2

36 41 38
                                    

Yoan berjalan menuju nakas disebelah ranjangnya. Ini sudah pukul sebelas malam, namun Yoan masih belum mengantuk.

Ia lantas membuka laci pertama dan mengambil sebuah figura kecil yang terdapat foto dirinya dan sahabatnya Zeline. Yoan tersenyum, itu adalah foto pertama mereka saat persahabatan keduanya dimulai, foto itu dipotret oleh Vion. Vion memang mahir dalam hal fotografi, tak heran jika beberapa momen mereka sering diabadikan oleh Vion.

"Gw sekarang jadi salah satu siswi SMA Saguna. Teo, Piter, sama Vion juga lin. Kita ditempatin dikelas yang sama." Yoan berbicara sambil mengusap debu yang ada pada foto tersebut, lantas ia perlahan tersenyum.

"Lo seneng kan kita berempat lakuin ini buat lo? tenang ya lin, kita bakal tuntasin semua nya."

Yoan menghela nafas panjang, rasa sesak akan kejadian satu tahun lalu kembali muncul dalam ingatan nya. Ia kembali menyimpan figura itu lalu duduk di pinggiran kasurnya.

Yoan dan Zeline adalah dua gadis yang berbeda. Jika Zeline adalah gadis periang dengan koleksi boneka hellokitty dan pakaian-pakaian cerahnya, lain halnya dengan Yoan. Yoan adalah gadis barbar dengan tatapan mata tajam yang siap mengintimidasi setiap orang. Yoan dan Zeline saling melengkapi, Yoan yang siap melindungi Zeline dari orang-orang yang sering kali menggoda sahabatnya itu, dan Zeline yang selalu menenangkan Yoan dan siap mendengarkan semua keluh kesah Yoan.

Drrtt.. Drrtt..

Yoan meraih hp nya saat benda itu bergetar, telefon grup masuk yang tak lain adalah dari Teo, Piter, dan Vion.

"Abis ngapain An? Lama banget ngangkatnya" tanya Teo.

"Tadinya gabakal gw angkat sih, gw tau lu pada lagi pengen ngegosip" jawab Yoan.

"Sotoy lo, kita tuh harus diskusi besok mau ngapain? atau biasa aja?" tanya Teo.

"Gw lagi pengen deketin si Adnan" Ucapan Piter membuat ketiga temannya terdiam beberapa detik, sebelum akhirnya mereka tertawa.

"Lo normal kan bre?" tanya Vion masih dengan tawa kecilnya.

"Normal anjir. Gini, kita setidaknya punya satu orang yang bisa dijadiin sumber informasi, tapi jangan sampe dia tau" ucap Piter mulai serius.

"Kenapa harus Adnan si ketua kelas itu? Lo yakin dia bisa dipercaya?" tanya Yoan.

"Bener, kita belum tau dia orangnya kaya gimana"

"Tapi gw setuju aja sih sama Piter, soalnya lo berdua liat kan tadi dia sering banget dipanggil guru. Nolong ini itu, kaya dipercaya banget." ucap Vion.

"Gw denger-denger dia juga gabung ke circlenya anak-anak OSIS, bayangin berapa banyak informasi yang bakal kita dapet dari dia" sambung Piter.

"Okedeh, gw ngikut gimana rencananya aja. Udah malem, ayo tidur besok sekolah" ucap Yoan.

Yoan memutuskan panggilan telefon secara sepihak, ia berbaring sembari menatap langit-langit kamarnya, menghela nafas untuk kesekian kalinya, sampai akhirnya ia memejamkan mata tertidur.

*****

Hari ini lagi dan lagi hujan turun dengan derasnya, banyak kelas yang belum memulai proses pembelajaran karena guru terlambat datang, atau mungkin tidak datang.

Sama halnya dengan kelas IPA 2 sekarang, jam kosong membuat suasana terasa riuh, benar kata Adnan kemarin, kelas ini jelmaan reog.

Piter dan Yoan memandangi Adnan yang tengah beradu panco dengan teman sebangkunya, sementara para siswa lain menonton mereka sambil berteriak mendukung jagoan masing-masing. Jangan tanya kenapa mereka tidak bergabung, mereka masih sedikit asing untuk tiba-tiba berteriak karena pertandingan panco seperti itu.

"Ssstt woi!"

Keduanya menoleh saat Teo memanggil mereka dengan setengah berbisik, Teo dan Vion memutar kursinya agar dapat mudah berkomunikasi dengan dua temannya yang duduk dibelakang mereka.

"Kapan mau akrab sama itu ketua kelas?"

"Lo kira akrab itu semudah membalikkan telapak tangan? Bahkan ini lebih susah ketimbang maling mangga punya pak Tohar" ucap Yoan.

"Lemah lo berdua, gatel nih pantat gw duduk disini mulu." Vion menarik telinga Teo, kalau yang lain mendengar, bisa runtuh image tampan dan dingin mereka.

Mereka semua dikejutkan dengan pintu kelas yang tiba-tiba terbuka, Bu Ana masuk dengan membawa secarik kertas lalu berdiri di depan kelas. Pertandingan panco itu bubar tanpa adanya pemenang, semua hening menunggu apa yang akan disampaikan oleh Bu Ana selaku wali kelas mereka.

"Matteo, Yoan, Jupiter, dan Davion, saya minta kalian mengumpulkan nilai raport kalian pada sekolah sebelumnya ya, ini untuk melengkapi data kalian. Saya tunggu sampai besok." ucap Bu Ana menghadap kearah empat sekawan tersebut.

"Dan Adnan, kelas ini belum mengembalikan buku minggu lalu ke perpustakaan, silahkan kamu antar nanti ya." Adnan mengangguk dengan tangan di ujung alisnya seolah memberi tanda hormat pada sang wali kelas.

"Siap Buna" Jawab Adnan sambil terkekeh.

Bu Ana menggelengkan kepala nya sebelum berlalu meninggalkan kelas. Piter melirik ke arah Adnan yang tengah mengambil tumpukan buku yang ada di lemari kelas, ia berjalan menghampiri Adnan untuk menawarkan bantuan.

"Perlu gw bantu? banyak tuh" tawar Piter.

"Eh iya, nih lo bawa ini" Adnan memberikan beberapa buku kepada Piter untuk ia bawa.

Piter dan Adnan berjalan beriringan menuju perpustakaan sekolah. Sekolah ini cukup luas, butuh satu menit untuk sampai diperpustakaan karna bersebrangan dengan kelas IPS. 

"Itu kelas dari kelas 10 ga diacak orang-orang nya?" tanya Piter membuka obrolan.

"Engga, makanya anak kelas bisa akrab karna emg udah 2 tahun bareng" jawab Adnan.

"Lo sama temen - temen lo kenapa pindah kesini? "

"Emm, kita cuma nyari suasana baru aja" jawab Piter sekenanya.

Mereka melewati kelas yang cukup menarik perhatian Piter saat hendak kembali dari perpustakaan. Disana terdapat bangku kosong dengan beberapa bunga diatasnya, Piter menghentikan langkah nya lalu menengok kedalam kelas XII IPS 1 tersebut.

"ini, kelasnya Zeline?"

"Woi! Kenapa berenti?" tanya Adnan sudah jauh didepan Piter. Piter sedikit berlari kecil untuk menyusul Adnan, kepalanya kembali menoleh ke kelas tersebut.

Ia akan menanyakan ini nanti kepada Adnan, ada apa dengan bangku itu. Bertanya sekarang terasa tanggung karena sedikit lagi mereka akan sampai di kelas mereka.

BAD REPUTATION [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang