan tujuan utamanya mendekati Adnan.

Semuanya butuh proses, Yoan baru saja memulai rencananya. Ia termenung sambil memikirkan apa lagi yang akan ia lakukan besok agar Adnan akan lebih mempercayai nya.

Berbeda dengan Yoan, Adnan kini tengah menyetir dengan pikiran yang tertuju kepada Yoan. Haruskah ia mulai mendekati Yoan dan menjadikan Yoan sebagai gadisnya?

*****

Dilain tempat, tiga lelaki itu memutuskan untuk tetap berada di rumah Yoan hingga sore hari. Mereka sudah dekat dengan orang tua masing-masing, itu sebabnya orang tua Yoan membiarkan apapun yang ingin dilakukan Teo, Piter dan Vion dirumah itu. Mereka sudah seperti keluarga.

Sembari menunggu Yoan pulang, mereka bertiga berkumpul di taman belakang rumah Yoan sambil memakan kue bolu buatan Ibu Yoan.

"Baru Yoan deh yang gerak, kita ini ga ngapa-ngapain?"

"Bener, udah keitung tiga minggu kita di SMA Saguna."

"Gw kemaren ngelewatin kelas IPS waktu nemenin Adnan nganter buku ke perpustakaan. Trus lo pada tau ga apa yang gw liat?" tanya Piter pada Teo dan Vion.

Piter dan Vion menoleh, mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya dan menunggu Piter menjawab pertanyaan yang dirinya lontarkan sendiri.

"Ada bangku kosong di salah satu kelasnya, trus di mejanya ada banyak tumpukan bunga. Gw langsung keinget Zeline, apa itu kelas dia?" lanjut Piter.

"IPS berapa?"

"XII IPS 1."

"Gw punya rencana. Tunggu Zeline pulang, kita bahas." ucap Vion.

HAI GUYSSSSS
Sejauh ini gimana ceritanya? Huhu maaf banget kalo banyak kurangnya karna ini cerita pertama yang aku publish😭

Makasi buat yang udah bacaa!! Aku bakal usahain Update setiap hari yaaa

🦋🦋🦋

BAD REPUTATION [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang